"Kina ikut Papa pindah ke Bandung, yah? Kita mulai hidup baru di sana. Tanpa Mama,"
•••
Sudah dua hari berlalu, sang Papa masih dalam pemulihan yang mengharuskan ia untuk tetap tinggal di rumah sakit.
Sudah dua hari pula Alkina terus saja memikirkan permintaan sang Papa yang mengajaknya pindah ke Bandung. Kota kelahiran papanya itu.
Bagaimana dengan kehidupannya di sini? Kalan-nya? Apa Kalan masih mau bersamanya meskipun akan ada jarak yang cukup jauh di antara mereka?
Kemarin Alkina mendapat paket yang berisi hp baru, tentu saja benda itu dari sang kekasih yang setiap hari mendatangi rumah sakit meskipun hanya bertemu di kantin.
"Kina? Kapan kamu masuk sekolah lagi? Papa udah nggak papa kok, Nak," Alkina menoleh saat mendengar ucapan sang Papa.
Alkina tersenyum sebelum duduk di samping Yeneng. "Besok, Alkina ada ulangan besok,"
"Setelah lulus, kamu kuliah di Bandung aja, Papa udah mau pensiun dari pekerjaan Papa,"
Alkina mengangguk, "Alkina boleh tanya sesuatu, Pah?"
Yeneng mengangguk sambil mengelus puncak kepala putri semata wayangnya itu.
"Kenapa rumah Papa bisa atas nama Alkina?"
Yeneng tertawa sebelum membuang pandangannya ke arah jendela.
"Dulu, Papa pikir bakal hidup semati sama Mama kamu, kalau kamu udah dewasa, udah punya pilihan hidup kamu, Papa pengen tinggal di kampung, berkebun, bertani, menikmati masa tua bareng sama Mama kamu."
Yeneng mengangguk, "Kamu anak Papa, kesayangan Papa, kebanggaan Papa, makanya Papa memberikan apa pun untuk kamu, semua yang Papa punya itu milik putri Papa yang cantik ini," ucap Yeneng sambil mencubit pelan hidung sang anak.
"Dari dulu Papa udah ngatur masa depan secerah itu, tapi ternyata Tuhan nggak setuju,"
Alkina cemberut sebelum melipat tangannya di depan dada, "Jadi Papa mau ninggalin Kina kalau udah gede nanti?"
Yeneng tertawa mendengar nada rajukan dari sang putri sebelum mengangguk, "Masa Papa hidup bareng kamu terus. Papa bosen tau,"
Alkina memicingkan matanya, "Tapi Kina mau,"
"Kalau kamu nikah nanti, Papa nggak mau tinggal bareng kamu lah, cukup bawain cucu Papa tiap bulan,"
"Terus yang ngurus, Papa?"
"Pembantu, kamu kira Papa nggak bisa nyewa pembantu?"
Alkina terkekeh, belum sempat membalas ucapan Yeneng, Alkina lebih dulu mendengar suara notif smartphone terbarunya.
Alkina berjalan menghampiri meja di samping sofa.
________________
My Love<3
Sayang, hari ini gue nggak bisa datang ke rumah sakit, gue lagi ada urusan
Iya, jangan aneh-aneh ya
Iya, sayang, lo udah makan? Gue kirimin makanan, ya, pengen apa?
nggak usah, udah kenyang
Jangan sampai semua makanan yang ada di gofood gue kirim semua ke rs
Nasi Padang aja deh, kayaknya enak
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Husband
RomanceAlkina mendekati gerombolan anak yang sedang bersantai di rooftop sekolah. Tentu saja kedatangan Alkina sukses mencuri perhatian. "Kalan?" Kalan membuang rokoknya setelah mendengar sapaan dari gadis yang selama ini sudah ia klaim sebagai kekasihnya...