#41. B E R T E M U

1.7K 179 4
                                    


Begitu mendengarkan penjelasan dari Ali dan Prilly, Nessa menemui Arkan yang sudah menunggunya di sebuah taman kota.

Nessa menghela nafasnya, tangannya bertaut pada tas selempang miliknya. Dia benar-benar gugup untuk bertemu dengan mantan adik kelasnya itu.

"Pulang lagi deh, gue gak bisa."

Nessa membalikkan tubuhnya dan dia menahan langkahnya ketika tubuhnya hampir saja bertubrukan dengan tubuh tinggi Arkan.

"A-arkan?"

Arkan tersenyum kecil, "gak usah menghindar lagi, Ca. Kalau kita terus menghindar masalah ini gak akan selesai-selesai."

Nessa tersenyum gugup lalu mengikuti langkah kaki Arkan yang membawanya duduk di bangku taman.

"Ice coffee latte less sugar, minuman kamu waktu kuliah."

Arkan menyodorkan satu cup gelas minuman ke arah Nessa, lalu Nessa menerimanya.

"Makasih, masih inget aja lo."

"Apa yang aku gak tau tentang kamu, Ca. Bahkan perasaan kamu saat ini aku tau."

Nessa meminum ice coffee latte nya sambil menaikkan sebelah alisnya meminta jawaban dari Arkan.

"Kamu lagi gelisah, kamu takut dan kamu gak bisa ngungkapin semua perasaan kamu sama aku, really?" Tanya Arkan menatap mata Nessa dengan dalam.

"Uhm, Arkan gue-"

"Kamu bakalan nolak permintaan aku? Gak apa-apa Ca, nanti aku jelasin sama bokap nyokap gue."

Nessa menatap kembali Arkan dengan heran lalu matanya mengedar ke area taman lainnya.

"Lo bisa dengerin gue ngomong dulu kan?" Tanya Nessa pelan membuat Arkan tersenyum kecil.

"Aku cuman mengulang apa yang pernah kamu bilang sama aku. Ya udah sini, mau ngomong apa, hm?" Arkan meraih bahu Nessa agar menghadap ke arahnya.

Nessa menundukkan pandangan menatap cup ice coffee latte-nya. Namun kemudian dia memberanikan diri untuk menatap Arkan yang menatapnya hangat, sama seperti dulu.

"Arkan, lo tau kan kalau gue udah gak sempurna? Gue gak bakalan bisa bangun keluarga bareng siapapun. Karena pada akhirnya gue gak akan pernah bisa ngasih keturunan buat keluarga gue." Nessa menghentikan ucapannya, begitu melihat Arkan yang hanya dia tidak membalas ucapannya Nessa melanjutkan ucapannya.

"Gue udah denger semua permintaan lo dari kakak gue. Gue gak tau gue harus bahagia atau malah sedih, gue gak tau Ar. Gue cuman ngerasa takut masa lalu gue kelam Ar, gue gak bakalan bikin lo bahagia di masa depan nanti. Gue udah pikirin semaleman kalau kita gak akan bisa bersatu Arkan. Gak ada lo dan gue, gak ada kita."

"Udah?" Tanya Arkan membuat Nessa mengangguk lesu.

"Sekarang giliran aku yang ngomong. Kamu dengerin aku, oke?" Lagi-lagi Nessa hanya mengangguk.

"Pertama, gak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Mau kamu mau aku ataupun siapapun di dunia ini gak sempurna. Kalaupun kamu gak bisa ngelahirin keturunan buat keluarga aku itu juga karena campur tangan aku dulu di masa lalu. Kedua, aku gak peduli kamu seperti apa saat di masa lalu, aku gak peduli karena kamu dan aku sekarang hidup di masa sekarang bukan di masa lalu. Dan yang terakhir, aku tau Ca kamu gak pernah ada rasa sama aku dari dulu. Katakanlah aku sedang mengalami cinta bertepuk sebelah tangan, tapi kamu tau Ca, aku gak pernah bisa gak peduli tentang kamu, tentang kehidupan kamu tentang perasaan kamu. Cuman kamu Ca, yang bisa bikin aku lupa sama tujuan awal hidupku." Penjelasan Arkan cukup membuat Nessa menitikkan air mata.

Nessa benar-benar menyesal karena telah menyakiti perasaan tulus Arkan. Lelaki itu selalu mencintainya dengan tulus dan selalu memperlakukannya layaknya seorang ratu. Namun Nessa tetaplah Nessa si tidak tau terimakasih dan si egois yang tidak mempedulikan orang lain. Dan kini Nessa menyesal karena pernah menjadi Nessa yang egois dan tidak tau terimakasih.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang