19. Polisi tengil

78.3K 7.8K 34
                                    

Dito dan Lera masih sama-sama diam sejak Dito memberi sedikit penuturan pada Lera. Entahlah kenapa Lera membiarkan Dito duduk disampingnya, namun ada satu hal yang ia rasakan. Ketika Dito duduk disampingnya rasanya seperti ada Gino yang menemaninya belajar seperti dulu.

Dito menatap Lera lamat, hingga tatapannya tertuju pada pipi kiri gadis itu yang sedikit tertutup rambut. Pipi kirinya bewarna pink-pink agak merah, apa mungkin itu riasan fikir Dito. Tapi tumben sekali anak setomboy Lera memakai riasan.

"Pipi kamu kenapa Ra?" tanya Dito. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi Lera.

Lera menatap Dito kaget, jeli sekali orang itu sampai melihat warna pipi Lera yang sedikit memerah. Lera menjauhkan tangan Dito dari pipinya.

"Kepentok." ucap Lera.

"Kepentok?"

Lera mengangguk. Perasaan mulai tak enak, bagaimana jika Dito tau bahwa pipinya merah bukan karna kepentok. Polisi itu sangat jeli, tak mungkin jika bisa dibohongi begitu saja.

"Bohong."

Nah kan, harus jawab gimana dong? Ya Allah maaf kan hamba telah membohongi suami sendiri -batin Lera.

Lera menggeleng gugup, lalu ia berdiri hendak menjauh dari Dito. Tapi cekatannya seorang Dito tak boleh diremehkan, ia langsung menarik lengan Lera hingga anak itu duduk dipangkuannya.

Otomatis Lera melotot kaget, bukan karna tarikannya. Melainkan posisinya saat ini itu sedikit eemm... Begitu lah.

"Om." Lera menunduk sembari memejamkan matanya, ingin sekali ia memberontak dan menggerakkan badannya. Tapi ia takut jika sesuatu terjadi dan membuat Dito menerkamnya nanti.

"Diem." Dito menangkup pipi Lera dengan kedua tangannya, menghadapkan wajah Lera untuk menatap dirinya. "Liat saya Ra."

Biarlah kali ini Lera pasrah. Ia membuka pelan-pelan matanya untuk membalas tatapan Dito.

Baru sedetik ia menatap Dito matanya kembali terpejam.

"Hei Ra." ucap Dito, tangannya bergerak mengelus pipi Lera. "Kenapa merem lagi?"

Astaga nih orang bloon apa begimane sih, gue tuh nggak bisa natap mata laki-laki lama-lama -batin Lera.

"Maaf om, posisinya jangan gini." cicit Lera, nyalinya ciut sekali saat ini. Dimana Lera yang cool, dingin dan jutek pada Dito.

Dito tersenyum jail, ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Lera juga meletakkan kepalanya pada bahu Lera. "Pipinya kepentok apa.?" tanya Dito lembut.

Perlahan Lera memberanikan membuka matanya, ia mengerjap beberapa kali. "Pintu." ucap Lera tanpa menoleh pada Dito.

"Liat saya dong Ra, kamu tuh nggak bisa natap mata laki-laki ya?"

Setan pake ditanya lagi!

Lera menelan salivanya hati-hati, sepertinya ia mempunyai riwayat penyakit jantung. Buktinya saat ini, setiap ia sedang berdekatan dengan Dito jantungnya akan selalu maraton.

Dito menghela nafas kecil, ia kembali menangkup pipi Lera dan menghadapkan wajah Lera padanya. "Kenapa bisa kepentok pintu?"

Gugup. Itulah Lera sekarang, bagaimana bisa Dito terlihat santai berbicara denganya saat dalam posisi seperti ini. Atau mungkin pria itu sering memangku cewek-cewek diluar sana, atau mantannya.

"Emm pagi tadi Lera buru-buru mau kekampus, jadi kepentok pintu." alibi Lera.

Dito menyerngit lalu ia mengangguk-anggukkan kepalanya.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang