#15. C E M B U R U (b)

2.5K 259 14
                                    


Prilly menatap ke arah lantai atas dimana disana adalah kamar Ali dan Nessa. Dia hanya khawatir jika Ali marah kembali kepada Nessa padahal kan hal itu tidak baik untuk kesehatan Nessa.

Melihat Ali yang turun dari tangga, Prilly menyibukkan dirinya dengan menata kue kering buatan Renata.

"Bunda kemana?"

Prilly mendongkak kemudian menunduk kembali, "keluar dulu, gak tahu kemana."

Ali mengangguk-anggukan kepalanya kemudian lelaki itu duduk di kursi meja makan berhadapan dengan Prilly. Dan mulai memperhatikan Prilly.

Sedangkan Prilly hanya diam dan terkadang melirik ke arah Ali namun tak mengatakan apa-apa.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu aneh sekali. Mau tanya sesuatu?" Tanya Ali sesekali mengambil kue kering yang sudah Prilly tata dalam toples.

Prilly terdiam, dia merangkai kata di otak cantiknya agak lama lalu setelah yakin dia menatap Ali dengan gelisah.

"Kamu sama Nessa gak berantem gara-gara aku lagi 'kan?"

Ali mengernyit heran, "lagi?"

Prilly mengangguk dengan yakin, "setelah kita menikah, Mbak Eca kayaknya merasa kalau aku adalah benalu dalam kehidupan kalian. Apa benar kayak gitu?"

"Apaan sih Ly, kamu bukan benalu. Nessa sendiri kan yang minta aku buat nikahi kamu. Dan masalah aku sama Nessa bukan karena kamu, tapi karena kesalahan dia sendiri." Papar Ali sedikit kesal.

Tangan Prilly yang mula-mula berisi kue kini pindah menjadi berada di atas punggung tangan Ali. Hal itu tak luput dari pandangan Ali.

"Aku boleh minta tolong sama kamu?"

"Apa?"

"Tolong jangan membela aku ketika Mbak Eca marah sama kamu gara-gara aku. Aku peka Mas, aku tahu gimana perasaan Mbak Eca saat ini pasti rasanya kesepian banget."

Ali melepaskan tangan Prilly dan menggeleng tak setuju, "enggak-enggak. Kamu tuh gak tahu Nessa tuh egois. Dia hanya ingin memanfaatkan kamu, Ly."

"Tapi Mas, wajar Mbak Eca egois dia lagi sakit dan dia lebih banyak membutuhkan perhatian dan dukungan."

Ali merasa kepalanya berdenyut masih pagi tapi dia sudah berdebat dengan kedua istrinya.

"Terserah kamu."

Prilly tidak lagi membalas ucapan Ali karena dia tahu Ali sudah tidak mau membahas apapun lagi tentang dirinya membela Nessa.

"Loh ada Mbak Prilly disini."

Prilly dan Ali menoleh ke arah Alan yang baru datang kemudian duduk di samping Prilly hal itu membuat otak Ali ingin meledak.

"Apa kabar Lan? Sekarang jarang di rumah ya?" Tanya Prilly ramah.

"Kok kamu tahu dia jarang di rumah." Bukan Alan yang menjawab tapi Ali yang menjawab dengan raut wajah tak suka.

"Kata Bunda, Alan jarang di rumah akhir-akhir ini karena sibuk. Jangan terlalu capek loh, kesehatan itu tetep nomor satu ya!"

"Siap komandan!" Jawab Alan dengan hormat kemudian mengusap rambut Prilly.

Kalian pasti ingin tahu bagaimana reaksi Ali melihat itu? Wajahnya sudah merah padam bagaikan kepiting rebus. Matanya melotot seperti burung hantu. Tangannya terkepal ingin meninju adiknya. Dan jantungnya berdebar tak karuan.

Yang Ali tak habis pikir, Prilly tidak pernah mengelak apa yang Alan lakukan pada dirinya. Mereka malah bercanda ria seperti suami istri pada umumnya dan mengabaikan keberadaan Ali yang sedang menahan amarahnya.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang