1.5

162 28 0
                                    

Hari pertama menjadi pacar boongan seorang Haikal, dan aku masih tidak mengerti kenapa aku menerima begitu saja dan sekarang aku menyesal.

"Gimana dong, Kat?" tanyaku sembari mengembuskan napasku,

"Ya lo, kenapa main terima - terima aja." jawabnya sembari memakan bekal yang masih di kirimkan oleh seseorang, kali ini kotak makannya bewarna merah muda, alias pink.

"Gue harus minta permintaan yang lain sih, harus" putusku sembari menggebrak meja, namun kembali duduk dan menenggelamkan kepalaku di meja.

"Frustasong" gumamku lalu pura pura menangis.

"Udwa jwalanin ajwa, swapa tawu bwenewan jwodoh" ucap Kato dengan mulut yang penuh dengan makanan,

"Telen dulu napa" desisku dan Kato hanya menjawabnya dengan cengerian andalannya, lalu lanjut mengunyah.

Aku memang menceritakan apa yang terjadi kemarin kapada Kato, dan dia hanya memberikan ekspresi yang biasa saja, karena dirinya mengetahui aku dan Haikal sudah dekat semenjak cowo itu mengajakku jalan ke gallery orang tuanya.

"Saran gue sih, jalanin aja. Soalnya kapan lagi lo jadi pacar seorang Haikal" ujar Kato sembari menutup kotak makan itu dan memasukan kedalam tasku.

"Tapi guenya nggak mau, Kat" gumamku lalu Kato menjitak jidatku dan berkata,

"Kalo lo nggak mau, kenapa kemarin lo main terima aja, jalanin selagi lo bisa. Apa yang lo khawatirin sih?" tanyanya lalu mendirikan tubuhnya,

"Lo takut Haikal tau penyakit lo dan ninggalin lo, atau lo yang takut ninggalin dia karena penyakit lo?" tanya Kato,

"Gu--"

"Nggak usah takut, dia cowo baik. Percaya sama gue" putusnya sembari duduk di mejanya karena bel masuk sudah berbunyi.

Aku mengembuskan napasku lalu mengambil buku pelajaran yang ada di dalam tas ke meja dan memulai membaca buku itu sebelum guru masuk.

Saat di tengah pelajaran, tiba tiba ponselku bergetar. Aku mengambil ponselku yang berada di kolong meja dan melihat siapa yang mengirimi aku pesan pada jam pelajaran.

Aku memasang muka datar saat melihat siapa orang itu, lalu membalas pesan itu secara diam diam.

Sudah dua jam aku berkutat dengan buku yang ada di depanku, bel istirahat juga barus aja di kumandangkan dan saat ini juga depan kelasku penuh dengan murid yang berkerumun mengelilingi satu manusia dan manusia itu adalah abang sepupuku, alias Dipta.

Iya, cowo itu tidak mau pindah walaupun sudah aku desak sedemikian rupa tetapi dirinya kekeh untuk sekolah bersamaku hingga dirinya lulus dan akan kembali ke London untuk berkuliah.

Bang Dipta tersenyum sumringah saat melihat aku menghampiri dirinya, kerumunan yang sedang mengelilingi dirinya seolah olah tak terlihat dan langsung menghampiri diriku dan memeluk tubuhku. Alay, anjir.

Aku membalas pelukan hangatnya sembari menatap kembali tatapan fansnya yang tatapannya menyiratkan kebencian.

Ini kebiasaan yang tidak bisa hilang dari dirinya. Bang Dipta cenderung dingin oleh orang lain bahkan fansnya, tetapi jangan harap itu berlaku kepadaku. Bang Dipta bahkan bisa memelukku di hadapan pacarnya sendiri tanpa mengetahui bahwa pacar Bang Dipta sudah menatapku dengan cemburu.

"Naya kesayangan Abang gimana hari ini?" tanyanya sembari menjepit pipiku menggunakan telapak tangannya,

"Gak baik karena lo, Bang" jawabku ketus lalu melangkah keluar dari kerumunan itu dan segera menuju kantin bersama dengan Kato, dan juga Ivana.

Masih ingat gadis itu bukan? Gadis yang di tembak oleh Bang Henry dan menolaknya?

Jika ingat, gadis itu sekarang mulai berani bermain denganku dan juga Kato. Meski teman lama Kato tidak ingat siapa perempuan cantik yang pernah menjadi temannya itu.

"Makan apa ya?" tanyaku sembari melihat stand makanan,

Saat sedang asik melihat lihat, tiba - tiba ada seseorang yang menggenggam tanganku dengan lembut. Aku terpenjat kaget dan melihat siapa orang yang berani menggenggam tanganku tanpa seizin aku.

"Kak Haikal?" tanyaku kepada lelaki berwangi khas yang ada di sampingku dengan menggenggam tanganku.

"Bukannya udah makan? bekel tadi pagi enak nggak?" tanyanya yang membuatku mebelalakan mata.

"J-jadi selama ini bekelnya yang kasih, Kakak?" tanyaku balik dengan terbata - bata.

"Emang kamu nggak sadar?" tanya Haikal sembari menggeser kursi tempat ia biasa duduk di kantin.

Aku menggelengkan kepalaku, mengingat bekal yang setiap pagi ada di kolong mejaku selalu di makan oleh Kato, sahabatku.

"Y-yang makan Kato, Kak" jawabku jujur, aku tidak ingin berakhir dengan berbohong.

Aku melihat raut muka Haikal, ia seperti kecewa dan tidak.

Cowo itu menghembuskan napasnya lalu mengelus tanganku,

"Berarti besok besok, kalo aku bawain bekel di makan ya" ucapnya lalu melepas tangannya dan berjalan menuju kedai bakso.

"Haikal mana?" tanya Kato sembari meletakan nampannya yang berisikan soto Mak Endang. Wah, aku juga mau.

"Beli bakso, lo mesen sendirian?" tanyaku balik yang di jawab anggukan kepala oleh Kato.

Tak lama setelah cewe di sampingku menyeruput kuah soto yang enak itu datanglah seorang lelaki dengan pengikutnya yang mengintil kemana-mana. Bisa di tebak, orang itu adalah Bang Dipta.

"Wede ada cewe cantik nih, kenalan dong" goda Bang Dipta saat melihat Ivana yang tengah menuang saos ke dalam kuah sotonya.

"Ivana, Kak" ujar Vana sembari menjabarkan tangannya.

Bang Dipta menjabat tangan Ivana, lalu mengenalkan dirinya dengan percaya diri.

"Gue kaya pernah liat lo, di mana tapi ya?" gumam Bang Dipta sembari melihat wajah Ivana dengan teliti,

"Serius, lo mirip siapa ya" gumamnya,

"Mirip doang kali" ujarku yang di angguki dengan Kato,

"Iya kali, mirip doang" ucapnya lalu mengambil ponselnya.

Tak lama kemudian Haikal datang dengan membawa dua porsi bakso dan memberikannya kepadaku.

"Iye dah yang pacaran." celetuk Kato yang membuat Haikal tertawa.

"Oh, lo Ivana anaknya rival om gue, kan?" tanya Bang Dipta tiba tiba yang membuat aku terdiam,

"Lo, anak dari rivalnya perusahaan bokapnya Henry, bukan?"

Hai!! maaf updatenya ke sorean, soalnya aku engga ada bahan draft jadi aku kebut nulisnya dengan suasana rumah yang berisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!! maaf updatenya ke sorean, soalnya aku engga ada bahan draft jadi aku kebut nulisnya dengan suasana rumah yang berisik.

Temen temen udah liat belum pengumuman yang aku kasih tadi siang? omg nggak sabar banget Adena di jadiin audio book🥺🥺

Gimana chapter 15nya? semoga temen temen suka yaa,

Sampai jumpa, besok!!

ppyong~~

Twice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang