25

68K 5.5K 65
                                    

"Oh, kalian datang di waktu yang tepat. Ayo! Kita belajar bareng," ajak Alkina sambil tersenyum ceria.

•••

Yang pengen masuk gc wa navariraa boleh chat nomor 085251687526 dan follow ig @andivanavarira dan @navarira

Pagi ini Alkina sudah siap dengan pakaian sekolah yang dipadukan dengan cardigan berwarna hitam. Sedangkan Kalan juga menggunakan pakaian seragam lengkap, tentu saja karena perintah sang istri. Bahkan Kalan yang sangat jarang menggunakan dasi, kini menggunakan benda tersebut dengan ikatan rapi layaknya pegawai kantoran.

"Udah siap?" tanya Kalan sambil menoleh ke arah Alkina yang siap dengan tas yang dibelikan Nora. Wanita itu tampak sangat bersemangat terbukti dengan penampilannya yang sudah siap sedia di jam enam pagi.

"Yuk, yuk, yuk!" ajak Alkina sebelum mengambil smartphone Kalan untuk menelepon satu persatu teman Kalan agar segera berangkat sekolah.

Tak lama kemudian, ke empat teman Kalan sudah berdiri di dengan pagar dengan wajah kesal, seolah bersiap menerkam Alkina karena mengganggu jam tidur mereka dengan suara teriakan nyaring.

"Yuk," ajak Alkina sambil menggandeng Kalan menuju garasi untuk memilih mobil yang akan digunakan.

"Yang putih itu," tunjuk Alkina pada mobil putih Rolls-Royce yang berada di parkiran paling ujung. Mengangguk pelan, Kalan segera mengeluarkan mobil dari bagasi dan mempersilahkan Alkina untuk masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan Alkina tak henti-hentinya tersenyum membuat Kalan meringis pelan takut gigi sang istri akan kering. Kemarin ia bertanya pada Alkina. Kenapa bisa gadis itu sangat bersemangat untuk belajar dan sekolah? Alkina menjawab dengan kalimat yang membuat Kalan terdiam. "Kalan, seharusnya kita harus bersyukur, Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk sekolah, di luar sana! Ada banyak anak yang nggak berkesempatan untuk merasakan duduk di bangku sekolah. Karena keterbatasan biaya dan banyak alasan lainnya. Masa kita yang dilimpahi harta dan kesempatan, malah ogah-ogahan?"

Setelah Kalan memarkirkan mobilnya, Alkina lebih dulu turun di susul oleh Kalan.

"Kita adalah pembuka gerbang!" sindir Alian sambil mengacak rambutnya karena kesal akan kelakuan Alkina yang sangat excited dengan ujian akhir ini.

Alkina hanya menoleh sebentar sebelum merangkul Kalan menuju kelasnya, menghiraukan Devano yang menguap dan beberapa kali sepoyongan karena mengantuk.

"Kalian nggak boleh nggak ikut ujian, awas aja!" ucap Alkina sebelum masuk ke dalam kelas dan mengangguk satu kali sebagai peringatan.

Devano, Natan, Alian, dan Radit hanya menatap datar. Jika bukan karena Alkina adalah istri Kalan, mungkin mereka sudah membuat misi untuk menenggelamkan Alkina di laut.

Kalan mengelus puncak kepala sang istri, dan memberikan kecupan manis di pipi tembemnya.

Setelah itu, Alkina masuk diikuti Kalan yang membawa laptop untuk ujian online.

Setelah selesai mengatur peralatan sang kekasih, Kalan keluar dari kelas.

Alkina duduk dengan tenang di mejanya, menunggu teman kelasnya datang. Tak lama kemudian, suara tawa dari luar kelas sudah terdengar. Sepertinya teman-temannya sudah datang.

"Eh ada orang, atau penampakan, ya?" sindir seorang gadis yang dengan kasar membanting tasnya di depan mejanya.

"Seenak jidat keluar masuk, emang sekolah ini punya nenek moyang lo?!" bentak gadis itu keras saat tidak mendapati balasan dari Alkina.

"Sit? Udahlah! Nanti ketahuan Kalan,"

Sita tertawa, "Lo nggak tau? Upik abu ini udah putus sama si Kalan,"

Alkina mendonggak. Putus? Bukannya putus, Kalan malah menikahinya.

"Kasian! Lo udah nggak bisa berlindung di belakang Kalan." saat Sita ingin melangkah menuju Alkina, bel tanda ujian akan dimulai sudah berbunyi sehingga teman-temannya yang tadi berkumpul di depan kelas, sontak berbondong-bondong masuk ke dalam kelas.

"Awas lo sama gue, liat aja!" geram Sita sebelum duduk di bangkunya.

