Prilly turun dari mobil milik Arkan begitu dirinya sudah diantarkan oleh Arkan di depan gerbang Fatahillah."Makasih udah anterin aku dan makasih juga udah mau nemenin aku tadi." Ujar Prilly kepada Arkan.
Arkan hanya mengacungkan jempolnya di dalam mobil. Karena Prilly memintanya agar tidak turun, bukannya tidak ingin mempersilahkan masuk. Lagipula Arkan cukup tahu diri untuk masuk ke dalam rumah itu untuk yang kedua kalinya. Prilly hanya tidak mau membuat Arkan jadi takut masuk ke rumah itu.
"Sip, gapapa Mbak. Santai aja."
Prilly menurunkan senyumnya sambil menatap tangan Arkan yang masih merah karena ulah dirinya yang terlalu emosi ketika memukul tangan lelaki itu.
"Maaf tangan kamu jadi merah-merah gitu."
Arkan menatap tangannya dan tersenyum. "Ini gak ada apa-apanya sama luka Mbak Prilly."
Prilly hanya tersenyum singkat mendengarnya.
"Aku duluan ya Mbak. Mbak masuk aja udah mendung kayaknya sebentar lagi turun hujan." Ujar Arkan membuat Prilly menuruti lelaki itu karena yang Arkan katakan memang benar, langit sudah gelap.
Setelah melambaikan tangannya kepada Prilly, Arkan menaikkan kaca mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan Prilly yang masih berdiri di depan gerbang.
Raut wajah Arkan mendadak sedih, dia menatap tangannya yang masih memerah karena pukulan Prilly.
Menurutnya lukanya itu tidak ada apa-apanya dibanding luka yang dia dan Nessa ciptakan kepada rumah tangga Prilly. Arkan merasakan dirinya memang salah, dia melakukan hal yang harusnya tidak boleh dia lakukan. Walaupun dia menjadi alat bagi Nessa untuk melakukan semua ini, tapi tetap saja dia merasa dia memang bersalah.
"Bagaimana pun aku harus melakukan sesuatu untuk Nessa dan Mbak Prilly." Gumam Arkan bermonolog.
Sedangkan Prilly setelah melihat mobil Arkan menjauh dia mendekati gerbang dan meminta satpam membukakan pintu gerbangnya.
Tak lama satpam itu membukakan pintu gerbang dan menyambut Prilly.
"Loh Mbak Prilly, kenapa tadi kesini nya gak bareng sama Mas Ali?" Tanya satpam tersebut membuat dahi Prilly mengernyit heran.
Jika satpam berkata seperti itu, berarti Ali sudah ada di rumah Bunda Renata dari tadi, kan?
"Mas Ali udah datang daritadi?"
"Iya Mbak, Mas Ali tadi datang sama teman ceweknya."
Perkataan satpam itu sukses membuat Prilly kesal. Kini rasanya dia ingin memaki namun Prilly tidak tahu siapa perempuan itu, dan kenapa perempuan itu tiba-tiba datang. Bahkan dia tidak mengenalinya sama sekali padahal Prilly merasa bahwa dia lebih dekat dengan Ali dari siapapun.
"Makasih ya Pak, kalau gitu Prilly masuk dulu."
"Iya Mbak."
Prilly masuk ke dalam rumah tanpa ekspresi. Dan dugaanya benar, dia melihat perempuan itu sedang duduk di bar dapur dan mengobrol dengan Bunda Renata sedangkan Ali berada di samping perempuan itu sambil bercanda.
Langkah Prilly terhenti ketika merasakan seseorang merangkul bahunya. Prilly menoleh dan bersorak.
"Alan!" Teriaknya seraya memeluk Alan dengan erat.
Tentu saja hal itu tidak luput dari pandangan Ali, Marisa dan Renata karena tempat Prilly dan Alan berdiri tidak jauh dari dapur. Mereka melihatnya dengan pandangan berbeda-beda, tentu saja Bunda Renata terlihat senang, sedangkan Ali dan Marisa dengan tatapan yang begitu sulit di artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding
Любовные романы[Ali Prilly Series] Higest rank : #1 nessa : 2 Agustus 2020 Judul awal "Istri Kedua" Setiap orang memiliki impian mereka masing-masing. Pernikahan adalah salah satu impian dari mereka. Namun bukan pernikahan secara diam-diam yang Prillyana Myesha I...