#20. A Y A H N Y A

2K 223 3
                                    


Ali benar-benar menyusul Prilly pada saat Prilly di periksa oleh Dokter Nindy. Hal itu membuat hatinya menghangat, karena Ali mulai menepati janjinya.

"Ini resepnya jangan lupa di tebus di apotek ya." Prilly menerimanya dan mengangguk pelan.

Ali dan Prilly berpamitan kepada Dokter Nindy. Dan mereka keluar dari ruang periksanya.

"Aku antar kamu pulang dulu ya?" Prilly menggeleng tak setuju.

"Kamu kan lagi tugas Mas."

"Aku bisa izin sebentar. Kalau kamu gak lupa rumah sakit ini punya Ayah."

Prilly menatap gemas ke arah suaminya yang nampak keukeuh dengan keinginannya untuk mengantar dirinya pulang.

"Apalagi karena itu, aku gak mau Mas. Jangan mentang-mentang rumah sakit ini punya Ayah kamu malah seenaknya. Tugas kamu menjadi dokter dan menyembuhkan orang-orang. Gak usah ya? Aku bisa pulang sendiri."

Ali tersenyum bangga kepada istrinya. "Bijaknya istriku. Udah gitu rendah hati dan perhatian. Dan bonusnya cantik pula." Seruan Ali membuat Prilly tersipu malu dengan pipi yang sudah memerah.

"Ya udah aku pulang dulu ya, Mas. Sekalian mau tebus obat ke apotek."

Ali mengangguk, "hati-hati di jalan. Telepon Pak Jojo aja ya? Aku khawatir kalau kamu pulang sendiri."

"Iya siap, Pak Dokter." Ujar Prilly mengangkat tangannya memberi hormat kepada suaminya.

Prilly membawa tangan kekar suaminya dan menciumnya dengan lembut, "Assalamualaikum Mas."

"Waalaikumsallam, sayang."

Prilly melambaikan tangannya sebelum dia benar-benar meninggalkan lorong rumah sakit. Hal itu tak luput dari pandangan mata seseorang dibalik tembok lain yang sedari tadi memperhatikan mereka.

Tangannya mengepal dengan mata yang memerah, "silahkan bergembira untuk sekarang karena sebentar lagi lo bakalan ngeluarin banyak air mata."

***

"Alan!"

Alan yang baru saja masuk ke dalam rumah menghentikan langkahnya ketika Renata memanggilnya seraya mendekatinya

"Kenapa Bun?"

"Anterin Bunda ke rumah Prilly yuk!"

Alan menaikkan alisnya, "dalam rangka apa Bunda ke rumah Prilly?"

Alan mengaduh kesakitan ketika Renata menampar lengannya. "Kuli banget sih Bun, tenaganya."

"Lagian, kamu itu aneh banget sih? Orang Bunda mau ke rumah mantu Bunda, ya emang apa salahnya?" Tanya Renata membuat Alan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Enggak salah sih Bun. Tapi maksud Alan tuh, Mbak Eca gimana kalau kita pergi?"

"Bunda barusan mau kasih Nessa makan dan obat tapi kamarnya di kunci. Mungkin masih tidur, maklum aja obatnya kan ada obat tidurnya. Lagian nanti ada suster yang jaga juga kan? Udah ah ayo, keburu ke sorean nih." Ucap Renata membuat Alan mengernyit dahinya bingung.

"Kamarnya di kunci? Ini gak masuk akal. Pasti dia berulah lagi."

Renata menatap gemas putra bungsunya, langsung saja dia menarik tangannya membuat Alan yang melamun langsung membuyarkan lamunannya.

"Bun kaget tau."

"Kalau Bunda tungguin bisa isya kita pergi ke rumah Prilly nya." Ocehnya dengan kesal.

Mereka masuk ke dalam mobil dan Alan mulai melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan kediaman Fatahillah.

Keluarga Fatahillah memang lah kaya raya karena memiliki banyak perusahaan di berbagai bidang. Walau begitu mereka adalah orang yang sederhana. Mereka tidak manja, dan jarang menggunakan supir untuk bepergian. Jikapun perlu supir mereka hanya akan menggunakan satpam di rumahnya. Bukan irit atau pelit hanya saja hal seperti itu sudah biasa di lakukan sejak dulu dan menjadi kebiasaan mereka.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang