#26. M I M P I B U R U K

2.2K 269 18
                                    

"Udah siap?" Pertanyaan Alan membuyarkan lamunan Prilly yang sedang bergeming menatap kamar miliknya dan Ali.

"Apa ini benar?"

Alan menarik bahu Prilly agar menatapnya. "Kita udah berapa kali omongin masalah ini sih Ly? Kamu juga setuju, kan?"

Melihat Alan yang kesal pada dirinya, Prilly menundukkan kepala seraya mengelus pelan perutnya.

"Aku cuman kangen Mas Ali, hiks." Isaknya pelan.

Mungkin karena hormon dari janinnya, Prilly menjadi mudah sedih dan selalu menangis. Alan yang melihatnya merasa iba kepada Prilly.

"Ly, apa kamu mau lihat Ali bahagia? Salah satunya kita harus membuat dia menyesal dan memperjuangkan kamu. Apa kamu gak sedih melihat Ali terus-terusan bertekuk lutut sama Nessa?" Pertanyaan Alan membuat dirinya sadar bahwa yang dia lakukannya ini tidak salah.

"Maaf, seketika aku merasa takut kehilangan Mas Ali. Walaupun akhirnya kita harus pisah juga." Prilly menahan air matanya agar tak meluncur bebas.

Alan mengangguk lalu menatap Prilly, "aku paham, hanya saja ini yang terbaik Ly. Aku harap kamu bisa sabar dengan semua ini."

Prilly menghapus air matanya, "demi Mas Ali dan kebahagiaan anakku. Aku bakalan lakuin apapun untuk menghancurkan Nessa." Ujarnya semangat, kini tak ada embel-embel Mbak lagi. Toh untuk apa dirinya memanggil seperti itu bahkan umur Nessa lebih muda satu tahun darinya.

"Gitu dong, baru cakep." Ujar Alan.

Prilly berjalan mendahului Alan yang masih termenung ditempatnya.

"Kamu begitu mencintai Ali, ya? Sedangkan aku cuman bisa jagain kamu tanpa milikin kamu."

"Alan..." Teriakan panjang Prilly membuatnya buru-buru turun ke bawah karena takut terjadi sesuatu.

"Kenapa?" Tanyanya panik.

"Ayo berangkat, panik amat sih."

Alan menghela nafasnya ketika tidak terjadi apa-apa kepada Prilly.

"Bu, aku berangkat dulu ya." Ujar Prilly kepada Bi Arum dan Ibu Evi, kebetulan Ibu Evi menginap semalam karena mendengar kabar Prilly yang akan berangkat.

Semua ini rencana Alan yang tentu saja disetujui orang tuanya, Fatahillah, Renata, Ibu Evi bahkan Mama Gina pun ikut serta menyetujui misi ini.

"Hati-hati ya nak, kalau ada apa-apa tolong kabari kami. Baik-baik di sana, jaga diri kamu untuk kita ya?" Ujar Bu Evi diiringi memeluk Prilly.

"Iya, Ibu gak usah khawatir ya? Lagian Alan juga bakal ke sana setiap bulannya."

"Kok setiap bulan, Ly? Perjanjian kan aku kesana tiga hari satu kali." Ujarnya mengernyitkan dahi dengan heran.

"Udah nurut aja sih! Lagian deket ini, gak usah khawatir. Karena kalau kamu datang ke sana tiga hari satu kali, Mas Ali dan Nessa bakalan curiga. Apa kamu mikirin itu?" Mendengar ucapan Prilly membuat Alan mengangguk paham.

"Oke!"

"Ya udah kita berangkat dulu ya Bu, bentar lagi pesawatnya lepas landas." Ujar Prilly.

Mereka melakukan salam perpisahan dengan berakhir Prilly yang melamun di dalam mobil. Mata Alan mengawasi gerak-gerik Prilly, merasa kasihan dengan nasibnya yang seperti ini.

Dalam hatinya, Alan bersumpah setelah ini dia akan melakukan apapun agar semua yang Nessa tutupi terbongkar, Ali menyesal dan membuat Prilly bahagia. Apapun caranya akan Alan lakukan.

***

"Jangan tinggalin aku Ly, jangan."

"Aku kecewa sama kamu, Mas. Lebih baik aku pergi saja daripada aku harus terus-terusan seperti ini. Dan satu lagi anak ini, enggak akan pernah melihat kamu Mas. Dia hanya anakku, anakku."

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang