#38. D E J A V U

1.7K 203 3
                                    


Evi mengerutkan dahinya begitu melihat Prilly yang baru turun dari taksi dan mulai melangkah memasuki pekarangan panti asuhan.

"Kak Prilly!!"

Prilly tersenyum ketika anak panti menyambut dirinya dengan senang. Prilly menyapa mereka satu persatu setelah itu dia berjalan mendekati Ibu Evi yang sedang menatap dirinya bingung.

"Ibu.." sapanya seraya memeluk Ibu Evi, menyalurkan rasa rindunya.

Ibu Evi melepaskan pelukan Prilly dan mengajak wanita berbadan dua itu masuk ke dalam rumah.

"Ibu butuh penjelasan." Ujar Ibu Evi seraya mempersilahkan Prilly untuk duduk.

"Penjelasan apa sih, Bu? Aku kesini cuman mau nginep doang, kangen sama anak-anak panti dan kangen juga sama Ibu. Emangnya Ibu gak kangen sama Lyly?" Timpal Prilly diiringi pertanyaan.

Ibu Evi menghela nafasnya, "iya kangen. Tapi, kenapa kamu datang kemari sendiri? Ibu yakin kalau kamu dan nak Ali pasti sedang bertengkar."

Prilly tersenyum simpul dan memegang tangan Ibu Evi lembut.

"Aku gak tau siapa yang salah kali ini. Tapi aku cuman butuh waktu sendiri untuk mengintropeksi diri aku, Bu. Dan mungkin aja setelah aku ketemu sama ibu dan anak-anak panti bisa mengobati rasa rindu aku ke Mama dan Nessa." Mendengar ucapan Prilly yang diiringi nada sedih membuat Evi mengelus pundak perempuan itu.

"Yang sabar ya sayang. Kita yakini saja bahwa ini adalah sebuah rencana baik dari Allah untuk kita semua."

"Iya, Bu. Aamiin."

Ibu Evi beranjak dari tempat dia duduk. "Ibu mau kemana?"

"Ibu mau buat makan malam untuk anak-anak. Ini udah sore juga."

"Lyly bantuin ya, Bu?"

"Boleh, tapi hak boleh capek-capek ya. Takutnya terjadi sesuatu sama kandungan kamu." Peringatan Ibu Evi membuat Prilly terkekeh.

"Iya Ibu, Lyly pasti jagain anak Lyly kok."

"Ya udah, ayo kita ke dapur."

***

Ali merebahkan tubuhnya di sofa yang panjangnya saja tidak menampung seluruh tubuhnya.

Setelah perdebatan tadi siang bersama Prilly, akhirnya dia mendapatkan omelan Bunda Renata. Iya walaupun Renata tidak melihat pertengkaran mereka namun Renata mengetahuinya ketika Ali berpamitan untuk pulang.

"Kamu tuh ya.. gak ada kapok-kapoknya. Udah tahu istrinya lagi hamil, hormonnya naik turun terus. Tapi kamu, suaminya selalu bikin ulah jadinya salah paham 'kan?" Omel Renata yang tidak berhenti nyerocos memarahi putranya.

"Iya Bunda, Ali minta maaf."

"Minta maaf sama Prilly lah, masa minta maaf sama Bunda?"

Ali menghela nafasnya. Lelaki itu mendekati sang Bunda lalu memeluknya dengan lembut.

"Bunda tahu? Bunda kalau lagi marah makin cantik tahu." Ujar Ali dengan tulus.

"Gombal kamu sama Bunda?!" Kata Renata dengan menggeplak lengan anaknya.

"Bun, Ali gak tahu kalau semuanya akan seperti ini. Ali juga ngerasa salah sama Prilly tapi Ali gak tahu harus jelasinnya kayak gimana. Mungkin untuk saat ini Prilly lagi butuh waktu sendiri."

"Walaupun gitu, kamu harus cepet-cepet susulin istri kamu itu."

"Iya Bundaku sayang.. Ali capek kali Bun jadi lelaki yang selalu menyakiti hati perempuan dan gak tanggung jawab. Udah cukup Bun, Ali sakitin Prilly harusnya dia sekarang bahagia."

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang