CHAPTER|Forty five

20 6 2
                                    


Beberapa hari kemudian pasca kejadian perkelahian Jeno dan Jaehyun. Luka lebam yang Jeno dapatkan memang sudah terlihat memudar, tapi rasa sakit yang Jeno terima pada hatinya tidak bisa hilang dan masih membekas.

Setelah kejadian itu Jeno menghindar dari Yeri. Beberapa kali Yeri menyapa dirinya dan meminta maaf padanya, Jeno hanya membalas dengan anggukan dan berlalu begitu saja.

Jeno sebenarnya tidak mau melakukan hal tersebut, tapi apa boleh buat ia tidak ingin luka pada hatinya semakin menganga.

Ia pun sesekali berpapasan dengan Jaehyun, tapi Jeno lebih memilih menghindarinya seperti yang ia lakukan kepada Yeri.

Sampai suatu waktu Jaehyun menghampirinya ketika dirinya tengah bermain bola basket sendirian di lapangan.

"Gue mau bicara sama lo."

"Langsung aja, nggak usah basa-basi." singkat Jeno dengan mata yang masih tertuju pada bola basket yang ia coba masukkan ke dalam ring, tetapi fokusnya telah tersita sejak kehadiran Jaehyun.

"Nggak usah deketin Yeri lagi."

Jeno menyunggingkan senyum, "Gak perlu repot-repot nyuruh gue jauhin pacar lo, karena gue udah ngelakuin hal itu jauh sebelum lo datengin gue."

"Bagus. Ternyata lo sadar diri." Jaehyun terkekeh seolah mengejek.

Jeno tidak menjawab. Sampai akhirnya ia menoleh pada Jaehyun yang masih tidak bergerak untuk meninggalkannya.

"Masih betah disini?" sarkas Jeno.

"Kalo lo nggak mau pergi, berarti gue yang bakalan pergi dari sini." Ujar Jeno sambil melempar bola basket pada Jaehyun cukup kuat.

_

Sepulang sekolah Jeno mampir ke sebuah toko buku kecil. Jika ada waktu luang Jeno memang suka berdiam diri di dalam toko buku langganannya itu. Entah membaca komik kesukaannya, membaca sembarang buku yang menurutnya menarik atau hanya numpang beristirahat dan berakhir tertidur.

Merasa bosan, ia pun berpamitan pada ahjussi penjaga toko buku tersebut. Saat ia akan melajukan motornya, ia melihat Yeri yang tengah berjalan lunglai. Ia mencari keberadaan Jaehyun, tapi nyatanya Yeri berjalan sendiri.

Jeno ingin memanggil Yeri, tapi ia tepis langsung keinginan itu. Ia pura-pura tidak melihat dan berusaha tidak peduli. Sampai satu panggilan meruntuhkan pertahanannya.

"Jeno!"

"Benar, kan! Kamu Jeno," Yeri berlari kecil menghampiri Jeno.

"Sering kesini juga?" tanya Yeri tanpa aba-aba.

Jeno hanya mengangguk acuh.

"Wah.. tau gitu sih kita bareng aja kalo mau kesini. Sekalian gue biar ada tebengan, hehe," Yeri terkekeh.

"Kenapa nggak ajakin pacar lo aja?"

Yeri mengedikkan bahu, air mukanya seketika berubah menjadi murung.

"Jaehyun nggak suka ke tempat ginian. Gue ajak pun atau sekedar minta anter bentar doang dia nggak mau. Huh! Nyebelin."

"Padahal gue suka ngebayangin nih ya, kalo suatu saat gue punya pacar yang satu hobi sama gue gitu. Pasti asik deh, ke toko buku bareng, saling tukeran buku, seru-seruan bareng, pokonya gitu deh! Tapi gue malah dapet pacar yang kek batu!"

Jeno hanya menatap Yeri yang terus meracau. Sesekali ia meluapkan kekesalannya dengan mensumpah serapahi Jaehyun. Ketika meracau seperti itu, Jeno sekuat tenaga untuk tidak tersenyum atau bahkan tertawa karena menurutnya Yeri begitu gemas.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang