CHAPTER|Seventeen

31 9 6
                                    


Jeno dan Nara telah berada di dalam rumah itu. Jeno langsung berjalan menaiki tangga.

"Jeno kamu mau kemana?"

"Ikuti saja."

Nara mau tak mau ia menuruti perkataan Jeno. Dengan berjalan lunglai ia menaiki tangga yang tidak terlalu tinggi itu. Sesampainya di  atas Jeno langsung menembus pintu yang ada di hadapannya saat ini.

"Hei Jeno! Kamu gak sopan!" Sergah Nara dengan suara yang di kecilkan.

"Berbicaralah dengan normal tidak akan ada yang mendengarmu Nara." Ujar Jeno dengan kepala yang ia sembulkan keluar. Mungkin jika ada manusia yang tak sengaja melihat kelakuan Jeno tersebut orang itu akan langsung pingsan di tempat.

Nara terdiam. Perkataan Jeno ada benarnya juga untuk apa dia berbisik-bisik  sedangkan tidak ada orang yang akan melihat dan mendengar suara mereka.

"Jeno!" Nara mengikuti Jeno yang sudah melenggang masuk ke dalam ruangan tersebut. Dan saat Nara masuk ia langsung menyimpulkan bahwa ruangan itu adalah kamar Jeno.

"Ini kamarmu?"

"Iya."

Nara berjalan mengedarkan pandangannya ke tiap sudut kamar itu. Ia menyentuh satu figura foto yang disana terlihat Jeno dan kedua orang tuanya. Nara tersenyum ia menjadi rindu keluarganya.

Lalu Nara berjalan kembali melihat seisi kamar tersebut yang sangat rapi. Dinding kamar yang di tempeli beberapa note kecil berwarna biru , hijau dan kuning. Beberapa medali yang di gantung di atas paku. Lalu beberapa foto yang di pajang terlihat kontras disana.

Nara menghampiri dinding yang di tempeli note tersebut.

' Tidak ada hari yang buruk. Itu hanya pikiranmu saja yang menyimpulkan dengan asal karena kamu tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat. Atau kamu merasa suatu kesedihan selalu menghampiri di setiap hari-harimu. Jangan salahkan hari, tapi cari hal positif apa yang bisa kamu dapatkan dari kesedihanmu itu. '

' Semangat! Kamu sudah berlatih dengan sungguh-sungguh. Besok aku akan membawa medali! '

Nara membaca beberapa note tersebut. Sesekali ia terkekeh membaca note yang cukup lucu baginya. Ia menatap Jeno yang saat ini sedang menghadap ke luar jendela membelakangi dirinya.

Sampai dimana Nara membaca isi note yang membuat dirinya tertarik.



" 'Apa itu jatuh cinta? Sepertinya aku sedang tidak baik-baik saja.' "

" 'Jangan baca note ku ini!' "

Jeno membalikkan tubuhnya. Menatap Nara yang baru saja membaca isi notenya dengan suara yang sedikit kencang.

"Hei jangan dibaca! Aku malu."

"Kalo malu kenapa di tempel di dinding Lee Jeno...," Nara tertawa renyah tidak menyangka Jeno jika sedang jatuh cinta bisa se- random itu.

Nara mengalihkan pandangannya ke arah medali yang tergantung disana. Medali itu adalah penghargaan Jeno saat memenangkan lomba bela diri di sekolahnya. Dan yang satunya lagi penghargaan saat ia memenangkan juara dua lomba memanah dan juara satu olimpiade matematika nasional. Serta beberapa medali lainnya yang Jeno dapatkan hasil dari keaktifan dirinya dalam mengikuti lomba.

"Pasti kamu bangga padaku," Jeno mengeluarkan suaranya.

"Ah ayolah... Aku tidak ingin mengakui ini tapi aku juga tidak bisa bohong bahwa kamu hebat Jeno."

Jeno hanya membalas dengan menampakkan gigi putihnya.

"Jeno aku ingin melihat foto-foto saat kamu sekolah. Bolehkah?"

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang