CHAPTER|Fifty

15 3 1
                                    

Kelulusan hampir tiba. Nara disibukkan dengan berbagai ujian essay sampai praktek.

Nara yang tidak tahu apa-apa, ia harus mengejar nilai yang tak terisi selama ia koma. Nara merasa ganjal karena nilai yang seharusnya kosong telah terisi, walau lebih kecil dari angka yang biasa Nara dapatkan.

"Rin, kok nilai-nilai selama gue gak masuk sekolah udah keisi, sih?" Nara memperhatikan rekap nilai yang harus ia perbaiki agar bisa lulus.

Arin sedikit terkejut karena Nara menyadari itu. "Itu.... Nilai kelompok, Ra. Lo masuk kelompok gue, walaupun lo gak ada, lo tetep dapet nilai." jelas Arin tersenyum kikuk.

"Masa, sih?"

"Tiap hari di kasih tugas kelompok? Ini ada kok tugas individunya. Tapi keisi, walau jauh dari KKM." lanjut Nara. Membuat Arin semakin gelagapan.

"Udah, lah. Jangan dipikirin, yang penting lo dapet nilai. Lo tinggal perbaikin yang kecil dan tambah nilai yang masih kosong. Lo kan otaknya cukup encer."

Nara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia masih kebingungan. Apa mungkin saat ia terbaring koma, Doyoung yang mengerjakan semua tugas sekolahnya?

Nara menggeleng kuat-kuat. Mana mungkin Doyoung melakukan hal seperti itu. Sekolah pun tidak mungkin memberikan suatu tugas kepada murid yang tengah sakit.

"Lo harus tau, Ra. Nilai lo jadi jelek karena Shua. Dapet nilai gede itupun nyontek dari gue..." ㅡ Batin Arin.

"Pulang sekolah lo ada acara, gak?" Arin mencoba mengalihkan topik.

"Gak ada, sih. Tapi nanti malem gue mau ketemu Mark."

"Oh, iya! Hubungan lo sama Mark gimana? Dia gak dateng jengukin lo?" Arin seolah teringat ketika Nara menyebutkan nama Mark.

"Dia jengukin gue, kok. Malah dia kek seneng banget gue siuman. Dia sampe nangis, haha,"

"Lucu banget muka dia waktu nangis, please!" Nara teringat kembali ekspresi Mark yang membuat perutnya geli.

"Dia kangen banget sama lo pasti."

Nara menoleh pada Arin. "Dia sesayang itu ya sama gue...?" Nara menggantungkan kalimatnya.

"Tapi gak tau kenapa perasaan gue ke dia gak kayak dulu lagi."

***

"Sayang!"

Nara berlari kecil menghampiri Mark yang sudah berdiri tegap dengan senyuman yang sudah lama tidak Nara lihat.

"Nunggu lama?"

Mark menggeleng. Tangannya terulur mengusap pucuk kepala Nara lembut. Senyumannya tak luntur sedikitpun.

"Berangkat?" Mark menunjuk mobilnya.

"Kaja!!"

--

Mark membawa Nara ke sebuah taman yang dimana taman tersebut sangat Nara kenali. Taman yang menyimpan sebuah kenangan indah. Pertemuan pertama Mark dan Nara, sampai Mark menyatakan cintanya pada Nara dengan ragu. Walau begitu, Nara tidak menyangka jika laki-laki yang selama ini ia kagumi, ternyata memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

"Taman ini?" Nara mendongak menatap Mark.

"Lagi kangen sama taman ini aja. Dan semua kenangan yang ada di dalamnya."

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang