"Nomor Ali gak bisa dikabarin. Kayaknya hp nya mati."Gina menangis dipelukan Renata.
Mereka menunggu kabar dari dokter, menunggu di lorong rumah sakit. Yaps, mereka sedang berada di rumah sakit. Setelah kegaduhan di rumah Fatahillah, Nessa benar-benar nekat memotong sebagian kulit yang melindungi urat nadinya. Hal itu membuat dia melemah dan dibawa ke rumah sakit karena terlalu banyak darah yang keluar.
"Ayah, kenapa nomor Prilly juga enggak aktif? Apa dia masih ada di rumahnya?" Tanya Alan membuat Fatahillah sedikit bingung, pasalnya Prilly jarang sekali keluar rumah saat berada di Aceh.
"Mungkin dia sedang istirahat."
Alan terdiam dan duduk di kursi yang agak jauh dari orang tuanya.
Brugh
Brugh
BrakSemua orang di ruang tunggu berdiri dengan cemas mendengar suara gaduh di dalam ruangan Nessa.
Saat melihat suster baru datang Gina langsung bertanya, "suster anak saya baik-baik saja kan?"
"Ibu mohon bersabar ya. Biar dokter memeriksa dahulu anak ibu. Seperti nya pasien kembali mengamuk sehingga membuat kegaduhan."
Gina menangis kembali mendengar kabar dari suster itu. Lalu tidak lama mereka mendengar suara teriakan Nessa di dalam sana.
"Mas Ali! Gak mau aku maunya Mas Ali! Kemana Mas Ali? Dia gak ninggalin aku, kan? Hiks Mas Ali jangan tinggalin aku!"
Arkan yang berada di sana tidak bisa berbuat apa-apa. Dia merasa tidak berguna karena Nessa tidak membutuhkan dirinya saat ini. Perempuan itu hanya ingin Ali, suaminya. Arkan menatap dirinya remeh, kenapa pula dia berada di sana menyaksikan teriakan pilu seorang istri yang meneriaki suaminya yang tak kunjung datang.
Dengan berat Arkan meninggalkan rumah sakit itu. Hatinya berat meninggalkan Nessa yang terpukul seperti itu. Namun apalah daya dirinya yang tidak di butuhkan disana. Nessa begitu mencintai Ali walaupun lelaki itu memintanya untuk mengakhiri hubungan mereka. Apa Arkan harus berbuat sesuatu untuk Nessa? Atau dia membiarkannya dengan perasaan acuh.
Nessa berteriak, meracau tak jelas menyebutkan nama Ali. Perasaannya masih tidak bisa terima dengan keadaan Ali yang akan meninggalkan dirinya. Dan dia benci kebenarannya bahwa Ali lebih memilih bersama Prilly dibanding dirinya.
Hal tersebut membuat dia merasa jahat seperti Ibunya seperti yang diceritakan oleh Gina. Namun apa boleh buat, dirinya sangat egois hanya ingin mendapatkan Ali dan membuat siapapun yang bersama Ali rasanya ingin dia hilangkan saja. Dalam otaknya tertanam bahwa Ali hanya pantas menjadi miliknya. Walaupun dia menyadari tentang kesalahan yang dia perbuat.
Namun Nessa hanyalah manusia, yang begitu serakah. Hanya untuk mendapatkan Ali saja, dia rela melakukan apapun.
Dokter mendekat dan menyuntikan obat ke dalam selang infus Nessa, sehingga tidak lama kemudian obat itu bereaksi. Nessa terlelap dengan tubuhnya yang mulai melemah. Namun di akhir kesadarannya, Nessa masih memanggil nama Ali.
Dokter membiarkan Nessa kembali beristirahat dan menyuruh perawat untuk menjaganya, khawatir jika terjadi hal seperti tadi.
***
Prilly menggeliatkan tubuhnya di balik selimut tebal putih milik hotel. Tangannya meraba ke samping namun di sampingnya terasa kosong tidak ada orang.
"Mas Ali?"
Prilly membuka mata dan menatap kamar yang di terangi oleh lampu, ternyata hari sudah gelap.
Prilly kembali menelisik sekitar namun tidak ada tanda-tanda Ali di sana.
Ceklek
Pintu kamar terbuka memperlihatkan sosok Ali yang berada di ambang pintu. Dengan cepat lelaki itu menutup pintunya lalu mendekat ke arah Prilly dengan tersenyum lebar.
"Udah bangun aja ternyata."
"Kamu dari mana?" Tanya Prilly dengan sewot
"Aku tadi pesan makanan buat kamu. Kamu lapar kan?" Prilly mengangguk.
"Ya udah ayo bangun, cuci muka dulu."
Bukannya menuruti ucapan Ali. Dengan manja Prilly mengalungkan tangannya di leher Ali. Ali menatap tangan Prilly yang mengalung di lehernya. Hari ini Prilly sangat agresif kepada dirinya, mungkin efek hormon saat hamil.
Ali menaikkan selimut Prilly yang melorot, "mandi pakai air hangat mau?" Tanya Ali gerogi.
Prilly menggeleng dan menarik tengkuk Ali mendekat ke wajahnya, "mau cium."
Ali membelalakkan matanya kaget, "tadi kan udah." Ujar Ali dengan gugup.
"Tadi kurang! Aku mau cium lagi!" Rajuknya membuat Ali langsung mengangguk cepat.
"Oke." Ali mencium pipi Prilly membuat wanita itu terlihat marah.
"Aku mau cium bibir Mas! Kamu gak sayang sama aku lagi ya?" Tanya Prilly dengan sedih.
"Aku sayang sama kamu. Tapi kalau kebablasan gimana?" Tanya Ali, apalagi sekarang istrinya itu sedang dalam keadaan polos di bawah selimut.
"Iya gapapa dong, bukannya kamu suka? Lagian kita udah sah kan?" Tanya Prilly dengan nada polos membuat Ali bingung.
"Ly, dokter bilang kamu gak boleh kecapekan kan? Kalau kita ngelakuinnya sering bakalan bahaya buat dedek bayi loh." Ujar Ali menasehati.
Mata Prilly berkaca-kaca tak lama air matanya tumpah dengan suara tangisan, "huaaaaa... Mas Ali jahat! Gitu aja hak mau, aku kan lagi ngidam masa gak peka sih?
Ali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "sayang, orang kalau ngidam itu biasanya pengen dibeliin makanan atau dibuatin makanan. Lah kamu masa minta cium sama 'itu' sih?" Tanya Ali keheranan.
"Tuhkan, huaaa.. dedek sayang Ayah kayaknya gak sayang sama kita buktinya Mama minta cium aja gak boleh. Dia gak sayang sama kita."
Dengan perasaan berkecamuk Ali mengangkat tubuh Prilly yang terbalut selimut membuat Prilly terjengkit kaget, karena ulah suaminya yang tiba-tiba.
"Kalau nanti ngeluh sakit, awas aja!"
Prilly bersorak senang lalu memulai mencumbu bibir suaminya dengan lembut dan menuntut.
Maklum saja hamil muda seperti Prilly, hormon yang terjadi padanya sangat tinggi apalagi sudah lama dia tidak bertemu dengan sang suami. Dan kini saat hubungan keduanya telah membaik Prilly sangat menuntut waktu Ali.
***
A/n: gimana? Apakah sesuai dengan harapan kalian? Ataukah malah sebaliknya? Aku gatau aku nulis apaan tapi aku lagi mood banget buat nulis🤣
Bandung,
03 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding
Romance[Ali Prilly Series] Higest rank : #1 nessa : 2 Agustus 2020 Judul awal "Istri Kedua" Setiap orang memiliki impian mereka masing-masing. Pernikahan adalah salah satu impian dari mereka. Namun bukan pernikahan secara diam-diam yang Prillyana Myesha I...