"Ngapain?" tanyanya,
"Godain. Lucu banget liat mukanya" ujar gue dengan memandang Alva dalam. Orang itu menatap gue malas.
"Pegang hp gue. Gue mau main seronde sama Hasbih. Awas lo buka yang lain lain!" serunya melempar ponselnya enteng. Mentang-mentang kaya.
Gue menuju ruang keluarga milik Hasbih dan melihat Henry dan dirinya sedang bermain, begitu dengan Alva yang menunggu gilirannya. Gue menduduki sofa yang kosong, dan membuka ponsel milik Alva. Perintah ada untuk di langgar, bukan?
"Al, gue minta nomor Naya, ya?" tanya gue padanya. Mata gue dapat melihat dirinya yang sedang bermain bersama dengan Hasbih. Pantas saja tidak menjawabnya.
"Ngapain, bro?" tanya Henry membanting tubuhnya,
"Nyolong nomor Naya," jawab gue santai. Setelah menyalin nomor Naya dari ponsel Alva ke ponsel gue, gue langsung menyerahkan ponselnya ke saudara Alva.
"Titip" ujar gue lalu meninggalkan Henry menuju toilet.
Singkat cerita, gue mendapatkan nomor Naya dari ponsel Avla. Tetaptnya, gue yang ambil diam diam tanpa pengetahuan cowo itu. Seiring dengan berjalannya waktu, gue memberanikan diri untuk mengirimkan pesan singkat, dan dari situlah mula gue dan dirinya dekat.
Waktu terus memakan hari, dan hari terus berganti dengan seiring berjalannya waktu. Saat ini, hari ini gue memberanikan diri untuk mengajaknya berkencan, dengan alasan percobaan. Awalnya, gue mengajaknya bermain game, dan ada taruhan jika salah satu dari antara kami menang. Dan hari ini merupakan hari bersejarah, dimana diri gue menang dari permainan yang menjebak dan gue bisa mendapatkan dirinya.
"Jadipacar gue selama 30 hari, kalo lo suka gue dalam 30 hari itu kita lanjut, kaloengga ya putus" ucap gue melalui saluran telepon. Awalnya dia terkaget mendengar perkataan yang gue lontarkan, namun peraturan tetaplah peraturan, tidak ada yang bisa melanggar peraturan yang sudah di sediakan.
Gue tidak mendengar apapun dari sana, sepertinya ia sedang berpikir. "Oke, aku terima!" ucapnya dengan berat. Oh, itu sedikit melukai hati kecil gue..
Gue mematikan saluran telepon itu dan tersenyum senang. Penantian dan usaha berulan-bulan gue membuahkan hasil. Sebelum ini, gue mengusahakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan dirinya. Benar kata teman teman gue, Naya bukanlah cewe yang gampang untuk di dapatkan. Gue bisa mendapatkannya bahkan hanya untuk satu bulan, dan jika dirinya tidak mencintai dan ada rasa suka dengan gue, maka hubungan ini akan selesai.
Selama beberapa bulan kebelakang gue melakukan banyak hal yang memalukan. Pertama, gue mencoba menggaet Kato, sahabatnya Naya, dengan mengirimkannya makanan pada malam hari, yang berujung diri gue di maki oleh Kato, dan membuat rumor terhadap diri gue dengan dirinya. Hingga gue menjadi secret admire Naya, dengan mengerimkan bekal sarapan di kolong mejanya, bahkan di lokernya.
Tidak banyak yang terjadi selama kami berkencan. Gue sering membawanya jalan, begitu dengan sebaliknya. Selama satu bulan itu juga kami tidak mengetahui banyak tentang diri kami. Gue yang tidak mengetahui siapa dirinya, begitu juga dengan sebaliknya. Dia sempat memberitahu gue mengenai keluarganya, yang sudah gue ketahui sebelumnya. Iya, benar, Henry dan Alvaro adalah kakak kandung dirinya.
Sejujurnya, selama kami berkencan dia yang sering merasakan kerugian. Penggemar gue sering menyerangnya, bahkan membuatnya menjadi pendiam. Well, disetiap hubungan pasti ada yang manis dan juga ada yang paitnya, bukan?
"Kak, kalau aku minta tambahan waktu, gimana?" tanyanya memainkan isi gelas tehnya,
"Waktu?" tanya gue menatapnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Novela JuvenilNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...