4.0

62 6 0
                                    

"Dipta nggak butuh itu, ayah" ucap Bang Dipta dari pintu masuk ruangan. Aku tersenyum senang saat melihat Haikal menghampiriku, 

"B-bagaimana kamu bisa masuk sini?!" seru paman, 

"Apa yang kalian lakukan? Cegah anak itu!" seru paman menunjuk Haikal yang sedang melepas tali yang mengikat tangan dan kakiku. Namun, terhentikan karena dirinya tertangkap oleh bapak-bapak botak berbadan besar, orang bayaran paman. 

"Dipta, dengar. Ini untuk masa depanmu dan Arjun. Apa kamu tidak berpikir, kita membesarkan anak orang tanpa bayaran sepeserpun? Harta mereka sampai puluhan miliyar, kita bisa memiliki itu semua, Nak! Berpikir jernihlah" desak paman kepada Bang Dipta, 

Aku melihat muka Bang Dipta sudah memerah, ia mengepalkan tangannya, "Apa Dipta pernah menginginkan itu semua? Dipta sayang sama Naya, begitu juga Bang Arjun. Dipta dan Arjun nggak butuh uang, yah. Ya, Naya bisa seperti ini karena bantuan kita. Tapi Dipta tidak pernah mau harta yang di miliki oleh Naya." 

"Nak-" 

"Ayah hanya memakai alasan Dipta dan Bang Arjun untuk semua kemauan ayah, bukan?" potong Bang Dipta. Paman langsung terdiam, 

"Dipta tahu semua kelakuan ayah selama ini. Menjadi pengacara? Cih," ketusnya, 

"Dengerin ayah dulu, Dip-" 

"Lepasin Naya, atau Dipta keluar dari ke luarga ini" tanyanya, 

"PAK, TARGET MELARIKAN DIRI!" teriak salah satu orang bayarannya. 

Benar, aku melarikan diri. Berterima kasihlah kepada Rian yang membantuku melepaskan talinya saat paman dan Bang Dipta sedang beradu mulut. tanganku di pegang oleh Haikal menuju kedepan. Presetan dengan jantung, yang penting aku harus keluar dari sini. 

Aku dan Haikal berlari dengan sekuat tenaga. Orang bayaran Paman mulai mengejarku satu persatu. Aku juga dapat melihat tubuh-tubuh yang berserakan di tanah, dengan berlumuran darah tentunya. Sepertinya ada yang membantu Bang Dipta dan Haikal. 

DOR! deg.. 

"Hey, kita harus keluar dari sini. Dipta nggak papa. Percaya sama aku" ucap Haikal. Aku menganggukan kepalaku, dan melanjutkan berlari melewati lorong yang gelap, serta banyak tubuh yang berserakan di tanah. 

Hingga, aku dapat melihat cahaya di sana. "ANAK TIDAK TAHU DI UNTUNG, BERHENTI!" teriak paman dari belakang sana. 

Aku menoleh, dan ternyata benar. Paman sedang berlari menujuku dan Haikal bersama dengan orang bayarannya. Dengan langkah pasti, aku dan Haikal melewati pintu keluar bersama. Aku melihat Om Raxel dan Dewa yang sedang menunggu disana, sepertinya Haikal dan Bang Dipta meminta bantuan kepada Laxer. 

"Naya Illaria, saya perintahkan untuk berheti!" teriak Paman dari belakang sana. 

Seketika aku menghentikan langkahku, yang membuat Haikal juga ikut berhenti. "Ayo, sedikit lagi" paksanya, 

Aku menggelengkan kepala, "Aku harus selesain ini. Kamu kesana, ikut Om Raxel" suruhku kepadanya. Haikal menyeritkan dahinya,

"Kenapa?" tanya Haikal, 

"Karena ini masalah keluargaku. Aku nggak mau ada yang terluka lagi. Biarkan aku yang berkorban." jawabku. Haikal menatapku dengan nanar, 

"Aku akan baik-baik aja. Kamu bisa percaya sama aku, Kak" ucapku menenangkan dirinya. Haikal menganggukan kepalanya, lalu melepas tanganku dari tangannya dan mulai melangkahkan kakinya menuju tempat Om Raxel dan Dewa berada. 

Ah, ada yang lupa. Aku berlari menuju dirinya dan memelukknya. "Kalau kangen, tolong cari bukuku di tumpukan boneka llama kamarku. Tanya saja Bang Alva, dia tahu boneka itu. Kodenya, tanggal aku di lahirkan kembali. Sampai jumpa, love you" pesanku kepadanya lalu melepaskan pelukan. 

Aku tersenyum kepada Haikal dan menyuruh dirinya segera menuju tempat Dewa. Dan tak lama dari itu, sebuah tangan mencekikku dari belakang. Aku tahu ini kerjaan siapa, 

"L-lepas p-paman, l-lepas!" pintaku dengan terbata, cekikannya sangat kuat. 

"A-aku akan berikan apa yang paman mau, t-tapi lepasakan terlebih d-dahulu i-ini" ucapku dan paman mendengarkan permintaanku. Ia melonggarkan cekikkannya, 

"Baiklah. Sekarang, beritahu dimana kamu menyimpan semua kertas itu? Tinggal selangkah lagi, harta Arthur akan menjadi milikku! Persetan dengan kedua anakku, mereka memang tidak menginginkannya, tetapi aku! Aku sangat menginginkannya!" seringai paman, 

"D-di rumah Bibi" jawabku, sontak paman mengeratkan lengannya ke leherku, lagi. 

"Ayolah, kamu kira saya ini bodoh? Di mana kertas - kertas itu?!" serunya membuat Haikal dan Dewa berteriak. Aku menepuk lengan paman menandakan diriku kehabisan napas. 

"N-naya, n-nggak bohong, paman" ucapku. 

Paman tetap tidak mempercayainya, ia bahkan menguatkan lengannya. Aku hanya bisa menatap awan biru yang mulai memudar dari pandangan mataku. 

"Lepaskan dia, Jack" ucap seseorang. Aku tidak mengetahui siapa dia, tetapi suaranya seperti aku kenal.. 

"Lepaskan dia, atau kamu yang akan mendapatkan masalah" ucapnya lagi dengan suara beratnya. Anehnya, paman menuruti perkataan lelaki itu. 

Aku tidak bisa melihat orang itu dengan jelas, karena lelaki itu menggunakan topi dan jubah yang tidak aku kenali. Apakah orang ini adalah pemimpin Laxer? Berarti dia adalah Om Raxel? 

Lelaki itu mengulurkan tangannya, saat aku ingin menggapai tangan orang itu, seketika paman menjambakku dan menyeretku menjauh dari orang itu. Oh, ini sakit sekali! 

"P-paman.. S-sakit" rintihku. Paman tidak menggubris rintihanku. Ia tetap menyeretku masuk kedalam rumah tua itu. Bau anyir menyambut indra penciumanku, sepertinya darah - darah orang - orang yang di habisi ini mulai mengering. Tubuhku terus di seret oleh paman entah kemana, aku hanya bisa mengikuti langkahnya dan menahan sakit di area kepala. 

"P..paman.. S..sakit!" rintihku lagi, gengamannya pada rambutku semakin erat, 

"Berisik!" teriaknya terus menyeretku. 

Langkah paman tiba-tiba berhenti, aku tidak tahu mengapa dirinya menghentikan langkahnya, namun tidak melepaskan tangannya dari rambutku. "Diam disini. Jika kamu kabur, akan ada konsekuensinya" ujar paman melepaskan tangannya. Aku ingin melihat siapa orang yang dapat menghentikan Paman, namun saat memutar balikan badan, tiba-tiba tubuhku di peluk oleh seseorang dan saat itu juga aku mendengar suara tembakan tepat di depanku. 

DOR! DOR! DOR! 

DOR! DOR! DOR! 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(End) 

Wait... Belum ending yang benar benar ending. Sehabis bab ini ada beberapa bab pendukung untuk ending dari Naya. 

Ending dari Naya? Maksudnya? Hehe, kisah Naya akan berakhir disini dan beberapa bab pendukung. Aku juga akan buat season 2 untuk Twice. Kenapa? Karena alur twice sendiri belum selesai. Ada beberapa pokok masalah yang belum di selesaikan oleh Naya, dan akan di lanjut oleh -- Ada deh. Mungkin sehabis bab pendukung selesai, aku akan ambil waktu untuk garap season 2. So, see you!! 

Twice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang