02

109K 8.9K 216
                                    

Ia berharap Kalan akan luluh, dan bisa meredam emosinya yang kapan saja bisa meledak tanpa kenal lawan atau pun tempatnya.

•••

Kalan mengamati Alkina yang makan dengan lahap di depannya. Mereka kini berada di rooftop sekolah. Sebenarnya dulu tidak ada rooftop secantik ini, namun Kalan mengeluarkan uang pribadinya untuk memperbaiki agar layak dijadikan tempat beristirahat. Dulu tempat ini hanya bisa dikunjungi oleh anggota geng Ouranos, geng yang berada di bawah kendali Kalan. Namun sepertinya akan bertambah saat Kalan dengan sepihak mengklaim gadis cantik yang sedari kelas sepuluh menarik perhatiannya.

Alkina makan dengan lahap potongan pizza di depannya, entah sudah berapa lama ia tidak pernah makan pizza. Itu pun jika ia makan, ia hanya mendapat sisa dari sang Mama.

Hingga sebuah tangan mengelus puncak kepalanya membuat Alkina tersadar bahwa dirinya tidak sendiri. Alkina menghentikan makannya.

"Kenapa berhenti?" Alkina menggeleng membersihkan bibirnya.

Kalan mengamati Alkina, kisah mereka berawal saat pertemuan mereka yang tidak disengaja di salah satu jalan sunyi saat malam hari.

Kala itu, Kalan mengalami kecelakaan tunggal yang terjadi akibat ikut balap liar. Saat kecelakaan itu terjadi, Kalan benar-benar sudah pasrah, tidak ada yang melihatnya, para musuhnya sudah berada jauh di depan. Meninggalkannya.

Hingga Kalan mendengar suara tangis yang semakin dekat dari tempatnya berbaring.

Dia Alkina, Alkina menangis sambil membantu Kalan membuka helm hitamnya, lalu memeluk kepala Kalan dengan erat sambil terisak.

Dan untungnya Alkina langsung menghubungi pihak rumah sakit, yang langsung segera menjemput Kalan dan Alkina yang setia duduk di samping Kalan, sambil menggenggam erat tangan Kalan.

"Alkina? Dulu lo kenapa nolongin gue?"

"Karena kamu butuh pertolongan?"

"Tapi lo nangis,"

"Karena aku takut,"

"Bukan karena lo suka sama gue?"

Alkina menatap Kalan dengan tatapan polosnya sebelum menggeleng. Ia bahkan tak tahu siapa Kalan saat menolong lelaki itu.

Kalan hanya mengangguk sebelum ber-oh panjang.

"Ta—" ucapan Kalan terhenti saat seorang lelaki culun berdiri tak jauh di depan Kalan.

"Sini cepetan!"teriak Kalan yang langsung membuat lelaki itu mendekat. Alkina melirik ke arah Kalan. Jika ingin jujur, Alkina lebih mengetahui sosok Farel- cowo culun- dari pada Kalan.

Fyi, Farel adalah siswa berprestasi sekaligus juara umum bertahan. Bahkan dari kelas sepuluh Farel selalu menjadi siswa terpintar nomor satu di sekolah. Bisa dikatakan nilai Farel dalam akademik nyaris sempurna, apalagi matematika dan fisika.

"Karena lo sama pacar gue sama-sama anak IPA, lo harus bantuin Alkina kerja tugas kelompoknya," Farel melirik pada Alkina yang sudah kembali menunduk.

"Kalan, aku bisa kerja sendiri,"

Belum sempat Kalan membuka suaranya, Farel lebih dulu memotongnya.

"A-aku bisa bantu,"

Alkina mengangkat wajahnya lalu memandang Farel dengan sorot penyesalan.

"Maaf, jadi ngerepotin,"

Farel menggeleng, "Nggak kok, aku seneng bisa—"

"Ngapain lo seneng, culun?" bentak Kalan yang membuat Alkina ikut terkejut.

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang