'Alkina milik gue, gimana pun caranya dia bakal tetap jadi milik gue,'
•••
Sudah dua hari berlalu, Alkina masih saja berfikir tentang pekerjaannya.
Alkina menyempatkan waktunya untuk duduk di salah satu bangku taman setelah lari memutari kompleks di hari libur seperti ini.
Alkina tersenyum saat melihat seorang wanita sedang menggendong balita yang sedang menikmati eskrimnya.
"Lo mau?" ucap seseorang yang membuat Alkina menoleh ke sumber suara.
Alkina mengangguk sebagai balasan.
"Mau bikin sekarang?"
"Es krim,"
"Ooh gue kira dede bayi," goda Kalan sebelum memberikan kecupan manis di pipi tembem milik Alkina. Alkina sedikit menjauh dari tubuh Kalan.
"Jangan, aku bau,"
Alkina membuang pandangannya, jika boleh jujur ia risih dengan perlakuan Kalan yang terus saja menyentuhnya, baik itu mencium atau bahkan memeluknya. Tapi untuk memberitahu Kalan tentang perasaannya adalah hal yang mustahil.
"Lo kenapa, sih?" Kalan berucap dengan datar membuat Alkina menghela nafasnya.
"Lo kenapa, bangsat!" geram Kalan sambil menarik kasar lengan Alkina.
"Lo marah karena perlakuan gue kemarin?" Alkina meringis sambil melirik lengannya yang terasa nyeri karena genggaman Kalan.
"Nggak, Kalan," 'nggak salah lagi,' batin Alkina sambil berusaha melepasnya tangannya.
"Gue nggak suka kalau pacar gue murahan,"
"Cewe murahan yang nggak tau posisinya kalau dia punya pacar,"
"Aku nggak murahan, Kalan," Alkina mendonggak menatap manik hitam milik Kalan yang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Terus apa?! PELACUR?!" Kalan membentak Alkina di depan banyak orang yang berlalu lalang di taman. Hingga mengundang berbagai tatapan dari beberapa orang.
"Kalan, please," lirih Alkina sambil menarik pelan lengan Kalan untuk berhenti membentak.
Kalan menghela nafasnya sebelum menarik Alkina untuk ikut bersama. Dari pada diseret dengan tidak manusia, lebih baik ia menurut saja.
Kalan mendorong kasar tubuh Alkina agar masuk ke dalam mobil dan membiarkan gadis itu menangis kecil. Seolah tak peduli, Kalan menjalankan mobilnya menuju pantai yang biasa ia kunjungi ketika ingin sendiri.
Kalan menghela nafasnya, setelah memarkir mobilnya di tepi jalan. Sedangkan Alkina sudah tidak peduli lagi dengan masalahnya tadi, ia malah menatap kagum ke arah samping, entah sudah berapa tahun ia tidak pernah melihat pantai karena kesibukannya.
"Keluar," Alkina melirik ke arah Kalan yang memejamkan matanya.
Ia dibuang di sini?
Alkina menggeleng, tidak mungkin kan Kalan membuangnya di sini, di pantai yang tidak ia tahu di mana.
"Turun, Kina!" tekan Kalan membuat Alkina membuka pintu mobil dengan mata yang sudah kembali berkaca-kaca, gadis itu menutup pintu mobil dan berdiri tepat di sampingnya. Ia berharap Kalan mengubah keputusannya dengan membuang Alkina di sini.
Kalan ikut keluar dari mobil lalu melangkah menuju Alkina dan memeluk gadis itu dengan erat.
"Alkina, gue cuman nggak mau lo disentuh orang lain, gue nggak mau lo jadi milik orang lain. Gue nggak rela. Lo berharga buat gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Husband
RomanceAlkina mendekati gerombolan anak yang sedang bersantai di rooftop sekolah. Tentu saja kedatangan Alkina sukses mencuri perhatian. "Kalan?" Kalan membuang rokoknya setelah mendengar sapaan dari gadis yang selama ini sudah ia klaim sebagai kekasihnya...