"Kat, jelasin ke gue." ujarku duduk di sampingnya.
"Apa?"
"Kenapa Bang Dipta ngamuk, dan kenapa Haikal ikutan kena?" tanyaku menyeruput es jeruk milk sahabatku itu.
Kato menarik napasnya dan melihatku, "Jadi gini. Pas jam istirahat pertama Dipta mulai aneh. Dia nanya - nanyain anak kelas 11 termasuk abang lo, Henry. Dia berusaha buat cari tau siapa dalang di balik ke pingsanan lo beberapa hari yang lalu. Sampai akhirnya dia ketemu sama Ivana dan cewe itu liat lo yang di labrak abis abisan sama kakak kelas, gengnya Kak Cindy. Ivana ceritain semuanya dan Dipta ngamuk. Dia ke kelas Cindy bareng gue, dan lo tau apa yang dia lakukan Nay?"
Aku menggelengkan kepala,
"Dipta nampar Cindy tanpa ampun, nyeret itu cewe ke tempat lo di labrak dan ngelakuin hal yang sama seperti yang Cindy dan kawan kawannya lakukan. Dan lo tau yang lebih menggelegar lagi?"
Aku kembali menggelengkan kepala. Ini Kato cerita kenapa begini sih.
"Setelah bales dendam ke Cindy, dia ke kelas Haikal dan bogem pipi Haikal di tempat tanpa ampun" jelasnya dengan heboh.
Aku tertegun mendengar penjelasan dari Kato. Aku tidak berekspetasi Bang Dipta akan melakukannya kepada Haikal. Memang, aku tahu dia akan balas dendam ke Kak Cindy, tapi tidak dengan Haikal. Dia bahkan tidak salah apa-apa.
"Haikal engga salah disini" gumamku.
Kato menganggukan kepalanya, "Bagi Abang lo itu, dia tetep salah. Lo di labrak karena dia, Cindy fans Haikal."
"Terus, siapa lagi yang kena?" tanyaku,
"Udah sih. Setelah dia nyerang Haikal, dia langung di bawa ke ruang kepala sekolah" jawabnya. Aku menganggukan kepala.
Tak lama berselang, Aku melihat Bang Ezra dan Dipta yang sedang berjalan menuju mejaku dan Kato.
"Yuk pulang. Dipta kena skorsing satu minggu" ujar Bang Ezra menghampiriku.
"Kenapa engga satu bulan aja?" tanyaku dengan cengengesan. Dia menjitak jidatku.
"Nggak mungkin kepala sekolah skorsing gue satu minggu. Kan abang lo ini kaya" jawab Bang Dipta santai.
"Lo ada utang sama gue, bang." kataku lalu mendirikan tubuhku dan berpamitan kepada Kato.
Setelah itu, aku segera menuju mobil bersama dengan bang dipta dan juga bang ezra. Di perjalanan pulang aku dan bang dipta banyak berbincang. Lebih tepatnya aku yang mengomelinya.
"Tujuan lo mukul Haikal, apa?" tanyaku dengan menatapnya lewat spion yang mengarah ke kursinya.
"Karena dia, lo dipukulin" jawabnya santai. Aku menolehkan kepalaku melihat dirinya yang hanya menunjukan muka tidak bersalahnya.
"Jujur, gue seneng lo mukulin Kak Cindy dan geng alaynya itu. Tapi Haikal?"
"Dia bahkan engga salah" desahku.
Bang Dipta menggelengkan kepalanya, "Dia tetep salah di mata gue. Lo nggak setuju, gue nggak peduli. Lo setuju, gue juga engga peduli." ujarnya lalu memasang airpods ke kupingya.
Aku berdecak melihat tingkahnya yang arogan itu. Tetapi tanpa dia juga aku tidak bisa membalas perbuatan Kak Cindy dan geng alaynya sih.
Satu minggu berselang. Aku sedang berada di kelas bersama dengan Kato dan juga Ivana. Kami bertiga sedang bergosip ria. Baik menggosipkan kucing kelas sebelah yang anu anu dengan kucing kelas sebelas, bahkan sampai ibu kantin yang menikah lagi dengan Pak Joko, tukang pecel yang ada di kantin. Katanya mereka terlihat cinlok, alias cinta lokasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...