CHAPTER|Twenty six

31 7 1
                                    

Di sebuah taman Shua menunggu kehadiran Mark. Malam yang cukup dingin bagi manusia.

Ya, karena saat dirinya masih menjadi arwah rasa dingin itu sudah seperti sahabatnya sendiri. Tapi sekarang, rasa dingin seolah menjadi musuh yang saat ini tengah menyerang tubuhnya.

Shua benar-benar seperti hidup untuk kedua kalinya.

Tak lama terlihat Mark yang berjalan mendekat. Dengan setelan baju yang hampir sama dengannyaㅡ Celana jeans panjang dan juga jaket tebal.

Setelah sampai, Mark langsung mendekap tubuh kecil Nara itu. Pelukan yang sangat erat, sangat terasa rasa rindu yang Mark rasakan saat ini.

"M-mark?"

Shua mencoba mendorong tubuh Mark untuk melepaskan pelukannya. Shua tidak bisa bernapas rasanya.

"Aku kangen banget sama kamu Nara. Biarin aku peluk kamu sebentar aja, ya?"

"Aku gak bisa napas."

Mark sedikit mengendurkan pelukannya. Akhirnya Shua bisa bernapas normal kembali.

Kali ini yang ada dibenak Shua adalah ia harus melakukan apa. Mark terlihat sangat menyayangi Nara. Dan Shua lagi-lagi terdiam betapa beruntungnya Nara terlahir di keluarga yang harmonis , teman-teman yang peduli dan seorang laki-laki yang mencintai dan menyayangi dirinya dengan begitu tulus.

Tangan Shua terangkat, berniat untuk membalas pelukan Mark. Tapi tangan itu kembali ia turunkan. Ia menunggu Mark untuk menghabiskan rasa rindunya kepada pacarnya itu.

Tak lama, Mark pun melepaskan pelukannya dan mendekap kedua pipi ShuaㅡAh maksudnya kedua pipi Nara, karena wajah itu adalah wajah seorang Kim Nara.

"Pipi kamu dingin banget. Maaf, udah nunggu lama."

"G-gapapa."

"Kok gugup sih?" Mark terkekeh.

Shua mengalihkan pandangannya , menghindar dari sorotan mata Mark yang menatapnya begitu lembut tapi bisa mengunci netra seseorang di hadapannya saat ini.

Ada apa dengan Shua?

"Cie salting!" Mark tertawa, melepaskan dekapan tangannya dan beralih mengacak puncak rambut Shua pelan.

Shua merutuki dirinya sendiri. Ada apa dengan dirinya? Mengapa ia tidak bisa bereaksi apapun dengan segala perlakuan Mark terhadapnya. Ia hanya bisa diam, gugup, dan mungkin nyaman?

"Kita beli coklat panas."

Tangan Mark terulur menunggu tangan wanita yang ia cintai membalasnya dan menautkan jari-jari mereka untuk menciptakan kehangatan.

Shua lagi-lagi terdiam. Ia harus bagaimana? Apa dia harus berpegangan tangan dengan Mark? Adik dari temannya yang ia benci.

"Hei kenapa diem?"

"H-hah?"

Astaga Shua!

Mark menarik tangan Shua dan menautkan jari mereka. Kemudian Mark memasukkan kedua tangan yang saling bertaut itu kedalam kantong jaketnya.

Mark tersenyum, sudah lama ia tidak kencan dengan Nara seperti ini. Sedangkan Shua, ia masih terdiam. Berusaha mengontrol dirinya yang entah sampai saat ini dirinya pun tidak mengerti.

.

Dan saat ini, keduanya telah duduk di sebuah Café dengan coklat panas di hadapan mereka.

Mark tidak henti-hentinya menatap gadis di hadapannya yang saat ini sudah salting bukan main.

"Mark kenapa liatin aku terus sih?!" Lama-lama Shua frustasi sendiri.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang