#6. R E S M I

3.5K 307 12
                                    

Vote gak mau tahuu! Hargai karya orang, jangan cuman numpang lewat doang atuhh, kan kurang sopan. Punten-punten atuh kamu teh:))

💍💍💍

Prilly termangu di taman rumah sakit ditemani oleh Alan yang duduk disampingnya. Mata hazelnya mengabur menatap jari manisnya yang sudah disematkan cincin pernikahan. Kini dirinya sudah resmi menjadi seorang istri, istri kedua dari suaminya.

Saat tadi kondisi Nessa semakin kritis, dokter bilang jika Nessa sudah jarang mengonsumsi obatnya yang harusnya dimakan secara teratur. Wanita itu menginginkan Ali menikahi Prilly di hadapannya juga, di depan brankar rumah sakit. Walaupun sempat di tolak oleh pihak keluarga dengan alasan waktu yang tidak tepat mungkin keduanya belum siap, tetapi Nessa ngotot dengan memberikan alasan jika dia tidak maj meninggal ketika dia bahkan tidak bisa melihat suaminya bahagia, di depan matanya. Dengan hal itu, pihak keluarga hanya pasrah dengan keinginan Nessa yang nampak ngotot.

Setelah mengucap ijab qobul, Prilly permisi keluar dari ruang icu dengan disusuli Alan. Lelaki itu nampak tercenung memikirkan banyak hal.

"Mas, maaf."

Alan mendongkak, menoleh ke arah Prilly seraya tersenyum.

"Gak perlu minta maaf, bukan salah kamu."

Prilly diam kembali, dia masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Memang mereka akan menikah tapi bukan di rumah sakit kan? Jika tidak di gedung dengan resepsi setidaknya di masjid hanya untuk ijab qobul.

"Kita pulang." ajakan Alan diangguki setuju oleh Prilly.

Mereka meninggalkan rumah sakit dengan mobil Alan.

"Kayaknya aku pulang ke panti aja."

Prilly tahu diri, di rumah Ali sekarang sedang tidak kondusif. Walaupun bisa dikatakan sekarang adalah malam pertama mereka namun Prilly tidak begitu menghiraukannya.

Alan tak membalas ucapan Prilly, lelaki itu tengah fokus pada jalan dan handphone nya.

"Suami kamu bilang, kamu pulang ke rumah saja. Tadi setelah ijab qobul Ali menyuruh sopir untuk mengantarkan barang-barang kamu." jelas Alan membuat Prilly meneguk ludahnya kasar, namun dia tetap mengangguk tidak menolak.

Setelah itu keadaan hening, Prilly menatap jalanan yang sudah gelap seperti hatinya yang tengah gelap tak karuan. Warna-warna itu seolah hilang ditelan kegelapan. Astaga, kenapa Prilly menjadi semelankonis ini?

💍💍💍

"Selamat istirahat..."

Prilly tersenyum mendapatkan perhatian lebih dari Alan, Alan memang selalu baik kepadanya. Lelaki itu membukakan pintu kamar untuk Prilly. Wanita itu tertidur di kamar tamu, bersebrangan dengan kamar mertuanya di lantai satu. Berbeda dengan Ali dan Nessa, mereka berada di kamar utama yang berada di lantai dua berselisihan dengan kamar Alan.

"Terimakasih Mas Alan. Mas juga, selamat beristirahat."

Alan mengangguk dan membiarkan Prilly masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya pelan.

Alan menatap pintu berwarna putih gading itu dengan tatapan tak terbaca. Kenapa semuanya seperti ini? Kenapa dia menjadi kehilangan Prilly seperti ini? Harusnya Prilly itu menikah dengan dirinya. Alan akan mencoba merelakan Prilly dengan kakaknya, namun jika hal lain terjadi pada Prilly maka dia tidak akan memaafkan ali walaupun dia adalah kakak kandungnya, itupun jika dia benar-benar merelakan Prilly.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang