CHAPTER|Twenty one

24 3 0
                                    

Di sebuah ruangan yang cukup pengap dan gelap hanya di terangi oleh lampu temaram. Jaemin terduduk di sebuah kursi dengan kepala yang ditutupi sebuah kain berwarna hitam dengan tangan yang diikat kebelakang.

Di hadapannya terdapat seseorang yang sedang duduk memperhatikannya di balik kegelapan. Tak lama satu orang lagi datang . Sebelum duduk ia memperhatikan Jaemin yang sedang terduduk lemah.

Saat sampai di tempat tersebut kesadaran Jaemin telah kembali. Dan tentu saja ia mendengar langkah kaki seseorang yang baru datang itu. Ia yakin yang datang barusan adalah seorang laki-laki.

Salah satu orang yang tengah duduk memberikan sebuah kode untuk membuka kain yang menutupi kepala Jaemin.

Saat kain itu di angkat. Tampak wajah Jaemin yang terdapat luka lebam di beberapa bagian wajahnya. Memang saat sampai di tempat tersebut Jaemin sempat melawan dan beberapa kali pukulan  mendarat di wajahnya. Sebelum wajah itu di tutupi oleh sebuah kain.

Jaemin mengangkat kepalanya pandanganya lurus ke depan menatap manik mata seseorang yang sangat ia kenal di balik kegelapan tersebut.

Satu orang membuka suara. "Lihat. Pekerjaanku cepat bukan?"

"Kau memang bisa di andalkan Yuta." Jaehyun meringis.

"Sekarang harus ku apakan adikmu?"

"Tutup mulutmu." Desis Jaehyun.

Yuta terkekeh karena dia tau Jaehyun sangat tidak suka ketika ada orang yang memanggil Jaemin sebagai adiknya.

"Aku ada ide." Yuta melangkahkan kakinya mendekati Jaemin. Ia mengusap puncak kepala Jaemin kemudian ia tarik kebelakang sampai kepala Jaemin terangkat dan menengadah menatap dirinya.

"Kau lihat laki-laki yang ada di depanmu itu?"

Jaemin mengalihkan pandangannya sekilas pada Jaehyun lalu kembali menatap Yuta dengan mata yang memerah.

"Ahh.. jangan nangis dong." ejek Yuta.

"Kau tau dia bukan? Asal kau tau aku melakukan ini karena suruhan dia." Ujar Yuta sambil menoleh ke arah Jaehyun.

"Sekarang kau tau Jaemin dia bukan kakak yang baik untukmu."

"Dia membencimu. Sudah lama sekali dia ingin melenyapkanmu tapi temanku itu lemah. Mukanya saja sangar dan badannya kekar tapi hatinya terlalu mungil." Decih Yuta karena mengingat Jaehyun yang selalu tidak berani untuk melakukan suatu hal yang cukup kejam.

"Kau mau tau alasannya? Dia membencimu karena kau hadir di keluarganya. Dan sekarang kau menambah rasa benci itu dengan rasa khawatir." Yuta tertawa kecil.

"Dia khawatir jika kau mengetahui satu rahasia miliknya. Dan itu bisa berakibat fatal."

Terdengar helaan napas Jaehyun di seberang sana. "Sudahlah Yuta kau membuang waktu saja. Mau kau apakan dia?"

Jujur saja jauh di hati kecilnya Jaehyun tidak tega melihat Jaemin dengan keadaannya seperti saat ini. Bagaimanapun dia adalah orang yang sudah hidup bersamanya belasan tahun. Sudah seperti keluarga sendiri.

Tunggu apa itu keluarga? Sepertinya Jaehyun lupa jika dirinya sangat membenci Jaemin terlebih kepada ibunya yang bahkan melihat wajahnya pun ia belum pernah. Dan perkataan Yuta benar, dirinya sangat pengecut. Takut jika Jaemin mengetahui rahasia yang telah ia simpan selama ini.

"Aku hanya memberikan  sedikit waktu pada adikmu bernapas untuk terakhir kalinya." Yuta terkekeh. Melepas cengkramannya pada rambut Jaemin. Jaemin kembali menunduk dengan emosi yang sudah di ujung tanduk namun masih bisa ia tahan.

Jaehyun memalingkan muka. Yuta suka sekali menggoda dirinya.

"Ada yang mau kau sampaikan sebelum aku mengeksekusimu bocah kecil?"

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang