Nguengg 🚦🛵
🦋🦋🦋
Detik berganti menit, menit berganti jam, lalu berganti hari hingga minggu dan seterusnya. Kini sudah satu minggu lebih Lera masih terbaring nyaman dibrankarnya.
Sepertinya gadis itu memang membutuhkan waktu untuk beristirahat. Atau ia memang ingin beristirahat untuk selamanya?.
Tidak. Gadis itu tidak pernah mengharapkan hal itu.
Dulu, ia sempat mengharapkan bahwa ia tak akan pernah bangun nantinya hingga tuhan memeluknya erat. Namun sekarang tidak, ia ingin kembali.
Keinginannya kini bukan memeluk tuhannya. Namun memeluk suami serta keluarganya yang lain.
Suara azdan isya sudah berkumandang sejak lima belas menit tadi. Dito yang baru saja pulang setelah azdan magrib tadi langsung menuju rumah sakit untuk menunggu Lera.
Pria itu juga baru saja menyelesaikan sholatnya kemudian kembali duduk dikursi samping brankar Lera.
Tangannya terulur untuk mengusap kepala Lera yang masih diperban. Lukanyapun sudah mulai mengering, begitu juga dengan lengannya. Jika dibagian perutnya belum begitu kering.
Dito menggenggam tangan Lera erat. Menciuminya sesekali, Dito tak merasa canggung karna diruangan ini hanya ada dirinya dan Lera.
Orangtuanya dan orang tua Lera baru saja pulang, itupun Dito harus memaksanya dan mengeluarkan segala jurus untuk membujuk mereka agar dirinya saja yang bergantian menjaga Lera.
"Yang,, kamu kok bobo mulu sih" ucap Dito pelan. "Engga mau bangun peluk aku? Kangen tau"
"Aku tau kamu capek, kamu pengen istirahat"
"Tapi jangan selamanya" lanjut Dito lirih. Bahkan semenjak tiga hari yang lalu gaya bicaranya yang semulanya 'saya' menjadi 'aku'.
Dito berdiri, beralih duduk dibrankar Lera yang masih tersisa luas. Ia mencondongkan tubuhnya, mencium bibir Lera lembut.
Melepaskan tautan bibirnya, lalu berbisik pada telinga Lera. "Untuk kehilangan kamu aku belum siap Ra,, dan bahkan aku nggak akan pernah siap buat kehilangan kamu"
"Aku yakin kamu denger aku ngomong kaya gini, aku sayang sama kamu. Aku pengen kamu pulih lagi, bangun. Peluk aku lagi"
"Izinin aku buat bahagiain kamu, kalo kamu capek bisa bersandar dibahuku. Asalkan kamu kembali, disini aku cuma pengen kamu. Semuanya ngarepin kamu pulih lagi" bisik Dito.
Pria itu masih dengan posisinya, ia mengucapkan lafadz Allah dan mengucapkan doa tepat ditelinga Lera.
Setelahnya, Dito mencium pipi Lera lembut. Bibirnya juga tak kunjung dilepas hingga beberapa detik kemudian tubuh Lera bereaksi. Nafasnya terengah-engah seperti orang sesak nafas.
"Ra.. sayang" melihat itu Dito langsung memencet tombol merah disamping brankar untuk memanggil dokter.
Dito bingung, ia tak tau harus berbuat apa. Hingga tak lama pintu ruangan bergeser, dokter wanita yang sedari awal waktu itu menangani Lera langsung buru-buru masuk.
"Dokter istri saya dok! Dia kenapa?!" tanya Dito sembari terus memperhatikan Lera.
Para suster langsung melingkari brankar Lera, Dito langsung mundur. Sedangkan dokter wanita itu mengambil alat yang Dito tau itu bentuknya seperti setrika yang digesekkan satu sama lain.
Dito mendekat, ia ingin menghampiri Lera namun para suster lebih dulu menghadangnya. "Mohon maaf pak, pasien akan ditangani lebih lanjut mohon menunggu diluar" ucap salah satu suster
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Polgan [TAMAT]
Ficción GeneralMARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan mengandung unsur kata-kata yang kurang pantas diucapkan dibawah umur Pernah nggak ditilang sama polisi ganteng, masih muda, murah senyum, ng...