Alan menatap gawainya dengan kerinyitan di dahinya. Ada banyak telepon tidak terjawab dari Fatahillah, dan itu terjadi di jam saat dia sedang bertemu dengan seseorang.Alan memasukkan gawainya ke dalam saku celana lalu masuk ke dalam mobil miliknya. Mungkin terjadi sesuatu di rumah yang membuatnya khawatir.
Sedangkan di rumah Fatahillah, Ali sedang diperiksa oleh dokter Bayu. Dokter Bayu merupakan kakak sepupu Ali, dan kebetulan dia selalu menjadi dokter keluarga besarnya karena Bayu merupakan Dokter umum. Namun Nessa, perempuan itu bahkan memilih untuk pergi ke kamarnya karena merasa bersalah.
"Bayu, Ali gak apa-apa kan?"
Bayu melepas stetoskopnya lalu menghela nafas, "seharusnya kita pergi ke rumah sakit untuk melakukan diagnosa. Tante, epertinya Ali mengalami sakit kepala cluster."
Renata menutup mulutnya kaget, "apakah itu berbahaya?"
"Ya itu cukup berbahaya. Mengingat bahwa kepala merupakan salah satu organ yang paling sensitif. Penyakit ini hanya bisa dikurangi, karena setahu ku penyakit ini enggak bisa diobati, hanya mencegah agar sakitnya tidak datang kembali." Jelas Bayu membuat Renata terduduk lemas, untung saja Fatahillah berada disampingnya dan langsung menahan tubuhnya.
"Dulu Papa juga seperti itu, apa mungkin penyakit ini bisa ada karena keturunan?" Tanya Fatahillah dan diberi anggukan dari Bayu.
"Benar Om. Tapi kalian tenang aja, Bayu udah tulis resep obat yang harus Ali minum secara rutin. Dan tolong jaga pola tidur juga pola makannya, karena hal itu juga bisa menjadi pemicu rasa sakitnya." Bayu memberikan kertas berisi resep obat.
Fatahillah menerimanya dan berterimakasih kepada Bayu.
"Kalau gitu aku pamit dulu, Om, Tante."
"Oh iya, terimakasih nak Bayu."
Bayu meninggalkan Renata dan Fatahillah. Di teras rumah dia bertemu dengan Alan.
"Woi bang, ngapain? Tumben amat." Sapa Alan.
Bayu hanya tersenyum simpul, "tuh kakak lu sakit."
Mendengar hal itu Alan langsung merubah raut wajahnya, dia berpamitan kepada Bayu dan berlari menuju kamar yang Ali tempati.
"Bun, Yah. Ali kenapa?"
Fatahillah mendekat ke arah Alan dan menjelaskan kronologinya kepada Alan hal itu membuat Alan termangu ditempatnya.
Dulu mendiang Kakeknya juga mengalami hal yang sama dengan Ali dan berakhir tidak diselamatkan karena saat itu kakek memiliki lemah jantung, sehingga umurnya tidak panjang.
"Ayah, tapi besok bisa kan? Harus bisa Yah, semuanya udah siap."
Fatahillah menghela nafasnya lalu menolehkan pandangannya ke arah Ali yang masih terbaring ditemani Renata.
"Kita lihat besok ya? Kalau Ali merasa lebih baik. Kamu bisa melakukannya."
"Terimakasih Ayah."
***
Prilly sedang bersantai malam ini, setelah meminum susu khusus ibu hamil dia malah tidak bisa tidur padahal sejak tadi matanya mengantuk namun gelisah di hatinya terus menjadi.
"Baik-baik di sana ya sayang. Sekarang kamu sama Bunda aja, kita hidup jauh dari Ayah dulu ya? Gapapa kan nak?" Prilly terus mengelus perutnya hang mulai terasa lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Gawai milik Prilly berbunyi membuat elusan pada perutnya terhenti.
"Assalamualaikum, Alan."
"Waalaikumsallam."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding
Romance[Ali Prilly Series] Higest rank : #1 nessa : 2 Agustus 2020 Judul awal "Istri Kedua" Setiap orang memiliki impian mereka masing-masing. Pernikahan adalah salah satu impian dari mereka. Namun bukan pernikahan secara diam-diam yang Prillyana Myesha I...