#42. S T R U G G L E

1.6K 173 7
                                    

Ali berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Ruang persalinan masih tertutup dan belum ada tanda-tanda bahwa bayinya telah lahir.

Dokter mengatakan bahwa bayinya sungsang sehingga harus dilakukan operasi caesar. Awalnya Ali menolak keras namun begitu mengetahui posisi sang bayi dapat membahayakan keduanya Ali akhirnya setuju dengan saran sang dokter.

Pintu ruangan operasi terbuka, Ali langsung saja menghampiri Nindy yang sedang melepas masker wajahnya.

"Proses operasi tadi sangat lancar, dan sesuai dugaan kalian memiliki anak lelaki yang tampan." Ucap Nindy seraya tersenyum.

Ali tersenyum singkat, "saya bisa melihat istri dan anak saya?" Tanyanya dengan tidak sabaran.

"Untuk sementara waktu, Prilly masih belum sadar dan kami akan memindahkannya terlebih dahulu ke ruang inap. Tapi, kamu boleh menemui bayinya sesudah kami mandikan terlebih dahulu." Jelas Nindy seraya pamit meninggalkan Ali.

Brankar Prilly di dorong keluar menuju ruang inap. Ali mengikuti di belakangnya namun langkahnya terhenti ketika melihat anaknya yang berada di box bayi yang sudah selesai di mandikan.

Sesampai di ruangan inap, Ali mendekati ke arah istrinya lalu mengecup kening Prilly yang masih terlelap karena efek dari obat biusnya.

"Terimakasih sayang telah mempertaruhkan nyawa demi anak kita, kamu adalah wanita terhebat setelah Bunda yang aku sayang." Bisik Ali tepat di telinga Prilly, tanpa disangka mata Prilly yang terpejam mengeluarkan air matanya.

Ali menegakkan tubuhnya lalu mendekati box bayi yang tidak jauh dari brankar Prilly.

"Hallo jagoan." Sapa Ali kepada buah hatinya seraya mengelus pipi lembut putranya.

Ali mencoba menggendongnya lalu mengumandangkan adzan di telinga putranya. Setelah selesai Ali menatap lekat putranya yang sangat mirip dengan Prilly.

Yang ada di bayangannya sekarang adalah, dia menyesal. Ya, dia menyesal karena dia pernah berfikir untuk meninggalkan Prilly setelah putranya lahir. Bagaimanapun dia tahu seperti apa perjuangan Prilly selama hamil, mengalami masa depresi karenanya cukup membuat Ali menyalahkan dirinya jika terjadi apa-apa pada putranya.

"Maafin ayah karena pernah mau memisahkan kamu dengan bunda." Ali mengecup kening putranya lama, membuat putranya menggeliat.

"Ma-mas A-ali."

Ali menoleh cepat begitu mendengar Prilly yang memanggil lirih namanya. Ali meletakkan kembali bayinya lalu menghampiri istrinya yang kesakitan.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit? Atau kamu butuh sesuatu?" Tanya Ali beruntun.

"S-sakit Ali, sakit." Erang Prilly seraya memejamkan matanya menahan rasa sakit pada jahitan di perutnya.

Ali menekan tombol merah untuk memanggil dokter.

"Tunggu sebentar ya, kamu harus bertahan oke?"

Nindy datang beserta suster lalu menghampiri Prilly dan mengecek keadaan wanita itu.

Ali menatap Nindy dengan harapan dan banyak pertanyaan.

"Kita harus membawa Prilly ke ICU." Nindy meminta suster tersebut untuk membawa brankar Prilly ke ICU.

Tatapan Ali tajam dan bingung. "Apa yang terjadi?"

"Terjadi pendarahan pada Prilly, kita harus mengatasinya dengan cepat dan mencari golongan darah yang sama secepatnya. Kami akan melakukan pemeriksaan pda darah Prilly terlebih dahulu. Karena kalau tidak, ginjalnya akan bermasalah." Ucap Nindy menjelaskan kepada Ali yang membuat lelaki itu bergeming di tempat.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang