CHAPTER|Twenty three

22 7 0
                                    


Setelah mendengar kabar dari Haechan. Nara dan Jeno memutuskan untuk mengikuti mereka.

Begitupun dengan Haechan dan Renjun yang sudah sampai di tempat yang mereka tuju. Benar saja, tempat itu sangatlah sepi dan cukup jauh dari pemukiman warga.

Tak lama muncul Nara dan Jeno tepat di samping Haechan. Dan itu sukses membuat Haechan terperanjat kaget. Mereka seperti melakukan teleportasi yang membawa mereka dari tempat satu ke tempat lainnya dengan sekejap mata.

Renjun kebingungan melihat tingkah Haechan yang tiba-tiba terlonjak kaget sambil mengusap dada.

"Kalo dateng tuh yang sopan! Kaget tau!" ngegas Haechan.

"Lah napa lo jadi ngegas kambing?!"

Renjun yang di sebelahnya heran karena Haechan yang tiba-tiba ngegas. Padahal jika dia tau Haechan bukan merutuki dirinya, tapi pada dua sosok arwah yang saat ini sedang tertawa melihat Haechan yang di gas balik oleh Renjun.

Untung posisi mereka cukup jauh dari rumah yang diduga tempat penyekapan Jaemin tersebut. Tapi tetap saja mereka harus tetap berhati-hati takut ada orang lain yang mengetahui keberadaan mereka.

"Terus selanjutnya kita ngapain nih Chan?" tanya Nara.

"Bentar gue mikir dulu."

Seperti biasa Renjun terlihat kebingungan. Ia menatap Haechan menelisik.

"Gini, mending kalian berdua duluan.Gue sama Renjun kesananya nyusul. Kalian kan gak keliatan kalo kita harus ekstra hati-hati takut ketauan."

Masih dengan Renjun yang kali ini wajahnya berubah menjadi rasa takut. Dia melihat ke sekelilingnyaㅡtidak ada siapa-siapa selain mereka. Ia melihat arah pandang Haechan yang seperti berbicara dengan udara kosong.

Seketika ia bergidik ngeri. Padahal ini sudah mulai memasuki pagi hari tapi rasanya seperti sedang melakukan uji nyali di malam hari. Apalagi dengan kabut yang belum juga naik serta tempat tersebut cukup sepi. Ditambah Haechan yang menambah rasa tegang itu semakin terasa.

"Chan lo kenapa? Jujur gue takut. Lo ngomong sama siapa sih!? Udah gila lo?" Cercah Renjun.

"Oh kenalin ini temen gue Nara sama Jeno namanya."

Renjun melihat ke arah telunjuk Haechan yang menujuk udara kosong.

Renjun menatapnya ngeri. "Sehat lo? Kalo sakit kita balik ajadah. Nyelametin Jaemin nya besok aja."

"Brengsek yang ada Jaemin modar di dalem sono."

"Heh bahasanya!" Tegur Nara yang diangguki Jeno. Jeno memang ngikut aja apapun yang Nara lakukan.

"Yaudah kalian cepet masuk duluan. Ni anak satu urusan gue."

Haechan yang semula menoleh ke arah Renjun saat mengarahkan pandangannya kembali Nara dan Jeno seketika sudah  menghilang tanpa berpamitan.

Haechan mendengus. "Dasar hantu!"

"Hah?!!" Renjun shock.

.

Di tempat lain Jeno dan Nara yang sudah berada di depan pintu rumah yang sudah lama tidak di tinggali itu mematung dan saling bertatapan.

"Masuk aja nih?"

Di ikuti anggukan Jeno.

"Ni rumah serem Jen. Gak bakal ada hantu jelek kan?" Tanya Nara sedikit khawatir.

ARCANE | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang