31. Gara-gara Dito

90.3K 7.8K 172
                                    

Pagi hari yang cerah seharusnya diawali dengan wajah yang sumringah untuk memulai awal hari yang baik.

Sedangkan Lera, sejak subuh tadi anak itu uring-uringan karna perbuatan Dito tadi malam. "Kalo ngga bisa ilang gimana coba?" Lera terus memperhatikan lehernya yang terdapat bekas merah disana.

Masalahnya jika hanya satu atau dua bekas merah tak masalah, ini beda. Bekas merah itu memenuhi leher, setengah bagian pundak dan dada bawah lehernya.

"Ck, gara-gara om!"

Dito hanya tersenyum manis. "Mau ditambah hmm?" pria yang baru saja keluar kamar mandi dengan seragam dinas lengkap itu langsung menghampiri Lera dan mengecup pipinya sekilas.

"Heehhh! Om tuh ngeselin tau nggak!" Lera mengusap pipinya kasar bekas kecupan yang diberikan Dito, raut wajah Lera yang sudah masam kini tambah masam.

Perempuan itu juga sibuk memberi foundation pada lehernya, ada juga yang ia tampel dengan plester.

Dito yang memperhatikan karyanya pun tersenyum puas, meskipun harus membuat Lera kesal dengan muka masam.

Lera melirik Dito yang mesam-mesem sembari memperhatikannya.

Ngapain tuh mesam-mesem!

Ngga jelas. Mana enteng banget kaya nggak ada beban gitu lagi.

Padahal udah merawanin leher gue!

"Ra kamu tau nggak?"

"Enggak"

"Ck, jangan potong ucapan saya dulu" Dito duduk dipinggiran ranjang sembari menatap tv didepannya. "Kamu tau ngga Ra kalo kamu itu kaya bola yang keluar gawang"

Lera melirik Dito sekilas lalu berdiri didepan kaca sembari membenahi bajunya.

Dito berjalan menghampiri Lera dan memeluknya dari belakang. "Sayang sekali pemirsa." lanjut Dito, sambil mencium tengkuk Lera.

Setelah itu buru-buru ia kabur keluar kamar sebelum Lera mencakarnya seperti tadi malam.

"OM DITOO!"

°°°°

Lera berjalan menuju kelasnya dengan langkah sedikit cepat, sampai digedung lantai satu ia melihat Eva sedang berbincang dengan Raina teman sekelasnya juga. Tapi Lera tak terlalu dekat, hanya sebatas saling kenal tanpa pernah berbincang membicarakan hal tidak penting.

Lera berjalan menghampirinya. "Eh lo Ra, gue kira tempe penyet" ucap Eva.

Lera tak membalas, ia duduk diam dengan muka datar tanpa ekspresi. Eva dan Raina pun sudah tau akan hal itu, jika Lera tak akan banyak berbicara jika tidak pada orang yang benar-benar ia kenal.

"Tempe penyet?" tanya Raina.

Eva mengangguk. "Iya, si Farhan anak fakultas sebelah"

Raina manggut-manggut, ia tau Farhan tapi ia tak tau jika Eva memanggilnya tempe penyet. Entah sejak kapan panggilan itu ada.

"Oh iya Ra, lo tadi dipanggil pak dosen" ucap Raina.

Lera menoleh.

Eva mengangguk sumringah. "Dogan Ra" ucapnya sembari mengedipkan mata. "Pak Bagas Ra, lo tau kan dosen yang masih muda itu"

Lera berfikir sejenak, sepertinya nama itu tak asing. Hanya saja wajahnya seperti apa Lera tak tau.

"Lo dipanggil mungkin karna skripsian lo bulan depan" lanjut Eva.

Lera hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gila! Demi apa lo udah skripsi?!" Raina terkejut karna tiba-tiba mendengar Lera akan skripsi, mereka itu seangkatan. Seharusnya mereka lulus bersama kurang lebih satu tahun lagi.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang