"Aku antar aja, Mbak. Rumah kita 'kan searah." Ajak Arkan kepada Prilly.Setelah membicarakan banyak hal, Prilly harus berpamitan pulang karena dia takut jika Ali sudah sampai di rumah dan malah terjadi salah paham ketika melihat tidak ada dirinya di rumah. Apalagi gawai milik Ali yang tertinggal menjadi alasan Prilly sulit menghubungi suaminya.
"Enggak usah deh, Ar. Aku di jemput Pak Jojo kayaknya." Jawab Prilly seraya beranjak dari tempat duduknya.
Melihat Prilly yang akan meninggalkan cafe, Arkan berinisiatif untuk mengantarkannya sampai depan cafe sambil menunggu supir nya datang.
"Makasih udah mau ngeluangin waktunya karena Nessa."
Arkan menggeleng kecil, kurang setuju dengan ucapan Prilly. "Mbak, harusnya aku yang bilang seperti itu. Semoga Nessa cepat sembuh dan hubungan kalian akur selamanya."
"Aamiin.."
Tangan Prilly terhenti ketika akan menarik knop pintu cafe, seseorang dari luar terlebih dahulu mendorongnya.
Tring..
Lonceng di atas pintu cafe berbunyi, bersamaan dengan tatapan kedua orang itu bertemu, ralat harusnya empat orang.
Prilly menarik tangannya ke belakang, hatinya tiba-tiba hancur begitu saja ketika melihat suaminya, Ali datang ke cafe dengan seorang perempuan. Dan asal kalian tahu, perempuan itu bergelayut manja di lengan Ali.
Mata Prilly memanas menahan air mata yang dia tahan.
"Jadi ini alasan Mas Ali pergi gak bawa hp nya?"
Sedangkan Arkan yang melihat kedua tatapan dari suami istri itu membuatnya cukup kaget. Dia pikir ketika Ali mengatakan dia hanya mencintai Prilly, lelaki itu akan tetap pada pendiriannya namun yang sekarang dia lihat adalah hal hang cukup menyakitkan bagi Prilly.
"Arkan, bisa anterin aku pulang gak? Kayaknya aku kurang enak badan." Ucap Prilly dengan tatapan yang tidak teralihkan.
Arkan hanya mengangguk karena dia memahami situasi yang Prilly rasakan dan mengajak Prilly menuju parkiran.
Arkan membukakan pintu mobil untuk Prilly, merasa Prilly sudah duduk dengan nyaman. Dia berlari kecil mengelilingi kap mobil lalu masuk ke dalam mobil.
Selama di perjalanan pulang, Arkan dengan hati-hati memperhatikan Prilly yang sedang melamun. Sejujurnya Arkan tidak mau ikut campur, tapi melihat keadaan Prilly sekarang membuat dirinya tidak tega.
"Kita pulang kan, Mbak?"
"Bisa antar aku ke suatu tempat dulu, gak?"
Arkan mengangguk dan menjalankan mobilnya ke arah yang Prilly tunjukkan.
Sedangkan di cafe Ali merasa benar-benar kacau. Kenapa menjadi seperti ini?
"Marisa. Aku harus pulang."
"Loh? Meeting nya kan belum selesai."
Ali mengeluh frustasi, "perempuan hamil tadi, itu istri aku. Semuanya jadi kacau, dia pasti mikir yang enggak-enggak tentang kita."
Marisa menggigit lidahnya dan mengatakan maaf. "Lagian kenapa lo gak bilang sih kalau dia itu istri lo? Kan lo bisa langsung kenalin ke gue."
"Kamu gak liat ekspresi dia liat aku kayak gimana? Lagian kamu ngapain gandeng-gandeng segala sih?" Ujar Ali merasa kesal karena sahabatnya itu membuat Prilly salah paham kepadanya.
Marisa Audreyliey adalah sahabat Ali semasa sekllolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Namun saat tingkat akhir Marisa mengikuti kedua orangnya untuk pindah ke San Frasisco dan melanjutkan sekolah hingga kariernya disana.
Namun sekarang Marisa harus pulang ke negri kelahiran untuk bekerja meneruskan perusahaan ayahnya yang berada di bidang kesehatan. Maka dari itu dia meminta tolong kepada Ali sekaligus mengklaim rumah sakit milik Ali untuk menjadi partner bisnisnya menjaga Opa dan Oma nya yang hanya tinggal berdua, karena anak-anaknya yang tinggal ikut dengan suaminya.
Dan kini, Ali tidak tahu harus mengatakan apa kepada Prilly nanti. Padahal kini hubungan mereka baru saja membaik, tapi kesalahpahaman seperti ini kembali terjadi.
"Meetingnya kira undur aja. Aku harus ketemu istriku buat lurusin masalah ini." Ujar Ali dengan nada gelisah.
Marisa terkekeh, "oke, gue ikut ya. Anterin ketemu Bunda Renata. Kangen sama masakan Bunda."
Ali menaikkan sebelah alisnya, "yakin? Bukan karena pengen ketemu Alan?"
Marisa tersipu dan menepuk lengan Ali, "gue udah gak suka berondong ya! Lagian gue udah move on."
Ali menghela nafasnya. "Terserah."
***
Mobil Arkan terhenti di tepian danau. Prilly tidak ingin keluar dari mobil, dia hanya membutuhkan tempat yang sepi untuk mencurahkan isi hatinya.
Arkan terdiam canggung, dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada Prilly.
"Kenapa Mas Ali ngelakuin hal kayak gitu? Dia bilang janji bakalan setia dan berjuang dari awal lagi. Kemana janjinya? Semuanya busuk, semuanya bohong. Mas Ali jahat, hiks.." isaknya berteriak seraya memukul dashboard mobil Arkan.
Dengan cemas Arkan menarik tangan Prilly untuk menghentikan pukulannya.
"Jangan Mbak, nanti tangan Mbak Prilly sakit. Ini kalau mau pukul, pukul tangan saya aja." Ujar Arkan seraya menyodorkan kedua tangannya membuat Prilly menatap lelaki itu penuh haru.
"Beneran?" Tanya Prilly seraya menyeka air matanya.
Arkan mengangguk dan membuat tangis Prilly menjadi.
"Huaaa... Kenapa Arkan baik banget sih, terus kenapa Mas Ali jahat sama aku?" Prilly memukuli tangan Arkan berkali kali dan cukup keras membuat Arkan terkadang meringis menahan sakit.
Satu jam kemudian..
Tangis Prilly sudah berhenti dan itu membuat Arkan menghela nafas tenang walaupun kini kedua tangannya menjadi merah karena entah berapa kali dipukul oleh Prilly.
"Udah tenang, Mbak?"
Prilly mengangguk kecil. "Makasih Arkan, aku enggak tahu bakalan kayak gimana kalau gak ada kamu."
"Gapapa kok Mbak. Mbak itu udah kayak kakak aku. Jadi kalau Mbak kenapa-kenapa aku juga merasakannya." Ujar Arkan membuat Prilly tersenyum.
Sebegitu besar rasa cinta Arkan kepada Nessa. Nyatanya Arkan selalu menerima perlakuan apapun dari Nessa. Lelaki itu tetap lembut dan tersenyum.
"Suatu hari nanti. Istri kamu pasti sangat bahagia punya suami kayak kamu."
"Doakan saja, Mbak."
Arkan menyalakan mesin mobil dan menoleh ke arah Prilly. "kita pulang?"
Prilly menggeleng, "anterin aku ke rumah Bunda, ya? Aku kangen sama Bunda." Ujarnya seraya membuka tas untuk menggunakan make up agar tidak terlihat sembab.
"Mbak kasih tau alamatnya aja."
Tadinya Prilly akan minta diantarkan ke panti asuhan saja. Tapi jika dia datang dengan keadaan sedih pasti anak-anak panti bertanya banyak hal kepadanya. Dia butuh teman curhat sekarang.
Karena Mama Gina tidak ada di rumahnya melainkan berada di Villa menemani Nessa. Jadi satu-satunya jalan hanya Bunda Renata. Seseorang yang selalu ada selain Ibu Evi dan Mama Gina.
***
A/n: hai hai hai...
Sorry ya aku late update terus. Tapi kalian setia kan? Setia dong eakk.. harus setia ya jangan kayak Ali😭, canda deng..Btw dua hari yg lalu ultahnya Mas Ali, mari kita doakan yang terbaik untuk kehidupannya.. aamiin
And Selamat hari Sumpah Pemuda untuk kita semua🇮🇩
Bandung,
28 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding
Roman d'amour[Ali Prilly Series] Higest rank : #1 nessa : 2 Agustus 2020 Judul awal "Istri Kedua" Setiap orang memiliki impian mereka masing-masing. Pernikahan adalah salah satu impian dari mereka. Namun bukan pernikahan secara diam-diam yang Prillyana Myesha I...