Shua yang masih terlelap tidur di pagi hari itu di bangunkan oleh mentari yang menyinari wajahnya. Membuat gadis tersebut sedikit demi sedikit membuka kedua matanya. Tapi bukannya menyambut sinar mentari dengan kegembiraan ia malah berdecak sebal seakan marah kepada matahari yang terbit begitu cepat.
Tak lama ia mendengar suara ibunya samar-samar dari luar kamarnya. "Aku sudah menyiapkan semua ini untukmu. Kenapa kamu tidak menghargai sedikit saja usaha istrimu ini."
"Aku harus cepat-cepat pergi ke kantor klien sudah menungguku. Tidak ada waktu untuk sarapan."
"Di tunggu oleh klien atau di tunggu oleh selingkuhanmu itu?"
"Ini masih pagi aku tidak mau membuang energiku dengan adu argumen denganmu." lalu terdengar suara pintu yang di tutup dengan kencang.
Tak lama suara isak tangis terdengar oleh kedua telinga Shua yang sedari tadi mendengarkan percekcokan kedua orang tuanya.
Gadis itu mengacak-acak rambutnya. Ia frustasi dan ia marah kepada Tuhan kenapa tidak cabut saja nyawanya agar ia tidak lagi menjadi saksi pertengkaran orang tuanya.
"Tuhan aku ingin mati!" gumamnya.
***
Setelah pertengkarannya dengan Nara selesai Shua memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat favorit saat ia masih hidup. Tempat favorit ketika dirinya sedang marah, sedih ataupun bahagia. Tapi sepertinya sangat jarang dirinya merasakan kebahagiaan. Tempat itu hanya menjadi saksi ketika dirinya di fase yang tidak baik-baik saja.
Shua terduduk di sebuah kursi yang menghadap ke danau. Ia meneteskan air matanya, menahan isak tangis tidak ingin jika dirinya menjadi pusat perhatian.
"Bahkan saat aku mati pun aku tidak merasakan kebahagiaan. Tuhan sebenci apa kau terhadap diriku? Tidak pernah sekalipun aku merasakan kebahagiaan di dunia ini. Aku lelah, aku hanya ingin beristirahat untuk selamanya." - batinnya dengan air mata yang seakan tidak mau berhenti.
Saat ia mengangkat kepalanya untuk melihat danau. Ia menangkap satu orang wanita seumuran dengannya yang sedang berjalan sendirian menyusuri jalanan di sekitar tempat itu. Shua menghapus air matanya ia menyelidik mencari tau jika penglihatannya tidak salah.
Ia yakin bahwa wanita yang sedang berjalan itu adalah orang yang ia kenal semasa hidupnya. Ia beranjak berdiri berniat untuk menghampiri wanita itu. Tapi ia urungkan seketika, ia tersadar saat ini ia berada di tubuh orang lain dan sudah pasti wanita itu tidak akan mengenalinya.
Shua melangkahkan kakinya seperti mendapatkan ide bagaimana cara berinteraksi dengan wanita yang sekarang sudah lebih dekat jarak antar keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE | Lee Jeno
Mystery / Thriller[COMPLETED] "Tentang jiwa yang terpisah dengan raga.Tentang Engkau yang mencari kebenaran atas kematian yang tak wajar." Bisakah aku melihatmu lagi?ㅡArcane. [12-2021] #4 in Thriller [090222] #3 in Thriller [040322] #2 in Thriller Terdapat; - Kekeras...