"Ra kamu masih ngambek soal Clara tadi?"
Tak ada jawaban.
Dito mendekati Lera yang tengah memotong buah untuk dijadikan salat. "Aku udah lama ngga kontak sama dia, terakhir ketemu waktu disupermarket sama kamu waktu itu. Abis itu udah, aku ngga pernah ketemu sama dia lagi"
Lera manggut-manggut.
Bibirnya melengkung kebawah. "Kok malah manggut-manggut sih Ra..."
"Ya terus?"
Dito mengurung tubuh Lera dari belakang, menjadikan bahu Lera sebagai penopang dagunya. "Kamu jangan marah, si Cla itu kan cuma temen SMA aku. Mungkin tadi waktu dia ngajak reunian itu rame-rame, bareng temen aku yang lain juga. Bukan cuma aku aja"
Lera mengangguk. "Engga"
"Engga apa?"
"Engga cinta"
Dito membelak. "Kamu engga cinta sama aku?"
"Gaada yang bilang tuh" ucap Lera enteng.
Dito menatap Lera jengkel, sembari bibirnya melengkung kebawah. "Ngeselin kamu Ra"
"Oh ya?"
Dito semakin geram, ingin sekali ia meraup wajah Lera karna gemas. Tapi ia tak mau semakin merusak mood anak itu, masalahnya akan semakin besar nanti. Ia beralih duduk dikursi samping Lera, kemudian menyeret kursi tersebut agar lebih dekat dengan Lera.
"Udah aku blok tadi nomor nya,, jujur aku ngga tau juga dia dapat nomor aku dari mana. Intinya aku udah ngga ada rasa atau hal lain lagi sama dia, kamu jangan mikir aneh-aneh" Dito melingkarkan kembali kedua tangannya pada pinggang Lera, menempelkan pipinya pada perut Lera.
Lera mengangguk. "Hmm, sebenernya ngga usah pake diblok juga nggapapa. Itu tergantung kamu nanggepinnya kaya gimana"
"Orang kaya gitu kalo ditanggepin malah ngga ada abisnya Ra. Aku paling benci sama orang yang sok jual mahal kaya dia, dulu kok bisa ya aku suka sama dia?"
Lera hanya mengendikkan bahu acuh.
"Pokonya masa bodo aja gitu Ra, ngga usah mikirin perempuan itu lagi. Intinya sekarang aku disini buat kamu, ada sama kamu dan sayang sama kamu oke. Ya ngga dek humm" ia menyingkap kaus Lera lalu mencium perutnya lembut.
"Eh" reflek Lera langsung kembali menurunkan kausnya dan mendorong bahu Dito.
"Ayok Ra" ajak Dito, Lera menyerngit. "Aku ngga sabar ini perut jadi ngembung"
"Kan itu udah ngembung"
"Ini mah gara-gara cilok, bukan karna aku" Dito berdiri, menciumi seluruh wajah Lera. "Kamu tuh kalo ngga cuek itu gemesin banget sih yang, bawaannya pengen makan kamu mulu"
"Kanibal"
"Engga papa kalo sama kamu mah" Dito mencium pipi Lera lalu menghisapnya pelan.
Tanpa sepengetahuan Dito, diam-diam Lera menyunggingkan senyum. Jika boleh saat ini ia ingin membalas pelukan Dito, tapi pria itu pasti ujung-ujungnya akan meminta lebih dan berujung dia sendiri yang lelah.
°°°°
Siang berganti malam. Matahari sudah berganti bulan dan bintang, udara panas sudah berubah dingin.
Tapi berbeda dengan Lera. Dari yang tadinya dingin kini sudah menghangat, itu semua berkat siapa? Tentunya manusia ceria dan terlihat seperti tak ada beban dihidupnya. Siapa lagi kalau bukan seorang Ardito Mahendra.
"Yang pulang aja yuk"
"Kenapa? Kan tadi kamu yang ngajak kesini"
Dito berdecak sembari menatap sekelilingnya tak suka, ia menyesal membawa Lera jalan-jalan malam ini. Apalagi posisinya ia sedang berada dipusat taman kota, dimana sebagian anak muda sedang hangout.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Polgan [TAMAT]
General FictionMARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan mengandung unsur kata-kata yang kurang pantas diucapkan dibawah umur Pernah nggak ditilang sama polisi ganteng, masih muda, murah senyum, ng...