Saat ini aku sedang berada di sebuah taman, tentu Haikal yang mengajakku ke sini. Jam pulang sekolah juga sudah berbunyi sekitar satu jam yang lalu, dan saat itu juga cowo ini mengajakku ngedate untuk pertama kalinya saat aku sudah menjadi pacar 'boongan'nya
Di bilang boongan juga engga sih, di hilang beneran juga engga. Aku dan dirinya hanya menjalani tantangan yang di berikan cowo itu kemarin.
Haikal memang tidak membawaku ke lingkungan padat, Dirinya juga terkena bogeman oleh Bang Dipta karena membuatku mengejarnya.
"Lo beneran nggak apa Kak?" tanyaku sembari melihat wajahnya,
"Bogeman Bang Dipta sakit nggak?" tanyaku lagi,
"Sakit,"
"Tapi lebih sakit kalo lo nolak gue" gumamnya yang membuatku tertawa.
"Kok ketawa?"
"Lo lucu sih" ledekku,
"Nay," panggilnya,
Aku menghentikan tawaku dan menatapnya dengan serius.
"Mau ada panggilan sayang nggak?" tanyanya dengan wajah polos.
Seketika tawaku meledak saat itu juga, pertanyaannya memang serius, tapi mimiknya mengatakan tidak.
"Kak, gue lebih suka begini. Nanti, nanti aja" ujapku dengan mendirikan tubuh dan berjalan menuju pohon di dekat danau.
Aku mengambil batu yang ujungnya lancip dan menuliskan sesuatu di batang pohon itu. Aku juga merasa ada seseorang yang mendekatiku dan menyodorkan kepalanya mendekati tulisan yang aku ukir di sana,
"Naya dan Haikal di sini" bacanya yang membuatku tersenyum,
"Harusnya ada ini" Haikal mangambil batu yang berada di tanganku dan mengukir sesuatu di batang pohon itu.
Cowo itu mengukir sebuah bentuk di atas nama yang aku tulis, dan ia mengukir bentuk love.
"Kenapa love?" tanyaku,
"Karena cinta" celetuknya lalu membuang batu itu.
"Tujuan lo buat ini apa, Nay?"
"Kalo Kakak kangen, bisa kesini" Aku tersenyum kearahnya,
"Kan bisa ke rumah lo,"
Aku menggelengkan kepala,
"Kadang ada saat gue harus ninggalin lo, ada saat juga gue nggak bisa terus sama lo. Puas puasin 30 hari bersama gue" ujarku lalu berjalan menuju parkiran,
"Yuk pulang, gue nggak mau lo kena bogem sama Bang Dipta, lagi."
Aku sampai rumah dengan selamat, tentu Haikal juga selamat karena dirinya hanya mendapatkan tatapan sinis dari Bang Dipta, bukan bogeman.
"Satu hari sudah terlewat, terima kasih" ujarnya,
"BUCIN BUCIN" teriak Bang Dipta yang membuatku menatapnya kesal,
"Thanks juga Kak. Kabarin kalo udah sampe rumah ya!" seruku sembari melambaikan tangan dan melihat mobil Haikal menghilang dari pandanganku.
"Adek gue kenapa jadi bucin, perasaan tadi ogah ogahan pacaran sama tu bocah" cibirnya sembari mengintiliku menuju dapur lalu ke kamar.
Aku membanting tubuhku dan mengambil ponselku yang ada di tas. Aku membuka aplikasi perpesanan dan tidak melihat tanda tanda Haikal sudah sampai di rumah, padahal baru beberapa menit dirinya keluar dari perkarangan rumah Bibi.
Aku mengingat kembali kejadian hari ini, dan betapa memalukannya aku ketika menerima tawaran Haikal di gedung kelas 11 berada. Sudah pasti besok aku menjadi bahan gossip kakak kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...