Alkina hanya menghela nafasnya. Sampai saat ini, ia bingung dengan teman kelasnya. Kenapa ia bisa dibenci sedemikian rupa oleh mereka?

Alkina dengan lincah menjawab semua soal yang muncul di ujian. Sesekali Alkina menoleh saat salah satu temannya saling berkerja sama. Mungkin jika mereka bertanya pada Alkina, wanita itu dengan senang hati memberikan jawabannya.

Alkina adalah orang pertama yang menyelesaikan ujian, disusul sita dan teman-temannya.

Buk

Alkina meringis saat merasakan sebuah benda dilempar ke arah belakang kepalanya. Alkina terjatuh dengan posisi duduk di lantai.

Hingga seorang gadis berjilbab membantu Alkina untuk berdiri. "Kamu nggak papa?" tanya gadis itu, yang membuat Alkina menggeleng.

"Dua Upik abu berkumpul nih," tawa Sita menggelegar, yang membuat Alkina dan gadis berkerudung itu saling melempar senyuman tipis.

Sita yang melihat kelakuan dua manusia itu, sontak berjalan ke arah Alkina lalu menarik rambut Alkina dengan keras membuat Alkina meringis dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Bugh

Dorongan kasar di bahu Sita membuat Sita yang tidak bisa menjaga keseimbangan membuatnya terlempar ke dinding dengan kepala yang lebih dulu menyentuh dinding putih itu.

dengan emosi yang menguasai dirinya, Kalan berjalan mendekati Sita lalu menarik rambut gadis itu dengan kasar, dan membuat Sita meraung kesakitan.

"BERANI LO SAMA ISTRI GUE HAH?!" teriak Kalan tepat di depan wajah Sita membuat orang-orang yang melihat kejadian itu sontak meringis, Alkina berusaha berdiri, lalu melangkah pelan ke arah Kalan.

"Kalan udah! Ayo, pulang!" ajak Alkina sambil menarik tangan Kalan yang bebas, Alkina bahkan tidak tega mendengar tangisan Sita.

"Kalan udah!" lirih Alkina sebelum terjatuh dengan posisi memegangi perutnya. Bahkan gadis itu sudah kehilangan kesadarannya dan berbaring di lantai.

Kalan menoleh sebelum kembali mendorong Sita ke arah teman kelas Alkina lalu segera mengangkat sang istri. Ke empat teman Kalan pun segera berlari menyusul Kalan untuk menyiapkan mobil. Tujuan mereka kini hanya ke rumah sakit terdekat.

Selama perjalanan Kalan terus menepuk pelan pipi sang istri, sedangkan Radit yang membawa mobil melirik ke arah kaca untuk melihat apa yang terjadi, Radit menghela nafasnya sebelum menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Ngapain lo berhenti!" sentak Kalan yang membuat Radit mengusap telinganya.

"Alkina! Udah saatnya bangun," mendengar suara Radit yang memanggil namanya sontak menjadi gugup, kemudian dengan pelan membuka matanya.

"Hehe," Alkina mendudukkan tubuhnya, sebelum menunduk.

"Lo—" geram Kalan sambil menatap tajam ke arah Alkina yang menunduk sambil memejamkan matanya.

Yah! Ini hanya akal-akalannya saja. Jika tidak begini, Alkina yakin, Kalan tidak akan mau melepaskan Sita sampai gadis itu merasakan apa yang dirasakan Alkina tapi versi lebih kejamnya. Awalnya, ia pun sedikit kaget, karena ini pertama kalinya Alkina melihat Kalan sekasar itu pada seorang perempuan, bahkan tidak mendengar permohonannya agar berhenti, sehingga ide itu pun melintas di otaknya, ide yang membuatnya kini berada dalam masalah besar. Bolehkah ia mengulang waktu?

"LO SADAR NGGAK SEKHAWATIR APA GUE PAS LIAT LO PINGSAN HAH?!" Alkina semakin menunduk, berusaha menahan air mata yang sudah berdesakan keluar mendengar bentakan sang suami.

"BEGO!" Kalan keluar dari mobil sambil membanting kasar pintunya, lalu berjalan menuju mobil Devano yang sedari tadi mengikutinya.

Alkina pun hanya bisa menangis melihat Kalan membawa pergi mobil Devano meninggalkannya bersama Radit.

"Lo nggak salah, kok! Gue tau maksud lo baik. Gue juga nggak kebayang apa yang terjadi kalau tadi lo nggak pura-pura pingsan,"

Alkina tidak membalas ucapan Radit, wanita hamil itu sibuk memikirkan cara membuat Kalan memaafkannya.

•••

Link grup ada di kolom 'percakapan' (aku gak tau namanya apa)

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang