CHAPTER|Forty eight

16 4 2
                                    

"NARA!"

Shua yang akan bersiap melompat mengurungkan niatnya saat ia mendengar suara yang sangat ia kenal.

Jaehyun. Masih dengan napasnya yang tersengal akibat berlari menuju lokasi seperti yang Jaemin katakan di pesan yang sempat ia kirimkan padanya.

Shua membalikan tubuhnya untuk memastikan bahwa suara tersebut memang suara sang adik.

"Jaehyun?"

Merasa ada kesempatan, Jeno dan Mark segera menarik tangan Nara. Ya, Jeno menarik roh Nara sedangkan Mark menarik tubuh Nara yang sudah jelas jiwa yang ada didalamnya bukanlah Nara.

Semuanya bernapas lega karena rencana jahat Shua berhasil digagalkan.

"Jaehyun, mengapa kau disini?"

Perhatian Shua seketika tersita oleh kedatangan Jaehyun. Rencana Jaemin berhasil, Jaehyun memang sengaja ia hubungi untuk segera datang ke atap rumah sakit.

Sebelumnya Jaehyun memang sempat menghubungi Jaemin untuk memastikan kondisinya. Dan Jaemin menjelaskan bahwa dia ada di rumah sakit. Tanpa bertanya lebih lanjut, Jaehyun memutuskan untuk menyusul. Tapi bus yang akan ia naiki tak kunjung datang, sampai akhirnya hujan mengguyur kota. Jaehyun berdecak karena mobilnya ia tinggalkan di tempat lokasi pengepungan kelompok Yuta. Ia hanya bisa berteduh di halte bus sembari menunggu bus datang.

"Mengapa kau lakukan hal bodoh seperti tadi?" tanya Jaehyun.

"Kau tidak kasihan pada keluargamu? Kau tidak memikirkan perasaan orang-orang terdekat jika mereka tau kau melakukan hal seperti itu?"

"Dan satu lagi, apa kau tidak menyayangi dirimu sendiri? Tindakan tadi bukan hanya menyakiti orang yang ditinggalkan. Tapi, kau sendiri yang akan merasakan sakit yang tak berkesudahan."

Jaehyun tidak lepas menatap mata Nara as Shua. Shua yang mendengar semua perkataan Jaehyun hanya bisa menangis. Hatinya terkoyak seiring kata-kata Jaehyun terucap.

Jaehyun seakan tahu jika yang sedang ia ajak bicara adalah Shua, kakaknya sendiri. Ia seakan mengeluarkan isi hatinya ketika dirinya ditinggalkan Shua untuk selamanya.

"Jaehyun..." lirih Shua.

"Kau ingin melakukannya lagi?"

Shua tidak mengerti maksud dari perkataan Jaehyun.

"Kau ingin menyakiti dirimu sendiri untuk kedua kalinya?"

Jaehyun menarik napas, "Kak Shua..."

Shua terkejut bukan main, Jaehyun mengetahui kehadiran dirinya. Ia mendekati Jaehyun perlahan, mengusap sebelah pipinya dengan lembut. Sudah lama sekali ia ingin melakukan hal tersebut pada Jaehyun. Tapi selalu ia urungkan karena tidak ingin Jaehyun salah paham.

Jaehyun memegang tangan Shua yang terasa dingin itu. Tak lama ia memeluk Shua dengan erat, begitupun dengan Shua.

"Maafkan aku, adikku..." lirihnya disela isak tangisnya.

"Aku rindu, kak.."

"Maaf, maafkan aku, Jaehyun. Aku memang bodoh. Apa kau memaafkan aku?"

Tanpa menjawab, Jaehyun mengangguk. Shua hanya bisa mengeratkan pelukannya pada Jaehyun. Senyumnya merekah, hatinya menjadi hangat.

"Kak..., Aku sudah tau semuanya. Jaemin, dia adik kita, kak. Ayah tidak pernah sekalipun selingkuh dengan ibu Jaemin. Sebelum Mama meninggal, Jaemin lah yang selalu menemaninya di rumah sakit. Sudah ya, maafkan dia."

Shua melepaskan pelukannya. Ia menatap Jaehyun tak percaya. Sejak kapan adiknya itu memiliki kepercayaan pada Jaemin.

Pandangannya beralih pada Jaemin. Ia menghela napas, "Baiklah, aku akan memaafkan dia. Dan aku akan mengakui jika diaㅡdia adikku. ㅡAdik angkatku." ralatnya.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang