#7. P E R J A N J I A N

3.9K 335 32
                                    


Setelah mengantarkan Prilly ke tempat mengajarnya, Alan melesatkan mobilnya ke sebuah bangunan besar.

Bau obat-obatan khas rumah sakit tercium ketika lelaki itu memasuk lorong demi lorong untuk menemui seseorang.

Alan menghentikan langkah seorang perawat dan bertanya. Setelah mendapatkan jawaban Alan membiarkan perawat itu pergi dengan pekikan tertahan karena melihat wajah tampan bak malaikat.

Tangan Alan bergerak untuk membuka knop pintu. Disana ada kakaknya yang sedang berbincang dengan pasien.

Ali yang melihat itu nampak mengacuhkan kehadiran sang adik.

"Selalu check up dan meminum obat dengan rutin, ini saya berikan resep obat tambahan." ucapnya dengan ramah.

Setelah berterimakasih pasien tersebut meninggalkan ruangan Ali, namun masih sempat memuji ketampanan Alan yang membuat lelaki itu berdecak. Siapapun akan gembira jika di ruangan dokter tampan terdapat orang lain yang juga tampan, dikelilingi oleh orang tampan itu dapat membuat bahagia juga.

Alan duduk di kursi di depan Ali, namun Ali masih menuliskan sesuatu di sebuah buku dan terkadang matanya menatap ke arah komputer.

Alan masih bungkam, membiarkan pekerjaan Ali selesai terlebih dahulu.

Tak lama Ali melepaskan kacamatanya dan menatap adik semata wayangnya itu dengan tatapan bertanya.

"Ada yang mau aku bicarakan." Alan membuka suaranya.

Ali menautkan sebelah alisnya, "Mas lagi sibuk. Banyak pasien. Biasakan kalau datang ketuk pintu dulu, gak enak kalau ada pasien kan."

"Ayolah, Mas. Sebentar aja. Aku tahu dokter spesialis seperti Mas itu pasiennya dijadwal bukan seperti dokter umum yang sibuk mengantri." kata Alan telak membuat Ali mengangguk kepalanya samar.

"Katakan." Alan tersenyum kecil.

Dua lelaki berdarah Jawa-Betawi itu saling bertatap.

"Begini Mas. Maksud kedatanganku itu untuk membuat perjanjian sama Mas. Aku tahu pernikahan Mas sama Prilly itu atas dasar keterpaksaan. Aku cinta sama Prilly Mas. Jadi aku mau selama Prilly menjadi istri Mas, biar aku berhubungan dengan Prilly, memperhatikannya ketika dia butuh perhatian suaminya. Kita buat timbal balik, seperti simbiosis mutualisme." ungkap Alan membuat Ali menatap adiknya dengan datar dan tajam.

"Gak bisa."

Alan menautkan alisnya, "bukankah kalian akan cerai setelah Prilly melahirkan seorang anak?"

Ali menatap Alan kaget, perjanjian ini hanya dirinya dan Prilly yang tahu lalu kenapa Alan mengetahuinya juga? Apakah Prilly nengatakan kepada Alan?

"Lalu apa masalah mu." katanya sesantai mungkin, menghilangkan rasa terkejutnya.

"Aku sudah bilang, aku cinta sama Prilly. Jadi jangan biarkan aku melakukan hal lebih, aku peringatkan pokoknya jangan buat Prilly sakit hati dan menangis." peringatan yang Alan buat seperti peringatan kepada musuhnya.

"Aku pergi dulu, ingat ucapanku. Keterdiaman Mas adalah keputusan yang Mas buat." Katanya setelah itu melenggang dari sana meninggalkan Ali yang membeku di kursinya.

Astagfirullah, kenapa Ali merasa tidak ikhlas bila berbagi, walaupun bersama dengan adiknya?

Tiba-tiba pesan masuk pada handphonenya.

Bunda dan Ayah gak tahu masalah ini. Anggap aja Prilly itu istriku yang dipinjam oleh Mas hanya untuk mendapat kan seorang anak.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang