24. Nyaman?

75.1K 7.9K 57
                                    

"Ehhh btw Ra, gimana perasaan lo?" tanya Eva.

Kini Lera dan Eva sedang berada di perpustakaan kampus, mereka sengaja memilih duduk dipojok yang sepi agar bisa mengobrol ringan. Lebih tepatnya Eva yang paling bertanya tanpa henti dan nerocos tak tau tempat.

Lera yang sedang membaca buku pun menatap Eva sekilas lalu balik lagi membaca bukunya. "Kalo nanya jangan setengah-setengah."

Eva berdecak. "Ck, ituloh perasaan lo sama si pak polisi. Udah mulai tumbuh benih-benih cinta belom? Atau lo mulai nyaman gitu?"

Fokus Lera buyar sudah. Ia menutup buku yang ia baca dan menatap Eva penuh. "Ngga tau."

Eva merengut. "Kok nggak tau sih Ra. Emang lo ngga ngerasain gejedag gejedug gitu waktu deket ama suami lo?"

Lera berfikir sejenak. Ia mengerjap dua kali. "Emang rasanya sayang sama orang itu gimana?"

Eva menatap cengo Lera, kenapa temannya ini sangat bloon jika soal cinta. Ia membuang nafasnya kasar. "Kalo lo ada rasa sayang sama seseorang, pasti disaat lo sama dia, lo tuh ngerasa nyaman. Adem ayem kayak ada yang jagain gitu. Terus mood lo juga baik, selalu ngerasa seneng."

Lera menatap Eva lama. "Kalo sama lo mood gue juga baik, gue juga nyaman temenan sama lo. Berarti gue sayang sama lo?" ucap Lera polos.

Eva langsung melotot dan menyentil kening Lera. "Gila lo Ra! Bukan gitu yang gue maksud!" sudahlah Eva menyerah untuk mendeskripsikan rasa sayang dan cinta pada Lera. Tohh anak itu memang selalu bloon jika soal cinta.

Lera menatap tajam Eva. Sejujurnya ia juga tak tau dirinya sudah memiliki rasa sayang atau tidak pada Dito. Tapi satu hal yang dapat ia rasakan, pelukan pria itu sama hangatnya seperti pelukan ayahnya. Pria itu juga menuntunnya pelan-pelan, bahkan stok kesabarannya seakan tidak pernah habis untuk memperjuangkan sikap peduli Lera untuknya.

"Sejak sebulan gue nikah sama om Dito, dia selalu perhatian sama gue. Kadang-kadang dia juga manja sama gue meskipun ngga gue tanggepin." ucap Lera.

Mendengar Lera yang berbicara seperti itu Eva duduk tegak dan matanya yang menatap Lera penasaran. "Emang dia manjanya gimana?"

Lera melirik Eva sejenak. "Kadang dia suka peluk tiba-tiba, kalo nggak gitu waktu dia punya waktu senggang pasti ngajak keluar meskipun dia capek. Karna gue ngerasa nggak enak jadi gue tanggepin."

"Bukan sekedar ngerasa nggak enak aja sih sebenernya, cuman gue mau belajar buat nerima dia." lanjut Lera.

Eva mengerjap dengan senyuman yang merekah. "Berarti lo udah bisa nerima dia?"

"Belum sepenuhnya mungkin. Tapi gue pengen coba apa salahnya? Lagian pernikahan itu bukan hal main-main kan?"

Eva mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lo harus berani mencoba Ra, jangan pernah takut kalo lo salah langkah. Dan jangan terlalu cuek juga sama om polisi, ada saatnya nanti dia lelah Ra merjuangin lo kalo lo terus-terusan cuek sama dia." tutur Eva.

Lera manggut-manggut. Ia berfikir jika suatu saat nanti Dito lelah memperjuangkannya apakah pria itu masih mau menjalani hidup berdua dengannya?.

°°°°

Pukul 19.20 WIB

Lera sedang berkutat serius dengan buku catatan juga laptopnya, perempuan itu menghiraukan suara televisi didepannya juga seseorang yang sedari tadi uring-uringan disampingnya.

"Ra..."

"Hmmm?"

"Beberapa hari kedepankan kamu libur."

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang