"Dewa!" panggilku kepada lelaki yang sedang bersandar di mobil mewahnya. Ckck, memang selera orang kaya selalu sama.
"Tumben bawa yang ini, yang biasa kemana?" tanya Kato sembari memakai ranselnya.
"Disita bokap" jawab Sadewa yang membuatku menatapnya datar.
"Disita aja masih bawa yang mewah," gumamku sembari memberikan kunci mobilku kepada Kato lalu meninggalkannya dengan Sadewa yang masih berada di parkiran mobil.
Kato memang semalam menginap di rumah Bibi, ia juga yang menenangkan aku semalaman. Dan Bang Ezra terpaksa harus pulang karena paksaan Bibi.
Aku memasuki kelasku dan di sana sudah ada Bang Henry yang nangkring di daun pintu kelasku.
Acuh tak acuh aku melewatinya, karena merasa dirinya sedang tidak menungguku. Namun, saat melewatinya pergelangan tanganku di genggam olehnya.
Aku menatapnya heran,
"Kanapa?" tanyaku,
"Lo kenapa?" tanyanya yang membuatku tambah heran.
"Lah, lo yang kenapa, bang?" tanyaku balik yang membuat Bang Henry tidak bergeming.
"Ck" decakku sembari melepas genggaman tangannya,
"Lo sama Bang Alva kenapa sih, dari kemarin selalu nanya gue kenapa, tapi gue tanya balik, lo pada engga ada yang kasih jawaban ke gue." ujarku sembari menatapnya kesal lalu melangkah menuju mejaku,
"Gue khawatir sama lo" tegasnya yang membuatku harus memberhentikan langkahku, lalu tersenyum kesal. Khawatir katanya? cih mereka kenapa sih?!
Aku memutar tubuku untuk menghadap abangku lalu berkata, "Nggak usah khawatir, adik lo ini engga akan mati besok." sarkasku lalu kembali menuju mejaku.
Sudah tiga jam berlalu, dan sekarang aku sedang membereskan buku, dan memasukan ke kolong mejaku. Aku mengambil dompet yang ada di tas, dan menghampiri Kato.
"Buru, gue ngidam soto Mak Endang" paksaku kepada Kato.
Kato menatapku dengan dingin, lalu mengandeng tanganku dan menuju kelas Sadewa, untuk menjemput lelaki itu.
Saat aku ke kelas Sadewa, aku tidak melihat batang hidung lelaki itu sama sekali. Bahkan teman kelasnya bilang dia pergi duluan saat bel istirahat di bunyikan.
Aku dan Kato tidak curiga sama sekali kepada lelaki itu, memang kebiasaan Dewa sedari dulu suka menghilang mendadak. Bahkan saat ia pindah ke Inggris sekalipun, ia baru mengabari kami berdua satu minggu setelah aku dan Kato mencarinya kemana mana.
Sesampainya di kantin aku segera menempati kursi dan meja yang kosong, sementara Kato, dirinya pergi menuju stand makanan.
Sembari menunggu Kato, aku melihat sekitar kantin, dan aku tidak melihat batang hidung kedua abangku, bahkan Haikalpun tidak.
"Tumben lo celingak celinguk" ujar Kato sembari menaruh nampan berisikan dua mangkok soto Mak Endang yang terkenal enaknya.
"Nggak, gue nyari abang abang gue" ucapku lalu mengambil mangkok itu dan meraciknya.
"Perasaan gue nggak enak deh Kat," ujarku sembari memegang dadaku yang membuat Kato panik.
"Obat lo di mana?" tanyanya,
Aku menggelengkan kepalaku,
"Bukan karena jantung gue, tapi perasaan gue nggak enak dari tadi pagi. Apa Bang Dipta pulang ya?" tanyaku pada Kato,
"Tapi dia nggak ada kabar, kan?" tanya Kato balik.
Aku menganggukan kepalaku, lalu kembali memakan soto yang sudah berubah warna menjadi kuning ke merahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Novela JuvenilNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...