0.1

518 78 94
                                    

"Ayo anak manis bangun jangan ngebo mulu, sekolah ayo sekolah" ujar seseorang yang mengintrupsi tidurku yang nyenyak. 

"Lima menit lagi Bi, aku masih ngantuk" ucapku sembari menyelimuti kepalaku karena sekarang Bibi malah membuka jendela kamar yang membuat sinar matahari yang benderang itu masuk ke kamar. 

Sebentar, 

"BI JAM BERAPA?" tanyaku sembari menyibakan selimut dan melihat jam dinding yang berada di ujung kamarku. 

"AAAAA NAYA TELAT SEKOLAH!" seruku lalu berlari menuju kamar mandi dan segera membersihkan diri. 

Lima menit berlalu, aku segera memakai seragam ku tentu sembari memakan sarapan yang sudah di sediakan oleh Bibi yang merawatku dari aku kecil. 

Nanti, nanti saja saat aku sudah sampai sekolah, aku akan ceritakan mengenai Bibi. 

"Naya pelan - pelan, jangan sampe jantung kamu kaget!" seru Bibi Maria mendengar aku kelabakan di kamar karena jam sudah menunjukan pukul 6.30 pagi. 

"Tenang Bi im okay!!" seruku sembari menuruni tangga. 

"Aku bekel aja, udah telat Bi!" seruku lagi sembari memakai tas dan mengambil bekelku, oh tak lupa mencium pipi Bibi Maria. 

"NAYA BERANGKAT!" 

Thanks to Bibi Maria yang punya rumah dekat dengan sekolah, aku bisa sampai di sekolah tepat dengan bel masuk berbunyi dan aman dari hukuman yang di berikan oleh kakak Osis gak jelas itu. 

"Lo pasti hampir telat?" tanya seseorang sembari merangkul pundakku. 

"Seorang Naya telat? mungkin di kehidupan selanjutnya" jawabku enteng lalu pergi menuju kelas bersama Kato, sahabatku. 

"Liat abang lo, main basket pagi-pagi" ujar Kato sembari menunjuk abangku yang merupakan anggota basket sekolah.

Aku hanya tersenyum masam ketika melihat Abangku yang tersenyum kepada Kato namun saat melihatku tatapannya berubah sinis, 

"Lo masih engga akur sama dia? perasaan dulu kecil lo sama dia udah kaya anak kembar siam" ujar Kato sembari memasuki kelas. 

"Gue aja heran kenapa mereka tiba-tiba cuek ke gue" jawabku sembari menaruh tas dan menuduki tempat duduku dan membuka bekel yang sudah di siapkan oleh Bibi Maria. 

"Apa mereka tau kalo lo punya lemah jantung?" tanya Kato yang sedikit mendalam, 

Aku menggelengkan kepalaku, "Kayaknya kalo gue matipun mereka juga engga bakal peduli" ujarku sembari menutup tempat makanku dan mengeluarkan obat yang berada di tas sekolahku. 

"Tutupin gue" ujarku kepada Kato. Aku harus melakukan ini karena kelasku berada tepat di depan lapangan Basket, bisa berabe kalo abangku melihat aku meminum obat, ya walaupun sempat ketauan beberapa kali dan mereka tetap tidak peduli. 

"Udah?" tanya Kato dan aku menjawabnya dengan anggukan kepala lalu segera mengembalikan kotak obatku ke dalam tas. 

Baik sembari menunggu bel berbunyi dan fokus ke pelajaran aku akan menceritakan singkat mengenai siapa Kato dan juga siapa Bibi Maria. 

Kita mulai dari Bibi Maria terlebih dahulu. Bibi Maria adalah adik dari Bundaku, Bibi sudah merawatku semenjak aku berumur delapan tahun, tepat sesaat kedua orang tuaku meninggal dan aku yang dirawat dirumah sakit. Bibi bilang kedua orang tuaku meninggal akibat kecelakaan lalu lintas yang membuat diri mereka kehilangan nyawanya, dan mengapa aku dirawat dirumah sakit bibi hanya bilang aku memiliki kelainan jantung karena jantungku yang tiba-tiba melemah dan mengakibatkan aku harus dirawat dirumah sakit. 

Selanjutnya Kato. Katolia Aurelia adalah sahabatku dari kecil dan dia juga adalah penggemar ketiga abangku. bagiku Kato adalah teman yang selalu ada buatku. oh selain Kato aku juga ingin memperkenalkan temanku yang satu lagi tapi mungkin di lain kesempatan karena aku tidak ingin keluar dari topik ini. 

Apa kamu juga penasaran dengan keluargaku? seingatku ayah mengelola bisnis yang luar biasa besar dan itu diwariskan ke abangku yang pertama. Bundaku adalah seorang seniman, ia pelukis terkenal dan bakatnya itu menurun kepadaku thanks to Bunda yang menurunkan bakatnya ke aku yang tidak bisa melaksanaka aktifitas berat bahkan lari saja jantungku sudah berdegup kencang. Berbeda dengan ketiga abangku yang jago dengan aktifitas fisik, dan aku ingin mengenalkannya ke kamu jika aku bisa bertemu dengan mereka. 

Dan jika kamu bertanya mengapa ketiga abangku cuek terhadapku, jujur aku tidak bisa menjawab itu. Akupun masih mencari jawabannya hingga sekarang. 

"Woi!" seru Kato sembari melempar penghapusnya kepadaku, 

"Sorry kalo buat lo kaget, tapi liat kedepan" bisik Kato sembari menunjuk kedepan. 

Aku segera melihat kearah tangan Kato dan ternyata didepan ada pemandangan dimana empat cogan berkumpul dan satunya hanya bapak bapak dengan perut buncit yang mengajar pelajaran fisika. sepertinya mereka sedang dihukum. 

"Pagi anak-anak, saya membawa empat anak kelas sebelas yang tidak mengerjakan tugas saya minggu lalu" ujar Pak Andri sembari meletakan tasnya ke meja, 

"Henry, Alvaro apa kamu tidak malu adik kamu dikelas ini abangnya malah dihukum didepan teman - temannya" ujar Pak Andri sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, 

"Naya kamu malu liat dua abang kamu begini?" tanya Pak Andri kepadaku namun sebelum aku menjawabnya, Bang Alva menjawab, 

"Adik kita siapa pak? dia cuman mirip sama Adik kita pak" ujar Bang Alva, 

"Naya kan udah engga ada semenjak delapan tahun yang lalu" sahut bang Henry yang membuatku menundukan kepalaku, sedih dan tentu mencoba menenangkan degup jantungku yang berdebar sangat kencang karena menahan emosi yang berlebih. 

"Alvaro, Henry, Haikal dan Hasbi saya hukum diri di depan papan tulis sampai jam pelajaran saya selesai di kelas ini" ujar Pak Andri yang membuat mereka berempat menghembuskan nafasnya kesal. 

Selama pelajaran aku tidak fokus karena didepanku berada dua abangku dan juga jantungku yang tidak ingin tenang, aku segera menyelesaikan tugas menulisku dan segera menenggelamkan wajahku. aku mencoba menahan degup jantung yang masih memompa cepat bahkan sudah kerasa sakit di dada, aku terus menahannya karena tidak lucu aku mengeluarkan obat didepan abangku. 

Rasa sakit terus berdatangan di dadaku seperti ada ratusan belati tajam yang menusuk disana, sungguh aku engga kuat dan semua pandanganku berubah menjadi hitam. 

Hai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai.. Hehehe.. Please jangan nanyain Extra part Adena kemana, aku belum nyelesain :))) 

Gimana? Suka nggak?? semoga suka yaa. Jujur, ini cerita lumayan sedih tapi engga tau aku bisa bawa rasa sedih itu engga.. 

jangan lupa Vote dan komennya yaa!! 

Sampai jumpa di chapter selanjutnya, byee

Pyoong~~ 

Twice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang