Setelah mendapatkan komando dari Om Raxel, gue dan Dipta mulai memasuki rumah yang terbengkalai itu. Satu persatu orang kami lawan bersama, tentu di bantu oleh Om Heros dan beberapa anak Laxer. Kami terus mengikuti jejak orang yang berjaga, karena orang orang itu membentuk sebuah formasi seperti sedang menunggu raja datang. Satu persatu orang suruhan paman tumbang, dengan itu juga membawa kami menuju sebuah ruangan dengan pintu besi yang menjulang tinggi, namun sayangnya bangunan itu tidak kedap suara, maka kami semua bisa mendengar percakapan negoisasi yang di lakukan oleh Paman kepada Naya,
"Mau paman, apa?" ucap gadis itu yang terdengar oleh kami. Gue hendak mendobrak pintu itu, namun gerakan gue di hentikan oleh Dipta.
"Tunggu, gue butuh jawaban dari bokap" lirihnya tanpa menatap gue. Baru pertama kali gue liat dia seperti ini..
"Sudah saya bilang, saya mau harta Arthur. Jika di hitung-hitung dengan harta ibumu, kamu dan ketiga abangmu itu mempunyai kekayaan puluhan miliyar. Ayolah, siapa yang tidak tergiur dengan uang sebanyak itu?" ucap paman dari sebrang sana. Gue dapat melihat Dipta mulai mengepal kedua tangannya,
"Kami tidak akan memberikannya kepada paman, sepeserpun" gertak Naya. Oh God, she's fine.
"Ayolah, bagi - bagi sedikit hartamu itu. Saya masih bagian keluargamu loh. Apa kamu tidak sayang kepada Dipta? Arjuna? Jangan egois seperti itu" paman menghardiknya yang membuat Dipta tersulut emosi, dan BRAK!
"Dipta tidak butuh itu, ayah" tegasnya dengan membanting pintu besi itu tanpa ampun. Karena rumah ini tua dan sudah rapuh, maka dengan mudah pintu besi itu di hancurkan. Entah karena pondasi yang sudah rapuh, atau kekuatan Dipta yang melambung tinggi.
Sontak paman terkejut melihat kami bertiga, ralat, berdua. Karena Om Heros mengurus anak buah yang masih hidup di luar sana. Saat itu juga teradilah perang mulut antar anak dan orang tua, yang membuat ada sedikit celah untuk menyelamatkan Naya. Dengan perlahan gue menghampiri Naya yang sedang tersenyum senang. Gue mengeluarkan pisau lipat yang diberikan oleh Om Raxel tadi sebelum berangkat menjemput Naya. Saat sedang memotong tali yang ada di tangan Naya, tiba-tiba paman mengetahui tindakan gue,
"Apayang kalian lakukan? Cegah anak itu!" teriaknya menyuruh anak suruhannya. Dan tak lama dari itu, tubuh gue dipeluk oleh om om berbadan besar, botak dan menyeretku menjauh dari Naya, bahkan pisau lipat gue di buang olehnya.
Gue menoleh kearah Dipta untuk terus beradu mulut oleh paman, dan gue mencoba memikirkan bagaimana bisa lepas dari pelukan dari tubuh bau asem dan apek itu. Orang itu membawa gue menuju pojokan dari ruangan itu, posisinya sangat jauh dari paman dan Dipta, bahkan sangat jauh dari Naya..
DUG! Suara dari seseorang yang menyerang om om botak itu. Gue tidak tau siapa dia, tetapi gue sangat amat berterima kasih kepadanya. Ia bahkan membantu gue untuk melepas ikatan yang ada di tangan dan kaki Naya. Setelah semua lepas, gue meraih tangannya dan mengajaknya berlari keluar dari ruangan itu menuju Om Raxel yang sudah menunggu di luar sana.
"PAK, TARGET MELARIKAN DIRI!" teriak salah satu orang bayarannya yang masih terdengar oleh kami berdua. Ingat, rumah ini sangatlah tidak kedap suara.
Gue terus menggenggam tangan Naya dengan erat dan terus berlari dari ruangan keruangan lainnya. Saat keluar dari ruangan ke ruangan lainnya, bau anyir darah mulai tercium masuk kedalam hidung gue, dan saat itu juga gue mendengar suara tembakan dari belakang yang membuat Naya menghentikan langkahnya. Sudah tidak ada waktu lagi, sebentar lagi dirinya akan bebas. Ayo lakukan sesuatu, Haikal!
"Hey,kita harus keluar dari sini. Dipta nggak papa. Percaya sama aku" rayu gue kepadanya, dan dirinya menganggukan kepala. Gue menggengam tangannya lebih erat lagi dan kembali berlari menuju sebuah cahaya dari pintu yang terbuka lebar.
![](https://img.wattpad.com/cover/282637361-288-k84104.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...