"Bang Alvaro, lo kenapa?" tanyaku sembari melihat manik matanya.
Sudah satu menit aku menatap mata Bang Alva dengan tajam, namun selama itu juga dirinya tidak menjawab pertanyaanku. Aku menyilangkan tangaku dan menghembuskan napas kesal,
"Udah satu menit, dan lo engga ngejawab pertanyaan gue. Mau lo apa, Bang?" tanyaku lagi dan masih tidak di jawab oleh diriya.
"Lo terlalu buang-buang waktu bang. Gue tinggal." ucapku lalu meninggalkan abangku.
Aku menghampiri Kato dan juga Sadewa yang sudah berada di kantin. Tentu dengan pandangan iri dan juga sinis yang di lontarkan oleh siswi - siswi yang ada disana ke meja kami.
"Bang Alva, ngapain lo?" tanya Sadewa sembari meminum es jeruknya.
"Nggak tau, gue nggak ngerti ngapain dia narik gue kesana, tapi ujung-ujungnya engga ngomong apa-apa" jawabku sembari memakan mentimun punya Kato.
"Makanan gue mana?" tanyaku saat sadar tidak ada yang menyerahkan mie ayamku.
"Pesen sendiri lah, gue nggak tau hari ini lo mau makan apa" jawab Kato sembari mengunyah makanannya.
Aku mentap sinis sahabatku itu, dan dirinya hanya menjawab dengan cengerian andalannya. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan ke kedai mie ayam dan memesan dua porsi mie ayam sekaligus. Lapar di tambah emosi enaknya makan banyak bukan?
"Sendirian aja, neng" ujar Mang Iwang sembari mengaduk mie yang sedang di rebus,
"Iya, Mang"
"Biasanya neng Kato yang mesen, kok sekarang Eneng? lagi musuhan apa?" tanyanya, kepo.
Aku tertawa kecil karena pertanyaan Mang Iwang. Memang jika aku sedang berantem dengan Kato, kita berdua akan memesan makanan kita sendiri.
"Engga musuhan kok, sayanya aja telat ke kantin" jawabku sembari menerima nampan yang berisikan mie ayam dua mangkok itu.
"Makasih mang, duitnya belakangan ya!" seruku sembari berjalan menuju mejaku.
"Lo gila makan dua mangkok sekaligus?!" seru Kato sembari menyemburkan air mineralnya.
"Emang kenapa?" tanyaku,
"Makan lo di jaga, Naya" ucap Kato sembari mengambil satu mangkok dari nampanku,
Aku menahan tangan Kato, "Enak aja, nggak!" ujarku sembari mengambil mangkok yang ada di tangan Kato dan mengaduknya dengan sumpit yang sudah di sediakan di meja kantin.
Aku menikmati mie ayam dengan perasaan yang bahagia, memang makanan adalah penyembuh nomor satu. Apapun masalahnya, makanan selalu menjadi obat terbaik.
"Ngomong-ngomong, lo belom ngasih tau perjalanan lo, Sadewa-kun" ujar Kato kepada Sadewa yang membuatku tersedak. Sialan, kenapa harus ada Kunnya sih?!
Aku menatap sinis Kato, lalu kembali menikati mie ayam yang sangat nikmat itu.
"Lo lagi tergila gila sama anime atau gimana, Kat?" tanya Sadewa yang membuatku menganggukan kepala setuju.
"Nggak usah ngalihin pembicara Sadewa-kun, mari menjawab pertanyaan yang akan saya lontarkan" tuturnya sembari menatap Sadewa intens.
"Jadi, di London gimana?"
"Nggak gimana - gimana"
"Udah punya pacar?"
Aku langsung tersedak, lagi, saat mendengar pertanyaan Kato yang aneh itu.
"Lo kalo nanya yang bener, kek!" seruku sembari meminum es jeruk,
"Kenapa tiba-tiba lo pindah kesini? terlebih keluarga lo punya sekolah yang jauh lebih elit daripada disini. dan juga bukannya lo yang mewarisi geng keturunan keluarga lo itu?" cecarku sembari menyuap mie ayam kedalam mulutku.
"Gue jawab satu-satu. Pertama, gue pindah ke Indo karena gue pengen."
"Kedua, salah lo berdua sekolah disini dan bukan di Fior"
"Ketiga, ketua gengnya anak dari tante gue. Lagi pula gue engga tertarik jadi ketua geng geng aneh itu" jelas Sadewa yang membuat Kato tertawa.
"Bukannya lo pindah ke Indo, gara-gara mantan bule lo yang rese sampe neror Naya karena, lo lebih care ke Naya daripada mantan lo?" tanya Kato tepat sasaran.
"Atau lo pindah kesini kangen sama first love lo?" tanyaku sembari mengaduk mie ayam mangkok kedua.
Seketika mejaku hening, Sadewa tidak menjawab pertanyaanku dan Kato hanya megaduk aduk es campurnya, yang membuatku tertawa.
"Ternyata pertanyaan gue tepat sasaran" gumamku lalu melanjutkan memakan mie ayamku hingga tuntas.
"Lo berdua harus anterin gue check up ke rumah sakit Bang Arjun, hari ini." kataku sembari menumpuk mangkok mie ayamku dan mengangkat nampanku.
"Gue mau bayar mie ayam dulu, lo pada langsung ke kelas aja" ujarku lalu meninggalkan Kato dan Sadewa.
Setelah membayar mie ayam tersebut, aku langsung menuju kelas dan kembali belajar seperti semula.
Bel pulang sekolah sudah di kumandangkan. Aku segera memasuki buku yang ada di mejaku kedalam tas lalu berjalan menuju meja Kato.
"Udah?" tanyaku,
Kato menganggukan kepalnya lalu mengambil kunci mobil dari tanganku.
"Biar hari ini, gue yang nyetir" ujarnya lalu meninggalkanku.
Aku tersenyum lalu menyusul Kato yang sudah berada di depan kelas Sadewa. Aku, Kato dan juga Sadewa segera menuju mobil yang aku parkirkan di parkiran siswa, namun ada yang aneh disana. Aku melihat seseorang menggunakan jas rapih yang berdiri di depan mobil mewahnya. Aku tidak bermimpi, kan?
Aku menghampiri orang itu karena tidak asing lagi, dan benar saja orang itu adalah Bang Ezra.
"Ngapain abang kesekolah?" tanyaku,
Bang Ezra tidak menjawab pertanyaanku, ia langsung menarik tanganku dan dimasukan aku kedalam mobil mewahnya lalu segera mengunci mobil itu. Ia langsung berlari menuju pintu pengemudi dan segera menjalankan mobilnya.
"Abang apa - apaan sih?!" teriakku dengan jam yang berbunyi,
"Kalo engga gini, lo engga mau gue anter ke rumah sakit, kan?" tanyanya sembari fokus menyetir,
"Ya, engga begini juga?!" seruku sembari menenangkan diriku.
Sabar Naya, sabar.
Halo!! AHAHAH sorry telat, aku kira sekarang hari selasa😭😭
Gimana chapter hari ini? semoga suka ya
jangan lupa bintangnya, kalo ada kritik dan saran boleh di komen xixi.
Kalau begitu, sampai jumpa besok!!
ppyong~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...