23

62.9K 5.7K 131
                                    

"Kita ke sini buat bahas tentang pernikahan, ya? Bukan denger kalian bertengkar,"

•••

"SAH!"

teriakan heboh dari keempat lelaki yang duduk di belakang mempelai pun terdengar nyaring.

"Cium-cium!" teriakan mereka kembali terdengar setelah acara doa selesai.

Alkina menundukkan wajahnya. Yah! Tepat hari ini Alkina sudah resmi merubah statusnya menjadi seorang istri. Istri dari Kalanio Devansha Atmaja.

Kalan menatap kesal ke arah teman-temannya. Apakah ia tidak tahu betapa groginya ia saat mengucapkan ijab kabul beberapa menit yang lalu?

Kalan pun sedikit tersentak saat Alkina menarik tangannya untuk wanita itu kecup, begitu pun Kalan yang langsung membalasnya dengan kecupan manis di dahi sang istri.

Mereka melangsungkan pernikahan di hari minggu, sehari sebelum ujian akhir sekolah, dan menggelar pernikahan sederhana di Bandung, tepat di rumah Alkina.

Mereka sepakat untuk tidak mengundang banyak orang, hanya ada keluarga inti dan para sahabatnya.

"Yey, selamat ya kak Kina sama kak Kalan," ucap seorang gadis kecil sambil memberikan kado sebuah kotak  berwarna hitam pada Alkina.

"Terima kasih ya, Naira," balas Alkina sambil mengusap pipi tembem milik gadis kecil itu.

"Sama-sama, itu hadiah dali kak Alian, kak Devano, kak Natan, dan kak Ladit," jelas Naira sambil mengangkat jari-jari kecilnya.

"Telima kasih ya, Naila," Kalan sengaja mengganti 'R' menjadi 'L' saat menyadari gadis kecil itu belum bisa mengucapkan kalimat dengan benar.

"Hihi," kekeh Naira sebelum memberanikan diri untuk memeluk Kalan yang baru pertama kali ia temui.

"Eh-eh-eh," ucap Alian sambil menarik Naira agar melepaskan pelukannya dari Kalan lalu menggendong Naira.

"Kak Kalan ganteng,"

"Gantengan gue. Lo lanjutin deh, cium-ciumannya, gue pengen ke sana, makan bareng Naira. Jangan lupa bentar malam hadiah gue di pake! Demi kelancaran malam pertama,"

Alian melangkah menuju meja yang terisi full dengan berbagai makanan yang cukup mengunggah selera.

Alkina melirik ke arah Kalan yang menatapnya dengan tatapan datar. Lelaki itu tampak lebih tenang jika dibandingkan beberapa menit yang lalu.

"Ngapain lo ngelirik? Kalau mau liat, liat aja!" kesal Kalan sebelum menarik wajah Alkina agar menatapnya. Alkina tersenyum canggung.

"Aku masih bisa sekolah, nggak ya? Aku udah punya surat pengunduran diri," lirih Alkina yang membuat Kalan memutar matanya.

"Kalau lo lupa, gue ini Kalanio Devansha Atmaja, dan sekarang lo adalah Alkina Mariposa Atmaja. Di dunia ini kalau pengen hidup tenang, lo cukup punya banyak uang." jelas Kalan sebelum menyandarkan kepalanya di bahu kecil sang istri.

"Papa aku gimana?"

Kalan terdiam, mengingat pembahasannya dengan Yeneng sebelum acara di mulai.

Yeneng memintanya untuk menjaga Alkina ketika sudah kembali ke Jakarta. Itu artinya, Yeneng tidak akan ikut pulang, dan memilih menetap di sini. Di kampung halamannya.

Dan ia bingung harus menyampaikan pesan ini dengan cara apa, ia takut Alkina malah ikut menetap di sini dan tak ingin pulang bersamanya.

"Papa ikut balik ke Jakarta, kan?" Kalan menghela nafasnya sebelum menggeleng pelan, sambil meremas tangan Alkina yang matanya sudah kembali berkaca-kaca. Ia tak tega meninggalkan Papanya di Bandung sendiri.

Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang