CHAPTER|Forty seven

16 5 3
                                    

Sambungan dari chap 43 ya..

______


"Kau adalah satu-satunya orang yang aku percaya. Tapi apa yang kau lakukan? Kau menyebarkannya dan bersekongkol dengan musuhku di sekolah!!"

"Brengsek!!"


Plak!!!

Shua menampar Siyeon dengan keras. Ia tidak bisa menahan amarahnya lagi. Matanya memerah, napasnya memburu.

"Aku mati karena kau. Dan sekarang, giliran kau yang mati." Desis Shua.

"Shua cukup!!"

Nara memekik lantang. Ia memegang erat pergelangan tangan Shua yang tengah mencekik Siyeon. Ia tidak bisa diam saja melihat keadaan Siyeon yang sudah diambang kematian.

Shua terkejut, tanpa ia sadari orang-orang yang ada dibelakangnya telah mendekat pada dirinya. Jarak antara mereka sekarang cukup dekat.

"Lepasin tangan lo, Shua!!"

"Kamu tidak perlu ikut campur, Nara!!"

Nara sekuat tenaga melepaskan cekikan Shua di leher Siyeon. Sampai dimana Nara berhasil melepaskannya. Ia mendorong Shua sampai terjatuh.

Siyeon pingsan, untung saja ada Mark yang sigap menangkap tubuh Siyeon.

"Lo udah keterlaluan, Shua." Desis Nara.

Ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Shua yang terduduk, dengan mata yang sudah dipenuhi rasa dendam itu.

"Lo udah curi tubuh gue, lo udah bikin hidup gue sengsara! Lo nggak seharusnya masih ada di dunia ini dan hidup di dalam tubuh gue."

"Lo pantas mati, Shua."

Nara menatap tajam mata Shua. Sedangkan jauh dari perkiraan, Shua malah tertawa.

"Gila." Gumam Nara.

"Sengsara? Bukankah kau senang hidup seperti sekarang ini?"

Nara sungguh tidak mengerti dengan ucapan Shua.

Shua terkekeh. "Maksudku, bukankah kau bahagia karena kau bisa bertemu dengan dia," Shua mengangkat dagunya ke arah Jeno seolah memberi kode.

"Jika aku tidak melakukan semua hal ini, kau tidak akan bertemu dengan laki-laki pucat kesayanganmu itu, Nara."

Nara mengepalkan tangan. Ia menoleh kepada Jeno lalu beralih pada Mark yang tengah menahan tubuh Siyeon.

"Jangan sembarangan, Shua. Jaga mulut lo." desis Nara.

Shua terkekeh. "Mark! Apa kau sudah tahu, jika kekasihmu telah mencintai laki-laki lain selain kau?"

Mark terdiam. Ia tidak mengerti apa maksud perkataan Shua.

"Laki-laki itu bernama Lee Jeno, Mark," lanjut Shua.

Mark pun seolah teringat kembali cerita Haechan waktu itu, saat ia menceritakan bagaimana keadaan Nara. Haechan bilang Nara tidak sendiri ia ditemani seorang remaja laki-laki bernama Lee Jeno.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang