"Lo ngirim gue jiwa toast?" tanyanya saat dirinya menjawab panggilanku.
"Jiwa toast, apaan?"
"Ada yang ngirimin gue itu, dan no name!" serunya,
"Lah ngapain gue ngirim lo begituan. Mending duitnya buat gue." gumamku,
"Ngapain lo telepon gue?" tanya Kato. Aku menjawabnya dan langsung menceritakan tentang apa yang Abangku katakan saat makan malam tadi.
"Udah gila kali itu orang" decaknya,
"Sabar, masih ada seminggu lagi" ujar Kato semberi tertawa,
"Gue tutup." ucapku menghiraukan candaan Kato dan langsung menutup panggilan itu.
Aku mengambil obatku yang biasa aku taruh di meja, saat mengambilnya aku melihat kunci kamarku yang tergeletak disana. Loh bukannya tadi pagi aku kunci ya?
"Oalah, Naya bego" gumamku sembari menaruh kunci kamar di pintu kamar.
Besoknya aku berangkat sekolah seperti biasa, tentu menggunakan mobil kesayanganku, Mosi. Sebenarnya aku bisa saja ikut Bang Henry atau Bang Alva, tetapi, mereka sudah memperingatiku untuk tidak terlalu menonjol. Padahal, orang sekolah kebanyakan sudah tau siapa aku.
"Tumben lo engga kesiangan" ujar seseorang yang tengah merangkulku, sudah dipastikan dia Kato.
"Bukannya, gue yang harus nanya begitu ke lo, ya?" gumamku, Kato menjawabnya hanya dengan cengiran yang tengil.
Kita berdua segera memasuki kelas yang tengah ramai. Koridor gedung kelasku termasuk koridor yang diingini oleh hampir seluruh murid sekolahku. Gedung yang di kelilingi oleh lapangan, baik lapangan basket maupun futsal. Dan tempat itulah sarangnya cogan sekolah berkumpul.
"Hari ini ada drama baru di nitplix, lo mau nonton di rumah gue?" tanyaku sembari menaruh ransel diatas meja.
"Drama apa?"
"Name-name gitulah. Mau nggak?"
"Ayo dah, Kak Amaya juga sibuk dirumah lo" jawab Kato sembari duduk diatas mejaku.
"Tas gue mahal" desisku sembari memindahkan ransel yang hampir di duduki oleh sahabatku ke belakang punggungku.
"Engga semahal jantung lo sih, Nay" cibirnya,
"Mulut lo, kadang pengen gue potong" gerutuku dan Kato hanya meresponnya dengan cengengesan.
"Oh, gue tau siapa yang ngirim gue makanan semalem" ujar Kato,
"Siapa?"
"Haikal" jawabnya yang membuatku tersedak air mineral yang selalu aku bawa kemana-mana.
"Ngapain dia ngasih lo begituan?" tanyaku. Kato mengeluarkan ponselnya yang ia simpan didalam saku roknya, lalu menunjukan pesan yang ia kirimkan ke Haikal.
"Dia kayaknya suka sama lo deh" ucapnya yang membuatku menatapnya dengan sinis.
Aku membaca isi pesan itu dengan saksama, membacanya tanpa kehilangan satu katapun.
"Buat apa coba dia kirim makanan, malem-malem, dan cuman buat nyogok gue doang?"
"Dan lo baca juga disana, dia bilang, dia disuruh Bang Alva buat nyogok gue pake makanan." ujarnya yang membuatku tertawa.
"Ngapain coba, kalo dia suka sama gue ngapain malah ngirim lo makanan malem-malem?"
"Dia suka sama lo kali, bukan suka sama gue." ujarku sembari memberikan ponsel Kato kepada pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...