#13. K E C E W A

2.6K 249 31
                                    


Setelah berdebat karena cemburu kini keduanya tengah makan malam. Ali memperhatikan Prilly yang makan dengan khidmat tanpa menoleh ke arahnya.

Perdebatan tadi cukup membuat Ali kesal. Bagaimana bisa Prilly mengetahui kalau Ali cemburu pada Alan. Walaupun dugaan istrinya itu benar namun tetap saja dia gengsi mengatakannya.

Piring milik Ali dan Prilly sudah kosong. Kini Prilly membereskan bekas makan malam mereka dan mencucinya di wastafel. Sedangkan Ali diam ditempatnya dia duduk tidak berkutik sama sekali.

Setelah selesai mencuci piring, Prilly membalikkan badannya dan memperhatikan Ali yang tengah melamun. Akhirnya Prilly memutuskan untuk mendekati Ali dan melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Mas Ali?"

"Hah?" Ali menoleh ke arah Prilly yang berdiri di sampingnya.

"Bengong aja dari tadi. Mikirin apa sih?"

"Oh, enggak ada apa- apa."

Ali berdiri dari kursi yang ia duduki dan mengajak Prilly ke kamarnya. Sedangkan Prilly merasa malu karena sepertinya Ali akan meminta haknya kembali.

Melihat Ali yang mengunci kamarnya membuat Prilly semakin salah tingkah. "Mas kenapa pintunya dikunci?"

"Gak apa-apa. Biar tenang aja."

Mendengar kata 'tenang' membuat Prilly malah tidak tenang.

Kemudian Ali menarik tangan Prilly untuk duduk bersamanya di atas ranjang. Prilly menatap Ali dibawah remangnya kamar mereka. Dia merutuki dirinya karena lupa tidak menyalakan lampu sebelum makan malam tadi.

Melihat wajah Prilly yang terang karena sinar bulan membuat Ali merasa tenang. Prilly adalah wanita tercantik yang pernah ia temui. Sehingga membuat dirinya jatuh cinta pandangan pertama.

Pandangan Ali tak lepas dari pahatan cantik di hadapannya. "Seandainya, kamu mengandung darah dagingku dan kamu melahirkan. Apa yang akan kamu lakukan setelah itu?"

Prilly mengernyit tak mengerti, namun sedetik berikutnya dia mengingat surat perjanjian yang Ali berikan kepadanya.

"Pergi meninggalkan kamu dan anak aku, Mas. Apa lagi yang harus lakukan selain itu?"

"Bisakah kamu tetap disini?" Tanya Ali dengan nada yang begitu lemah membuat air mata Prilly lolos begitu saja.

"Aku gak mau ingkar. Sesuai dengan isi perjanjian itu, aku harus meniggalkan bayi aku dan memberikannya identitas baru."

"Kita ubah perjanjiannya."

Prilly menggeleng tidak mengerti dengan ucapan Ali yang sangat berbeda dengan tempo hari itu saat lelaki itu memintanya untuk menandatangani surat perjanjiannya.

"Kenapa Mas Ali tiba-tiba berubah seperti ini?"

Ali menghela nafasnya frustasi. "Karena semua ini aku lakukan atas kehendak Nessa. Dia yang minta aku untuk menikahi kamu dan dia juga yang membuat perjanjian itu. Tanpa kamu sadari, kalau sebenarnya aku menikah atas keinginan ku dari dulu bukan semata-mata mengabulkan keinginan Nessa."

Mendengar hal itu Prilly shock. Semua ini permainan Nessa, tapi kenapa Nessa melakukan hal ini kepadanya?

"Istighfar Mas, kamu gak boleh nuduh Mbak Eca kayak gitu."

"Kamu gak ngerti Pril. Satu tahun hidup aku diatur sama dia, dan sekarang aku udah gak mau lagi hidup dengan aturannya. Aku memang pernah mencintai Nessa tapi rasa cinta itu sekarang udah hambar. Enggak ada lagi Nessa di dalam hati aku Pril."

Prilly tidak tahu harus mengatakan hal apa kepada suaminya. Wajah lelah terlihat jelas pada mimik muka suaminya, walau hanya disinari terang bulan. Kini dia mengerti dengan sikap Ali yang awalnya begitu dingin kepadanya. Hal itu karena rasa kesal kepada Nessa.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang