Flashback
13 tahun lalu...
Gadis kecil dengan setelan lengkap baju merah putihnya berlari kedalam rumah dengan wajah yang berseri-seri.
"Ayah!" ia berteriak memanggil ayahnya.
Dewi datang dari arah dapur sambil membawa secangkir kopi untuk suaminya. "Ehhh anak bunda udah pulang, keliatannya lagi seneng nih" ucap Dewi.
Lera terus mengeluarkan senyum lebarnya. Sejak dari sekolah tadi ia terus memandangi kertas piagam bersampul yang ia tenteng. "Bunda liat, tadi Lera ada ikut lomba lari sama sekolah lain"
"Bu guru yang nyuruh Lera ikut lomba, karna katanya Lera larinya cepet wuusss kaya pesawat, jadi Lera ikut lomba. Terus Lera menang dapet ini sama uang juga bunda" Lera terus bercerita dengan senang.
Dewi mengusap rambut Lera sayang. "Hebat, anak bunda emang hebat. Apalagi kalo urusan lari, pasti cepet banget makanya Bu guru masukin kamu ikut lomba"
"Bunda bangga sama kamu nak" lanjut Dewi.
Lera semakin senang ketika bundanya mengatakan bahwa ia senang karna Lera menang lomba. Tapi senyum itu hanya sementara.
Srek
Suara robekan itu terdengar jelas ditelinga Lera, matanya langsung melotot ketika ia melihat langsung bahwa ayahnya merobek piagam yang ia dapat dari sekolah.
"Apa yang bisa dibanggakan dari anak yang sudah mencelakai adiknya sendiri?!"
Lera yang malang. Anak itu hanya bisa memaksa diri untuk selalu tersenyum. Yakin setelah ayahnya merobek piagamnya pasti bunda akan membela dirinya dan berakhir dengan saling berdebat mempermasalahkan tentang dirinya.
Flashback off
°°°°°
~Pukul 20.25 WIB
Dito mengamati deretan novel Lera yang tertata rapi didalam laci berukuran lumayan besar pada meja belajar Lera. Pria itu mengambil asal satu novel, lalu menyusul Lera yang tengah fokus belajar diruang tengah dengan laptop dan tv yang menyala.
"Ini novel yang waktu itu kamu beli sama saya?" tanya Dito ketika sudah duduk manis bersila disamping Lera.
Lera melirik sekilas. Ia mengangguk lalu kembali fokus pada laptop.
Dito mengamati setia sudut buku itu dari luar. "Kamu udah baca? Seru? Sad end atau happy end?" tanya Dito.
Lera hanya mengendikkan bahu acuh.
Dito mengerucutkan bibirnya. "Ditanya suami ngga boleh gitu eh kamu"
Lera menghela nafas kecil, ia duduk menghadap Dito penuh. "Saya lagi belajar om jadi jangan diganggu. Lagian mau seru atau nggak itu tergantung yang baca gimana"
"Kalo menurut saya seru belum tentu menurut om juga seru" jelas Lera.
Dito membuka halaman terakhir, matanya tertuju pada dialog yang mengungkapkan rasa kebahagiaan. Pria itu menganggap pasti akhir dari cerita ini adalah happy end.
Lalu Dito kembali kekamar, pria itu kembali mengeluarkan tujuh novel dari laci lalu membawanya keruang tengah bersama Lera.
"Ini yang sad end yang mana Ra?" Dito turun dari tangga.
"Ngga ada"
Dito menyerngit. "Nggak ada? Kenapa?" tanyanya.
"Ya emang ngga ada" sahut Lera, perempuan itu kembali fokus pada laptopnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Polgan [TAMAT]
General FictionMARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan mengandung unsur kata-kata yang kurang pantas diucapkan dibawah umur Pernah nggak ditilang sama polisi ganteng, masih muda, murah senyum, ng...