"Pake sabuk pengaman lo, kita pulang sekarang" kata Bang Ezra sembari menghidupkan mesin mobil kerennya.
Mari aku beri tahu kejadian apa yang menimpa aku hari ini. Seperti yang sudah di ketahui, bang Ezra mengantar aku ke rumah sakit untuk kontrol kondisi jantungku. Dan ada hal yang tidak ingin aku ingat, tapi aku harus memberi tahu jika tidak, ini akan tersimpan sampai aku mati.
Aku, aku bertemu dengan Haikal di lobby rumah sakit. Jadi cerita jelasnya seperti ini.
Aku sedang menunggu panggilan namaku sendirian, karena Abangku sedang mencoba memakai orang dalam, jadi dia tidak menemani aku di sana. Namun, saat aku menunggu sembari memainkan ponselku, seketika ada yang memanggil namaku dengan lantang.
"Naya?!" seru orang itu dengan lantang.
Siapa yang tidak penasaran coba, saat ada orang yang memanggil nama kita dengan lantang? walapun belum pasti memang diri kita yang di panggil.
Aku menolehkan pandanganku dari layar ponsel ke orang yang memanggil, dan seketika aku merasa dunia tidak berpihak padaku kali ini. Tubuhku langsung menegang saat melihat siapa orang itu. Dan orang itu adalah, Haikal.
"Lo ngapain di sini?" tanyanya sembari menghampiriku,
Aku menghela napas berat, kenapa dia malah menghampiri aku?!
"Nay?" panggilnya yang membuatku tersadar dari lamunanku.
"Eh, Kak Haikal kenapa di sini?" tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan cowo itu.
"Perasaan gue yang nanya dulun" gumamnya,
Aku tertawa kecil mendengar gumaman Haikal,
"Aku nemenin Bang Ezra beli obat" jawabku dengan kebenaran yang minim.
"Bang Ezra? Abangnya Alva, Henry?" tanyanya lagi,
Aku menganggukan kepalaku,
"Lo kenal?"
"Kenal" jawabku,
Seperti layaknya hantu yang di bicarakan langusung muncul, begitu juga Bang Ezra yang tiba - tiba sudah berada di sampingku,
"Ngapain di sini, Haikal?" tanya Bang Ezra sembari memasukan ponselnya ke dalam saku celana bahannya,
"Abis ketemu Om Jaka, Bang" jawabnya.
Bang Ezra menganggukan kepalanya lalu menarik tanganku,
"Gue duluan ya, ada yang mau di urus" katanya sembari berdiri dan berjalan menuju lift yang ada di lobby, tentu dengan menggenggam tanganku.
Dan aku melakukan check up seperti biasanya dan pulang bersama Bang Ezra.
Saat di jalan, aku mengeluarkan ponselku lalu mengirimkan kepada Kato. Pertama untuk memberi tahukan bahwa aku baik - baik saja, dan yang kedua untuk menggosip.
Sesampainya di rumah Bibi, aku melihat mobilku sudah terpakir di sana. Sepertinya Kato dan Sadewa yang mengantarkan mosi ke rumah Bibi dengan selamat.
Aku melepas seat belt lalu keluar dari mobil Bang Ezra tanpa mengucapkan terima kasih. Toh aku tidak mengajak dia untuk anterin aku ke rumah sakit 'kan?
Aku memasuki rumah Bibi dan langsung melemparkan tubuhku ke sofa yang ada di ruang tamu.
"Bukannya ganti baju, malah tiduran" ujar seseorang sembari duduk di depanku,
"Capek gue, Kat" jawabku dengan melihat Kato,
Bukannya membalas perkataanku, dirinya malah tertarik kepada Bang Ezra yang baru memasuki rumah Bibi,
"Bang Ejra!" serunya yang menghentikan Bang Ezra,
"Kenapa, Kat?"
"Benci gue sama lo" kata Kato yang membuatku membelalakkan mata,
"Kenapa tiba-tiba?"
"Lo, Lo bawa Naya tanpa perizinan dari Gue atau Sadewa!" marahnya sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Maaf, gue cuman mau jadi abang yang baik" kata Bang Ezra yang membuat tubuhku mematung.
Abang yang baik ya? bukannya udah terlambat buat mendapatkannya?
"Sejak kapan lo mau jadi abang yang baik?" tanyaku tiba - tiba,
"Apa sejak lo tau gue sakit sakitan, Bang?"
Aku menatap muka Bang Ezra datar, tubuh Bang Ezra menegang saat mendengar pertanyaanku,
"Ternyata bener" gumamku,
"Stop peduli sama gue, Bang. Gue muak" ujarku dingin sembari melewati Bang Ezra dan menuju kamarku.
Begitu dengan Kato, dirinya mengikutiku menuju kamar, namun sepertinya ia memberi tahu sesuatu kepada Bang Ezra.
Aku membanting pintu kamarku kasar, tak peduli dengan orang rumah. lalu membanting tubuhku ke kasur empuk dan mulai menangis.
Aku mendengar suara pintu terbuka dan tertutup dengan halus, sudah di pastikan itu Kato.
"Bukannya ini yang lo mau, Nay?" tanyanya,
Aku menganggukan kepalaku,
"T-tapi nggak kaya gini, Kat" jawabku sembari terisak,
"Kaya gini gimana? Bang Ezra akhirnya sadar apa yang dia lakukan sama lo semenjak orang tua lo meninggal, sekarang tinggal Henry sama Alva kan? tandanya usaha lo nggak sia sia, Naya" jelas Kato yang membuatku semakin menangis.
"Bang Ezra sadar bukan karena usaha gue, Kat. Dia sadar karena kesalahan gue. Inget, obat yang
dia temuin?" tanyaku,Kato menganggukan kepalanya,
"Setelah dia nemuin obat itu, dia ngegeledah kamar gue, nyari tau obat yang ada di kamar gue. See, dia sadar bukan karena usaha gue, tapi kesalahan yang gue lakukan." jelasku yang membuat tubuh Kato menegang.
"G-gimana dia bisa masuk ke kamar lo?"
Aku menarik nafasku, dan menceritakan kejadian saat Bang Ezra mengetahui tentang obat itu.
"Ya, itu obat Naya." jawabku sembari menatap mata Bang Ezra dan juga menahan sakit di daerah dada.
"Dan kenapa Abang bisa tau itu obat Naya?"
"Gue geledah kamar lo pas lo sekolah, dan gue nemuin obat yang sama seperti obat yang katanya pumya temen Tante Ira. Sekarang lo boleh jujur sama gue, cuman sama gue"
"Gue juga nanya ke Juan tentang obat itu, dan dia bilang itu obat jantung, dan dia nanya apa pengguna obat itu pernah melakukan transplantasi atau tidak. Atau setidaknya, apa dia pernah terkena serangan jantung?" tanyanya sembari menatap mataku,
"Kenapa baru sekarang?"
Selamat membaca xixi^^
Jangan lupa bintangnya ya, sampai jumpa di chapter selanjutnya!!
pyyong~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...