"Harus banget lo post, gitu?" Aku menganggukan kepala saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan Kato kepadaku, tentu langsung menyantap makanan itu.
"WEH, KALO BERACUN GIMANA?!"
"Ywa pwalwing mwati" jawabku dengan mulut yang penuh dengan nasi bekal.
"Sembarangan. Sini gue coba!" seru Kato sembari mengambil sendok yang ada di tanganku dan mengambil nasi beserta lauk lalu menyuapkan ke dalam mulut Kato.
"Gimana, enak?"
Kato menganggukan kepalanya, "Buat gue deh" ujarnya lalu mengambil kotak bekal itu.
"Engga begitu ya, anjing!"
dan terjadilah aku dan Kato, kejar-kejaran hanya karena kotak makanan yang lezat tanpa mengetahui siapa pemiliknya.
"Udah woi, capek!" seruku sembari memegang kedua lututku,
"Makan berdua aja, gimana?" tanyanya sembari menghampiriku dan membantu aku menuju meja.
"Kan itu ada di meja gue,"
"Tapi kalo ini beracun, gimana?"
"Ya paling, die"
Kato menjitak dahiku,
"Dari tadi mulutnya pengen di tampar" gumamnya lalu melanjutkan makan bekal misterius itu.
Ini sudah lima jam setelah aku dan Kato memakan bekal misterius yang di taruh dibawah kolong mejaku. Aku dan Kato sekarang berada di kantin sekolah, yang ramai tentunya.
"Penuh, Nay" gumam Kato sembari mencari meja yang kosong.
"Makan di kelas aja" ujarku sembari membawa Kato menuju stand makanan.
Saat sedang berjalan menuju stand nasi goreng, aku melihat Haikal yang melambaikan tangannya.
"Lo pasti nyari meja, kan?"
Aku menganggukan kepalaku,
"Duduk disini aja" pintanya sembari menggeser bokongnya yang menyisakan space untuk aku dan Kato.
"Alva duduk dimana, bego?" tanya seseorang yang duduk disamping Haikal.
"Samping Kato juga bisa" jawabnya sembari memakan nasi gorengnya,
"Kalo engga bisa duduk sini nggak apa kok Kak, gue sama Naya bisa makan di kelas" ujar Kato. aku mengangukkan kepala, setuju dengan ucapan sahabatku itu.
"Bisa kok bisa. Dianya aja alay" katanya,
"Beneran bisa nih, Kak?"
"Bisa, bisa. Gak usah dengerin kata Henry, dia sesat. iya kan, Nay?"
Loh kok nanya aku.
Aku dan Kato mau tak mau menduduki meja yang sudah di tempati oleh Haikal dan Bang Henry, oh tentu menjadi bahan tontonan murid yang ingin duduk satu meja dengan dua orang ganteng ini.
"Gue mau mesen, lo biasa kan?" tanya Kato kepadaku,
"Gue mau mie ayam deh, minumnya biasa, es jeruk" jawabku,
"Emang boleh lo makan mie ayam?" tanyanya yang membuatku membulatkan kedua mataku. Pertanyaan macam apa itu?!
"Emang kenapa engga bolehnya?" tanyaku balik yang membuat Kato tersadar akan pertanyaan konyolnya.
"Takutnya aja kaga boleh, lo makan mie ayam" gumamnya lalu segera meninggalkan aku dan kedua cowo yang duduk di depannku. Oh tidak ralat, tiga orang. Karena pujaan hati Kato, Hasbih, baru saja tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice (END)
Teen FictionNaya mencoba untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orang tuanya. Namun dirinya tidak bisa melangkah lebih dikarenakan penyakit yang ia punya. Apakah Naya bisa menyelesaikannya? Bagaimana dengan percintaan dimasa remajanya? Dan bagaiman...