CHAPTER|Six

57 16 8
                                    


Setelah kejadian di dalam kamar pasien itu, Haechan dan Jaemin memutuskan untuk tidak langsung pulang mereka beralasan akan menemani Doyoung di rumah sakit sementara sambil menunggu sore hari.

Sementara Chenle, Jisung dan Arin memutuskan untuk pulang duluan.

Dan saat ini, Haechan dan Jaemin sedang berada di kantin rumah sakit sekalian berniat membelikan makanan untuk Doyoung dan ibunya Nara.

Mereka duduk berdampingan dan di hadapan mereka terdapat Nara dan Jeno yang saat ini masih tidak percaya bahwa Haechan bisa melihat keberadaan mereka.

"Chan lo indihom?" tanya Nara saat setelah saling bertukar tatap dengan Haechan tanpa suara yang cukup lama. Jeno pun ikut bingung ia hanya memandang Haechan ,Jaemin dan Nara secara bergantian.

"Indigo anjing," ucap Haechan tidak santai. Jaemin menoleh ke arahnya lalu kembali menatap ke depan yang tidak ada apa-apa melainkan hanya udara kosong. Tapi Jaemin sudah tau bahwa di hadapannya saat ini sudah ada Nara dan Jeno, karena dirinya pun bisa merasakannya di tambah saat kejadian tadi Haechan langsung memberi tahu dirinya.

"Iya itu maksud gue. Tapi dari kapan kok gue gak tau? Lo juga kenapa gak cerita?" cercah Nara.

"Lo nya gak tanya," Nara mengangguk. Benar juga mana mungkin Haechan tiba-tiba memberi tahu dirinya, kalau pun Haechan memberi tau itu sudah pasti tidak akan ia anggap serius mungkin akan di anggap sebagai candaan belaka karena kebiasaan Haechan yang sangat random , pelawak dan sudah terkenal jahil di kelas nya. Jadi itu semua terdengar mustahil.

"Btw Ra yang di sebelah lo itu siapa? Muka nya bule banget Ra," ucap Haechan menatap Nara jahil dengan dagu nya yang di arahkan ke arah Jeno.

Nara menoleh kepada Jeno, "Gue gak sengaja ketemu dia. Kita udah temenan, sekarang dia yang nemenin gue disini," jawab Nara.

Haechan pun mengangguk, "Awas lo suka sama dia. Inget Ra dia udah mati," ujarnya tanpa memikirkan bahwa Jeno bisa mendengar perkataannya yang bisa saja membuat Jeno tersinggung dengan hal itu.

Nara memelototi Haechan bahwa perkataanya itu sedikit berlebihan. Nara takut jika Jeno tersinggung dan tidak mau berteman dengannya lagi.

"Tidak apa-apa," ucap Jeno seakan tau isi pikiran Nara. "Aku memang sudah mati kan, apa yang salah?" lanjutnya yang langsung membuat Nara merasa tidak enak.

"Maafin temen gue Jeno," lirih Nara yang dibalas anggukan dan senyum tipis di bibir Jeno.

Sementara di sisi lain Jaemin yang menyimak Haechan yang seolah sedang berbicara sendiri itu merasa kebingungan. Ia sangat ingin tau mereka sedang membahas apa.

"Kalian tuh lagi ngomongin apa sih? Gue gak bisa denger tau!" Jaemin akhirnya mengeluarkan suara. Ia membuang napasnya kesal.

Nara tersadar.Benar juga Jaemin tidak bisa melihat dirinya dan Jeno.
Jaemin pun hanya memainkan ponselnya secara random ia memutuskan untuk mendengarnya nanti dari Haechan yang akan ia minta untuk menceritakan semua apa yang telah terjadi dan apa isi percakapan ia dengan Nara.

"Cepat ke inti pembicaraan nya saja. Kalian terlalu banyak bicara." ujar Jeno yang sudah tidak tahan berlama-lama duduk di kantin itu tanpa adanya percakapan yang penting.

Haechan yang mendengar hal itu mengangguk setuju, "Oke jadi, kenapa lo bisa keluar dari tubuh lo sendiri?"

"Gue juga gak tau Chan. Gue gak ngerti saat gue sadar kepala gue udah sakit aja tapi gue ngerasa saat itu badan gue ringan banget pas gue megang kepala gue gak sengaja liat tangan gue yang transparan. Semuanya terjadi begitu ajaㅡ"

".....Gue takut.." lanjut Nara dengan lirih. Ia menunduk seketika air mata nya keluar begitu saja. Haechan hanya bisa menatapnya tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena ia pun tidak tau ada apa sebenarnya dan bagaimana itu semua bisa terjadi. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang