0.5

233 43 8
                                    

"Gue Haikal" 

Aku membelalakkan mataku saat mengetahui siapa yang mengirimi aku pesan. Dan ternyata, Haikal? Haikal temannya kedua abangku?! 

Aku segera merapikan barang - barangku, dan menuju parkiran mobil untuk memberitahukan Kato tentang pesan yang dikirimkan oleh cowo itu. 

Sesampainya di parkiran, aku segera membuka pintu mobilku dan mengambil ponsel yang aku taruh di saku seragam. 

"Ngapain ngasih handphone lo?" tanya Kato sembari memasang seatbelt. 

"Liat, liat perpesanan dan siapa yang ngirim gue pesan." jawabku, 

Kato mengambil ponsel apple yang aku gunakan sehari - hari. Ia membuka aplikasi perpesanan dan berteriak, 

"Maaf kalo gue ngagetin lo tapi, INI BENERAN HAIKAL YANG SMS LO?!" serunya, 

"Dia kenapa bisa dapet nomor lo?!" serunya lagi yang aku jawab dengan gelengan kepala. 

"Terus kenapa, lo simpen balik coba?!" 

"Calm woi!" seruku kesal karena dirinya terus melempar pertanyaan dari mulutnya. 

"Satu - satu kalo mau nanya." 

"Pertama, lo bisa liat sendiri dia dapet nomor gue dari siapa. Kedua, mau nggak mau gue harus save nomor dia. dan yang terakhir, kalo lo nanya lagi, gue jitak jidat lo." jawabku sembari mengambil ponsel berlogo buah itu dari tangannya. 

"Jalanin mobilnya, anter gue pulang. Gue belum minum obat, siang ini." ucapku sembari memakai seatbelt dan Kato menjalankan mosi menuju rumah orang tuaku. 

Saat di perjalanan menuju rumah, seperti biasa kegiatanku dan Kato adalah bergosip ria. Entah membicarakan murid baru sekaligus teman kecil Kato yang sudah lama hilang kontak dengannya hingga murid famous yang masuk bk karena ngebully adik kelas. 

"Oh bahas twitter lo. Lo kok berani post itu foto boneka?" tanya Kato sembari memberhentikan mobil karena lampu merah. 

"Lo tau kan, itu boneka kesayangan gue." jawabku sembari memeliat kendaraan yang berhenti di sebelah mobilku melalui kaca mobil. 

"Bang Alva marah?" tanyanya lagi sembari menurunkan rem tangan, dan menjalankan mobil. 

Aku menganggukan kepalaku, "Iya, dia marah. Dia sms gue" 

"Terus lo jawab apa?" 

"Lo boleh benci gue, tapi lo nggak bisa ngelarang gue ngepost apapun di sosmed gue." jawabku menirukan pesan balasanku ke Bang Alva. 

"Tumben lo bener, apa karena engga minum obat ya?" gumamnya sembari membelokan setir dan memasuki halaman rumahku. 

Aku yang mendengarnya hanya menepuk jidatnya dan keluar dari mobil. 

"Lo ikut turun, kan?" tanyaku sebelum menutup pintu mobil. 

"Ikut, gue nunggu Kak Amaya jemput" jawabnya. Aku menganggukan kepalaku lalu menutup pintu mobil dan segera mengambil obatku. Walaupun sedikit mustahil abangku akan memberikannya kepada pelayan dirumah. 

Aku memasuki rumahku dan menuju tempat ART beristirahat, yaitu di belakang rumah. 

"Non, kenapa kemari?" tanya Bu Susi sembari membersihkan tangannya dengan kain lap, 

"Bang Ezra titip obat ke Bibi engga?" tanyaku, 

Bibi Susi menggelengkan kepalanya, "Aduh Non, Tuan Ezra engga nitip apa - apa ke saya." 

Aku menganggukan kepalaku mengerti dengan jawaban Bi Susi. Aku berpamitan kepada ART yang ada disana dan pergi menuju kamarku yang sepertinya sudah ada Kato disana. 

Twice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang