#3 : P E R S E T U J U A N

3.3K 264 5
                                    

Maaf ada sedikit koreksi judul namun jalan ceritanya tetap sama, selamat membaca

***

Ali baru saja pulang dari rumah sakit, lelaki itu mengernyit ketika melihat bunda dan istrinya tengah menangis di ruang tengah.

"Ini ada apa?" Tanya Ali membuat keduanya tersadar akan kehadiran Ali.

"Mas kamu udah pulang." Nessa bangun dari duduknya dan menghampiri Ali dengan sesegukan.

"Kamu kenapa, terus itu bunda juga nangis, kenapa?" rentetan pertanyaan dari Ali membuat Nessa tersenyum dalam tangisnya.

"Nanti kita bahas ya, sekarang mas mandi dulu terus kita makan malam ya."

Ali hanya mengangguk walaupun tak bisa dipungkiri dia sangat khawatir dengan kedua wanita yang amat dia sayang.

***

Setelah makan malam hanya ada Ali, Nessa dan Renata. Karena Alan izin untuk lembur dan memilih pulang ke rumah temannya menginap satu hari.

"Mas, bunda udah tahu. Bunda izinin kamu poligami dengan izin aku. Dan aku udah izinin kamu." Seru Nessa memecah keterdiaman mereka.

Ali tersenyum pahit menolehkan wajahnya ke arah lain.

"Bunda tahu, penyakit Nessa sudah memperburuk keadaanya. Bunda serahkan semua ini kepada kalian." Renata menatap putra sulungnya yang gelisah.

"Gimana aku mau nikah lagi, aku cuman cinta sama Eca, Bun. Seandainya Eca izinin aku nikah lagi, siapa yang bersedia di posisi itu Bun, siapa orang yang bisa bantu kita. Emang ada yang bakalan rela menjadi yang kedua?" Tanya Ali dengan sorot mata yang sedih.

"Mas aku mohon, percuma aku terus bersama kamu tapi gak punya keturunan."

Ali diam, memang dia mendambakan seorang anak yang tumbuh di dalam rahim istrinya namun dia tidak ingin menikah lagi, dia masih memikirkan perasaan istrinya itu.

Ali tersadar dalam lamunannya ketika tangan istrinya berada di pundaknya.

Ali menghela nafas pendek.
"Oke."

Jabawan pendek yang mampu membuat Nessa bahagia.

"Alhamdulillah, makasih mas." Serunya seraya memeluk Ali dari samping.

"Hunda harap dengan keputusan kalian seperti ini. Jangan ada yang sakit hati diantara kalian. Entah itu Eca, kamu atau dia." Ucap Renata memperingati.

"Iya Bunda." Jawab keduanya.

***

Hari ini Prilly sudah siap dengan jumsuit berwarna hitam dipadu kaos pendek berwarna tosca.

"Ibu, aku berangkat dulu ya udah ditunggu mbak Eca. Gak enak kalau nunggunya kelamaan." Prilly berpamitan pada Ibu Evi seraya mencium punggung tangannya.

"Iya, hati-hati sayang."

Prilly berpamitan kepada adik-adiknya yang lain, setelah itu dia bergegas mendekat kepada ojeg online yang dia pesan.

Prilly sangat heran dengan Nessa yang mengajaknya bertemu di luar rumah dan hanya mereka berdua. Prilly takut kondisi Nessa yang akan melemah ketika hanya mereka berdua. Dan Nessa bilang ada hal yang penting yang akan dibicarakan.

Prilly sampai ke tempat tujuan sekitar tiga puluh menit, selain agak jauh tempatnya ditambah macetnya di kota itu membuat para pengendara berdesak-desakan.

Setelah membayar ongkos kepada ojeg online, Prilly memasuki sebuah restoran yang Nessa berikan alamatnya kepada Prilly.

"Mbak Eca." Panggil Prilly memastikan bahwa wanita yang duduk di sudut restoran adalah Nessa.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang