"Lo, anak dari rivalnya perusahaan bokapnya Henry, bukan?"
"Maksud lo, Kak?" tanya Ivana dengan raut muka paniknya,
"Lo anak dari pendiri Mage Group"
"Mage group, rival perusahaan Titan group?" tanyaku sembari menatap Ivana.
Ivana menjawabnya dengan gelengan kepala,
"Bukan, bokap nyokap gue engga punya perusahaan di Indo" ujar Ivana sembari menyeruput minumannya,
"Lah ini, apa?" tanya Bang Dipta sembari menunjukan ponselnya.
Aku melihat foto yang ada di ponsel Bang Dipta, perempuan yang mirip dengan Ivana hanya rambut dan mata yang berbeda.
"Beda anjir, Bang!"
"Mirip, bego!"
"Beda, coba liat lagi, foto yang lo kasih rambutnya warna item asli, sementara Ivana, broken blonde,"
"Matanya juga beda, liat Ivana warna Biru, dia warna item. Bego!" seruku sembari menoyor jidat Bang Dipta.
Bang Dipta membalas perbuatanku dengan menoyor balik jidatku, dan aku membalasnya dengan hal yang sama begitu terus hingga Kato menceletuk,
"Dia mirip temen kecil gue, Ivana yang gue kenal" celetuk Kato,
"Foto yang ada di ponsel Bang Dipta, dia Ivana temen kecil gue yang menghilang delapan tahun yang lalu, pas kejadian lo, Nay" jelas Kato dengan menatap Ivana dengan seksama,
"Dan orang yang di sana juga, temen lo waktu kecil, Nay." jelas Kato sembari menatapku yang membuat jantungnya berdegup kencang dan seperti ada kelapa yang jatuh tepat mengenai kepalaku.
Aku merasakan dengungan yang sangat menganggu di kepalaku, aku memeganginya dengan erat, jantungku sudah tidak beraturan, jam tanganku sudah berbunyi.
Aku mendengar suara suara aneh, suara anak kecil yang sedang berlari larian, hingga suara orang dewasa yang sedang berdiskusi di sebuah ruangan, aku seperti mengenali ruangan itu namun seketika hilang dan pandangan berubah menjadi gelap.
Aku membuka mataku dengan perlahan, dan hal yang pertama aku lihat adalah langit langit berwarna putih dan ada corak kecoklatan akibat air hujan yang merembes, aku menolehkan mataku dan ada seseorang yang duduk di sampingku, wangi khasnya langsung semerbak mengenai indra penciumanku,
"Kamu udah sadar, Nay?" tanyanya panik sembari mencegahku untuk bangun,
"Jangan bangun dulu, keadaan lo belum stabil" ucap cowo itu,
Aku tersenyum sembari memegang tangannya dan menganggukan kepalanya pertanda bahwa aku sudah baik baik saja.
Aku mencoba membangunkan tubuhku, tentu dengan bantuan lelaki itu,
"Bang Dipta kemana, Kak?" tanyaku saat menyadari di ruangan itu hanya ada aku dan juga Haikal. Iya cowo yang menemani aku sedari tadi adalah Haikal.
"Di luar, lagi sama Kato" jawabnya sembari menatapku,
Aku tertawa kecil melihat tatapannya, wajahnya memang tampan tetapi tatapannya menyiratkan kepolosan. Aku seperti menatap anak kucing yang sedang meminta makanan kepada majikannya.
"Kenapa ketawa?" tanyanya,
"Engga, lucu aja"
"Lucu kenapa?"
"Muka kakak kaya anak kucing minta makanan, tau nggak" jawabku sembari tertawa yang membuat mukanya memerah,
"Aku mau ngaku" ucap Haikal,
Aku memberhentikan tawaku dan menatapnya. Haikal hanya menatap tangannya yang sedang memainkan jariku,
"Gu- Aku suka sama kamu, Nay" ujarnya yang membuat tubuhku menegang,
Haikal menatap mataku, tepat di iris mataku,
"Apa kamu tau kalo aku suka sama kamu?"
Aku menggelengkan kepalaku,
"Jelas karena kamu nggak akan peka." lirihnya,
"Kalo kamu engga setuju dengan tantangan yang aku kasih kemarin, kamu bisa batalin Nay" Gumam Haikal sembari melepas tanganku,
"Ada hal yang harus aku urus, aku pergi dulu" ucapnya lalu mendirikan tubuhnya dan berjalan menuju pintu UKS dan membukanya hingga mataku tidak bisa melihatnya lagi.
Aku terdiam memikirkan ucapan demi ucapan yang di katakan oleh lelaki itu, sedikit ekstream karena pasien baru sadar di cocolin beban dengan pernyataan cinta.
Aku kembali teringat ucapan Kato tadi pagi, mungkin aku bisa mencoba memberi hatiku kepada Haikal.
Aku mencabut selang infus yang sudah hampir habis itu dan memakai sepatuku, aku mendirikan tubuhku dan rasa pusing langsung datang begitu saja sampai aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku.
Haikal, lo beban, sumpah.
Aku berlari tanpa memperdulikan Bang Dipta yang berteriak untuk tidak berlari. Aku mencari Haikal kemana - mana, hingga aku mendapatkan dirinya sedang berada koridor kelasnya.
"Kak!" teriakku yang mengundang pandangan kakak kelas yang ada di sana.
"Naya, kenapa lo kesini?"
"Ayo!"
"Ayo kemana?"
"Ayo kita jadian!" teriakku yang membua Haikal dan kakak kelas terpenjat kaget,
"Lo serius, Nay?" tanyanya memastikan sembari menghampiriku.
Aku menganggukan kepalaku,
"Ayo jalanin tantangan 30 hari itu, kalau belum sampe 30 hari dari kita ada yang ajak putus, harus kena hukuman. Deal?" ujarku sembari tersenyum,
"Deal, sweetheart" ucapnya dengan senyuman sumringah.
Hai? xixi
maaf sedikit, ngebut soalna😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...