Sinar matahari telah terbit dari ufuknya, aku mengkejapkan mata sembabku. Aku baru sadar ternyata aku tertidur di depan pintu kamar dengan memeluk botol minum. Ternyata aku menangis hingga tertidur, hebat sekali. Dan sekarang, tubuhku rasanya mau hancur karena kelamaan tidur tanpa alas. Aku melihat jam yang ada di atas meja belajar dan sekarang sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Wah untung sekali hari ini akhir pekan, jadi tidak takut telat masuk.
Aku mendirikan tubuhku dan berjalan menuju kasur. Aku mengambil ponsel dan membanting tubuhku ke kasur yang empuk dan nyaman. Haa, rasanya seperti surga saat menyentuh kasur yang empuk ini. Aku membuka ponsel dan sudah banyak pesan yang masuk dari Haikal. Ahh, aku sampai lupa, kemarin aku izin kepadanya untuk berhenti sebentar karena ingin mengambil minum, tetapi nyatanyan aku meninggalkannya sampai pagi.
Aku segera menghubungi dirinya dan kami berdua berbicara di telepon cukup lama, "Jalan yuk, mau nggak?"
"Kemana?" tanyaku balik dengan menatap langit - langit kamar,
Dia terdengar seperti berpikir. "Dufan?"
"Apa masih sempet kesana?" tanyaku,
"Masih, ada aku kok. Cepetan mandi nanti aku jemput" ujarnya dari saluran telepon itu.
Aku menganggukan kepalaku, walaupun dia tidak melihatnya sih. "Jemput aku di rumah Bang Henry ya, sekarang aku lagi tinggal disana." ujarku. Dia tertawa dan menutup teleponnya.
Aku segera bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi yang sudah tersedia di dalam kamar, lalu melakukan ritual membersihkan tubuh.Tanpa butuh waktu lama, aku sudah keluar dari walk in closet yang berada dalam kamar. Aku memakai baju semi kasual hari ini, aku hanya memakai kemeja bewarna hitam dengan jeans yang panjangnya hanya 3/4 dari mata kaki. Aku menuju meja riasku untuk menyembunyikan mata sembab nan hitam seperti zombie itu dari Haikal. Bisa-bisa aku di teror olehnya hanya karena mata sembab.
Setelah selesai berdandan, aku segera mengambil ponsel dan slingbag yang sudah aku siapkan sebelum mandi tadi. Aku memasukan beberapa perlengkapan seperti mini parfume, untuk berjaga-jaga aku membawa obatku, powerbank serta ponsel kedalam slingbag yang biasa aku pakai. Aku beralih menunju kaca besar yang ada klosetku untuk melihat lookku hari ini. Not bad lah.
Setelah semua selesai, aku keluar dari kamar dan menuju ruang keluarga yang ada di lantai satu. Sedikit tmi rumahku mempunyai ruang keluarga di setiap lantainya, mungkin mama dan papa sudah memikirkan ketiga anak lelakinya yang akan gemar bermain game saat besarnya, dan itu terjadi.
Aku memainkan ponselku selagi menunggu Haikal. Dia sudah mengabariku bahwa sebentar lagi ia sampai namun aku sangat percaya bahwa dia akan sampai dalam 10 menit, mengingat pertigaan depan komplek pusatnya kemacetan berada.
"Mau kemana lo?" sahut seseorang dari tangga,
"Jalan" jawabku tanpa melihat orang itu.
Aku merasa dirinya menghampiriku dan duduk di sampingku,
"Sama Haikal?" tanyanya lagi. Aku menganggukan kepala.
"Ada cash, 'kan?" tanyanya, lagi. Sebenarnya aku memegang cash, dan di atmpun ada duit , tapi enak kali ya ngerjain dia?
Aku menggelengkan kepalaku, "Lo mau kasih gue, bang?" tanyaku dengan halus,
Ia tersenyum manis, lalu merogoh kantong celana pendeknya dan mengeluarkan beberapa uang bewarna merah. "Nih. Tapi cuman ada segini, nanti gue transfer" ujarnya dengan memberikan sepuluh lembar uang bewarna merah.
Aku menerima uang itu, "Lo ngapain nyimpen duit sejuta di kantong sih?" tanyaku heran.
Dia tertawa melihatku, "Buat urgent aja sih. Kaya gini contohnya" jawabnya santai yang membuatku makin terheran-heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Fiksi RemajaNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...